Satire Politik Kekuasaan Novel Animal Farm yang Tetap Relevan di Zaman Ini

Hernawan | Ade Feri
Satire Politik Kekuasaan Novel Animal Farm yang Tetap Relevan di Zaman Ini
Novel Animal Farm (gramedia.com)

Salah satu novel klasik yang sangat terkenal dan masih banyak dibicarakan hingga sekarang ini adalah Animal Farm karya George Orwell. Novel ini pertama kali diterbitkan pada 17 Agustus 1945 dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia termasuk Indonesia. Beberapa versi terjemahannya memiliki judul yang berbeda, seperti versi bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit Gading menggunakan judul Binatangisme.

Sebagai novel klasik yang berumur hampir 80 tahun ini, cerita di dalamnya masih fenomenal. Sebuah gambaran politik kekuasaan yang tampaknya akan terus relevan sepanjang zaman. Terlebih lagi novel ini mengangkat isu seputar perjuangan hak, kemanusiaan, dan keadilan.

Novel ini berkisah tentang sebuah peternakan hewan bernama Peternakan Manor milik Tuan Jones. Suatu hari, seekor babi hutan yang memiliki julukan Mayor Tua mengadakan rapat untuk membahas mimpinya tentang kebebasan dan keadilan bagi hewan ternak serta memprakarsai gerakan revolusi di peternakan tersebut.

Setelah Mayor Tua mati, pergerakan hewan-hewan dipimpin oleh dua babi bernama Napoleon dan Snowball. Mereka pun berhasil melakukan pemberontakan terhadap Tuan Jones. Hewan-hewan di sana pun akhirnya bisa hidup dengan makmur, memperoleh pakan yang merata, dan keadilan. 

Akan tetapi, lambat laut terjadi perselisihan di antara dua pemimpin. Napoleon adalah babi yang kasar, tamak, dan pemalas. Sementar itu, Snowball adalah babi yang terstruktur, cerdas, dan mampu memberi komando sehingga ia menyusun 7 hukum "Animal Farm" yang harus ditaati semua hewan. 

Kekacauan terjadi saat Napoleon tidak lagi satu kapal dengan Snowball. Napoleon tidak ragu mencuri ide Snowball hingga mengkudetanya. Ia juga melakukan propaganda dan mencuci otak hewan ternak yang lain agar membenci Snowball.

Peternakan di bawah pimpinan Napoleon menjadi makin berantakan. Pemimpin yang awalnya mengumbar janji manis berubah diktator. Tidak ada yang boleh menentang Napoleon sehingga apabila ada yang menentangnya, maka akan dihukum mati.

Kepemimpinan Napoleon makin semena-mena. Hingga pada suatu hari, para hewan mendapati kejadian yang mencengangkan, yaitu pesta antara para babi dengan manusia. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa membedakan kelakuan babi dengan manusia yang sama-sama tamak dan mementingkan urusan sendiri.

Novel ini layak menjadi legendaris sastra sebab isi di dalamnya mampu menggugah pandangan terhadap politik kekuasaan yang merugikan rakyat. Penulis berhasil memberikan sindiran yang menohok dengan hewan-hewan sebagai analoginya.

Situasi di peternakan hewan layaknya sebuah negara yang dipimpin oleh pemimpin tidak kompeten. Napoleon sebagai pimpinan otoriter merupakan gambaran dari pemimpin yang tidak memikirkan nasib rakyat. Singkatnya, mereka mendapat kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri dan golongan. 

Tidak heran jika satire di dalamnya masih sangat relevan. Mengingat novel ini ditulis pada periode Perang Dunia II, secara tidak langsung novel ini turut menyebutkan bahwa situasi politik di dunia tidak mengalami banyak perubahan. Oknum penguasa rakus seperti babi Napoleon masih banyak dijumpai hingga sekarang.

Itulah sebabnya akhir novel yang menggambarkan interaksi antara babi dengan manusia disebuah pesta menjadi analogi bahwa manusia yang rakus kekuasaan tidak ada bedanya dengan babi yang serakah. 

Identitas buku

Judul: Animal Farm

Penulis: George Orwell

Penerbit Indonesia: Mizan

Tahun terbit: 2016

Tebal buku: 148 halaman

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak