Akhirnya A Minecraft Movie rilis di bioskop Indonesia pada 9 April 2025. Sebagai penggemar Minecraft yang udah main dari zaman zombie masih kaku-kaku, aku excited banget buat nonton.
Film ini diadaptasi dari game legendaris Mojang Studios, disutradarai Jared Hess, dan dibintangi nama-nama beken seperti Jason Momoa, Jack Black, Emma Myers, sama Danielle Brooks.
Dengan hype sebesar ini, apa filmnya bisa nge-deliver petualangan epik ala Overworld yang kita bayangin? Yuk, kita bedah bareng-bareng dalam ulasan santai ini!
Jadi, bercerita tentang empat orang “random” yang tiba-tiba terhisap portal misterius ke dunia Minecraft. Ada Garrett “The Garbage Man” Garrison (Jason Momoa), Henry (Sebastian Hansen), Natalie (Emma Myers), dan Dawn (Danielle Brooks).
Mereka berempat ini awalnya memiliki krisis eksistensi gitu di dunia nyata, eh malah masuk ke Overworld, dunia kubik penuh keajaiban tapi juga bahaya seperti Piglin dan Zombie. Di sana, mereka ketemu Steve (Jack Black), seorang expert crafter yang jadi guide mereka untuk mencari jalan pulang.
Plotnya sendiri simpel: mereka harus survive, melindungi Overworld dari ancaman jahat, sambil belajar teamwork dan mencari jati diri. Kerennya, film ini mencoba memberikan vibe “destroy and create” yang khas banget dari Minecraft.
Aku sebagai penonton melihat mereka membangun struktur gila-gilaan, nge-craft item, sampai melawan monster pakai strategi ala game.
Tapi, jujur aja sih, ceritanya agak prediktabel dan kadang terasa buru-buru. Seperti, kamu bakal udah bisa nebak endingnya dari menit ke-30, dan beberapa subplot (terutama punya Jennifer Coolidge yang muncul bentar doang) terkesan dipaksakan gitu.
Buat yang mengharapkan plot mendalam, mungkin bakal terasa agak kurang greget. Tapi kalau kamu cuma pengin have fun, ini cukup menghibur kok.
Ulasan Film A Minecraft Movie

Satu kata buat visualnya: wow! Tim CGI-nya benar-benar all-out buat menterjemahkan dunia Minecraft ke layar lebar. Overworld-nya colorful banget, dari hutan biome yang rimbun sampai lava di Nether yang bikin deg-degan.
Desain mob seperti Creeper, Zombie, sama Piglin juga on point—tetap setia sama game, tapi dikasih sentuhan realistis biar nggak kaku amat. Pas adegan crafting atau membangun kubus-kubusnya, kamu bakal merasa ingin buka laptop dan main Minecraft lagi saking cakepnya.
Cuma, ada satu masalah: perpaduan antara aktor live-action sama dunia CGI kadang awkward. Bayangin aja, orang-orang beneran jalan-jalan di dunia yang kek pixelated gini, hasilnya agak kayak nonton Spy Kids zaman dulu.
Green screen-nya masih kelihatan banget di beberapa scene, apalagi pas interaksi sama mob. Ini bikin immersion-nya agak goyah, padahal budget film ini katanya sampe $150 juta, loh bro!
Kalau ngomongin akting, Jack Black sebagai Steve adalah MVP-nya. Dia benar-benar bawa energi kocak dan chaotic yang pas banget buat karakter crafter eksentrik. Tiap dia ngomong “First we mine, then we craft!” sambil membawa pickaxe, penonton di bioskop pada ketawa.
Jason Momoa juga solid sebagai Garrett, meskipun karakternya agak klise sebagai “tough guy with a heart”. Emma Myers dan Danielle Brooks oke, tapi karakternya kurang dapat pengembangan yang dalam, jadi cuma mengisi kuota party aja. Sebastian Hansen sebagai Henry lumayan bikin simpati, apalagi pas scene emosional dia soal kehilangan.
Sayangnya, chemistry antar karakter kadang terasa datar. Mungkin karena script-nya lebih fokus ke action dan humor ketimbang ngulik hubungan mereka. Oh iya, ada cameo beberapa aktor lain seperti Kate McKinnon, tapi perannya kecil banget sampai kalian mungkin lupa mereka ada.
Film ini jelas ditujukan buat keluarga, jadi humornya ringan dan nggak terlalu cringe. Banyak jokes yang nyanyi soal mekanik Minecraft, seperti crafting table atau “punch a tree to gather wood”.
Buat yang udah main Minecraft lama, kamu bakal ketawa pas dengar referensi soal Chicken Jockey atau Enderman. Tapi tenang, buat yang nggak ngerti game-nya, humor ini tetep gampang dicerna kok.
Fan service-nya juga banyak, mulai dari biome yang ikonik, item seperti Elytra, sampai kehadiran karakter seperti Alex di post-credit scene.
Cuma, ada beberapa elemen yang bikin gamer hardcore mungkin garuk-garuk kepala, seperti “Elytra kok tiba-tiba ada?” atau “Portal dibikin gitu doang?”. Ini sih yang bikin beberapa fans ngerasa filmnya kurang setia sama lore game.
Musiknya juga layak diacungin jempol. Jack Black nyanyi lagu orisinal berjudul “I Feel Alive” yang bikin vibe petualangan makin kental. Terus ada scoring dari Mark Mothersbaugh yang menggambarkan suasana Overworld dengan apik.
Lagu-lagu lain seperti cover instrumental “Just Can’t Get Enough” dari Depeche Mode juga nambah kesan fun. Pokoknya, soundtrack-nya bikin kamu nggak bosan sepanjang 101 menit durasi film.
Jadi, apa A Minecraft Movie sebagus yang kita bayangin? Well, ya dan enggak. Film ini sukses banget bikin dunia Minecraft hidup di layar lebar dengan visual yang memanjakan mata dan humor yang cocok buat keluarga.
Jack Black sama Jason Momoa benar-benar membawa film ini ke level yang lebih seru. Tapi, ceritanya yang agak dangkal, CGI yang kadang canggung, sama pengembangan karakter yang kurang nendang bikin film ini nggak sampai “epic” banget.
Buat penggemar Minecraft, ini seperti nostalgia bomb yang bikin kalian pengin main lagi. Buat penonton biasa, ini tontonan ringan yang nggak terlalu bikin mikir.
Rating dariku? 7/10. Layak banget ditonton bareng keluarga atau teman, apalagi kalau kamu suka ngeliat Creeper meledak di layar gede. Tapi, kalau kamu mengharapkan masterpiece, mending turunin ekspektasimu dulu.
Oh iya, film ini box office-nya gila, katanya udah ngumpulin $371 juta secara global sampai April 2025, jadi nggak heran kalau sekuelnya udah diumumkan. Kamu udah nonton belum?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS