Rachel Hawkins dikenal lewat karya-karya bergenre thriller domestik dan misteri, seperti The Wife Upstairs dan Reckless Girls. Dalam "The Heiress", ia kembali membuktikan kemampuannya membangun ketegangan psikologis yang rumit, dengan latar aristokrasi Amerika Selatan dan warisan yang penuh misteri.
Novel ini pertama kali dirilis pada tahun 2024 dan dengan cepat menarik perhatian pembaca yang menyukai misteri berlapis dan karakter yang ambigu.
"The Heiress" mengisahkan Ruby McTavish Callahan Woodward Miller Kenmore, seorang pewaris kaya yang telah menikah empat kali dan dikenal akan kehidupannya yang penuh misteri, terutama karena para suaminya meninggal dalam keadaan mencurigakan.
Setelah kematiannya, rumah megahnya di North Carolina diwariskan kepada keponakannya, Camden McTavish, yang selama bertahun-tahun menjauh dari warisan keluarga itu.
Rachel Hawkins menyusun cerita ini dengan gaya naratif bergantian, narasi Camden di masa kini, narasi Jules (istrinya), serta potongan-potongan surat dari Ruby sendiri. Format ini memberikan kedalaman dan memungkinkan pembaca melihat peristiwa dari berbagai sudut pandang, sambil membangun rasa penasaran akan rahasia keluarga McTavish.
Ruby adalah tokoh sentral meskipun ia telah meninggal saat cerita berlangsung. Ia digambarkan sebagai sosok kompleks, kaya raya, cerdas, dan penuh rahasia. Surat-surat yang ditinggalkannya mengungkapkan luka masa kecil, kehidupan penuh tekanan, dan bagaimana kekuasaan dan uang bisa menjadi alat perlindungan sekaligus jebakan.
Camden, si keponakan, tumbuh dalam bayang-bayang keluarga McTavish tetapi memilih kehidupan biasa jauh dari kemewahan dan manipulasi keluarga.
Namun ketika ia dan Jules kembali ke rumah megah Ashby House setelah kematian Ruby, masa lalunya tak bisa lagi dihindari. Perjuangannya menghadapi trauma masa kecil dan keraguan terhadap motif keluarganya menjadi elemen penting dalam plot.
Jules, istri Camden, bukan hanya karakter pendukung. Ia memainkan peran penting sebagai narator kedua. Dari sudut pandangnya, pembaca melihat ketegangan rumah tangga, misteri keluarga suaminya, dan bagaimana ia sendiri memiliki keraguan terhadap warisan yang mereka terima. Jules membawa nuansa realitas dan keraguan yang membuat cerita lebih membumi.
Rumah besar Ashby di North Carolina bukan sekadar latar, tetapi hampir seperti karakter tersendiri. Rumah itu menyimpan sejarah kelam, gosip masyarakat sekitar, dan rahasia yang tidak pernah benar-benar padam. Hawkins menggambarkannya dengan atmosfer gothic yang dingin dan mencekam.
Salah satu tema sentral novel ini adalah bagaimana trauma dan pola kekerasan bisa diwariskan. Camden adalah contoh dari generasi muda yang ingin melepaskan diri dari beban masa lalu, sementara Ruby menjadi simbol dari generasi yang bertahan dengan cara manipulatif demi bertahan hidup dalam dunia yang keras.
Dengan berbagai kematian yang mengitari kehidupan Ruby, terutama keempat suaminya, misteri di novel ini tumbuh secara bertahap. Apakah Ruby pembunuh? Atau hanya korban dari dunia yang memperalat perempuan? Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong pembaca terus menggali hingga halaman terakhir.
Hawkins memiliki gaya menulis yang tajam, dengan dialog yang natural dan deskripsi yang memadai tanpa berlebihan. Ia ahli menciptakan ketegangan tanpa harus menyajikan adegan-adegan berdarah, lebih memilih pendekatan psikologis yang subtil dan menggugah rasa ingin tahu.
Seperti karya-karyanya yang lain, Hawkins menyajikan twist yang tidak sepenuhnya mengejutkan, tetapi tetap terasa memuaskan. Dalam The Heiress, twist utama muncul dari pengungkapan masa lalu Ruby dan bagaimana persepsi publik terhadapnya ternyata sangat berbeda dari kenyataan yang ia sembunyikan.
Novel ini juga mengandung kritik sosial, terutama terhadap sistem patriarki yang menekan perempuan. Ruby, meskipun tampak berkuasa, sebenarnya adalah hasil dari sistem yang merendahkannya. Kekuatannya justru muncul karena ia belajar memanipulasi sistem itu demi bertahan hidup.
Camden dan Jules mewakili generasi yang mencoba menyembuhkan luka lama. Novel ini menyentuh isu kesehatan mental, relasi keluarga disfungsional, dan pentingnya menghadapi masa lalu alih-alih melarikan diri.
Ruby bukan sosok yang bisa dipuji sepenuhnya, tapi juga tak bisa dicaci tanpa empati. Ia simbol kekuatan perempuan yang bertahan di tengah tekanan sosial, namun juga korban dari sistem yang menindasnya.
Hawkins menyajikannya dengan empati, membuat pembaca merenung soal bagaimana perempuan membentuk ruang aman dalam dunia yang tak selalu memberi mereka pilihan.
"The Heiress" bukan sekadar kisah "whodunit", melainkan eksplorasi psikologis tentang keluarga, identitas, dan beban warisan.
Rachel Hawkins menghadirkan sebuah novel yang kompleks namun mudah diikuti, dengan karakter-karakter penuh lapisan dan pesan mendalam tentang luka dan kekuatan yang bisa tumbuh dari dalamnya.
Bagi pencinta misteri psikologis yang tidak hanya mencari ketegangan tetapi juga makna, The Heiress adalah bacaan yang layak untuk diselami.
Identitas Buku
Judul: The Heiress
Penulis: Rachel Hawkins
Penerbit: St. Martin's Press
Tanggal Terbit: 9 Januari 2024
Tebal: 294 Halaman
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS