Ulasan Novel The Housemaid: Ketika Asisten Rumah Tangga Tak Lagi Aman

Ayu Nabila | Rial Roja Saputra
Ulasan Novel The Housemaid: Ketika Asisten Rumah Tangga Tak Lagi Aman
Cover Novel The Housemaid. (goodreads.com)

Dunia novel thriller psikologis memiliki sebuah resep andalan yang selalu berhasil memikat pembaca, yaitu sebuah keluarga kaya raya yang tampak sempurna dari luar namun menyimpan rahasia busuk di dalamnya.

Novel The Housemaid karya Freida McFadden mengambil resep klasik ini dan meraciknya menjadi sebuah hidangan yang tidak hanya lezat, tetapi juga penuh dengan jebakan dan kejutan yang tak terduga.

Buku ini adalah sebuah pengingat brutal bahwa di balik pintu rumah yang paling megah sekalipun, sering kali bersemayam kengerian yang paling pekat.

Ini bukanlah sekadar cerita tentang seorang asisten rumah tangga, melainkan sebuah permainan persepsi yang akan membuat Anda mempertanyakan kembali semua yang Anda baca.

Fasad Sempurna dan Retakan Pertama yang Disengaja

Kisah ini memperkenalkan kita pada Millie, seorang perempuan muda dengan masa lalu kelam yang baru saja mendapatkan pekerjaan impian sebagai asisten rumah tangga di kediaman keluarga Winchester. Rumahnya indah, suaminya, Andrew, adalah sosok yang tampan dan baik hati.

Namun, ada satu masalah besar, yaitu sang nyonya rumah, Nina Winchester. Nina digambarkan sebagai sosok yang sangat tidak stabil, temperamental, dan gemar membuat hidup Millie seperti di neraka.

Di sinilah McFadden dengan cerdik memasang jebakan pertamanya. Ia menyajikan sebuah skenario yang sangat kita kenal, yaitu trope istri gila yang pencemburu.

Kita sebagai pembaca langsung merasa pintar, kita seolah sudah bisa menebak arah ceritanya. Semua petunjuk awal sengaja dirancang untuk mengarahkan kecurigaan kita pada Nina, membuat kita lengah dan nyaman dalam asumsi kita sendiri.

Millie, Narator Tak Terpercaya yang Kita Percayai Begitu Saja

Salah satu kekuatan utama novel ini terletak pada sudut pandang penceritaannya. Kita melihat semua kejadian melalui mata Millie. Sejak awal kita tahu bahwa Millie bukanlah seorang protagonis yang lugu, ia memiliki catatan kriminal dan rahasia yang ia sembunyikan.

Logikanya, kita seharusnya skeptis terhadap narator seperti ini. Namun, McFadden melakukan trik yang brilian. Dengan menghadapkan Millie pada sosok Nina yang tampak begitu kejam dan tidak rasional, kita secara otomatis berpihak pada Millie.

Kita bersimpati pada nasibnya, kita ikut merasakan frustrasinya, dan akibatnya, kita menelan mentah-mentah semua yang ia ceritakan tanpa filter.

Kita begitu sibuk mendukung Millie sehingga kita lupa untuk mempertanyakan apakah persepsinya terhadap keluarga Winchester benar-benar akurat. Kepercayaan buta kita pada sang narator inilah yang menjadi kunci dari ilusi besar yang sedang dibangun oleh penulis.

Plot Twist sebagai Pembalikan Papan Catur

Banyak yang mengatakan bahwa novel ini wajib dibaca karena plot twistnya yang fenomenal, dan pernyataan itu sama sekali tidak berlebihan.

Namun, ini bukan sekadar kejutan biasa yang hanya mengubah satu elemen cerita. Ide baru untuk menggambarkannya adalah sebuah pembalikan papan catur.

Selama paruh pertama buku, kita mengira sedang menonton sebuah permainan catur di mana kita sudah tahu mana bidak putih dan mana bidak hitam. Lalu, di tengah permainan, penulis tidak hanya menggeser satu bidak, ia membalik seluruh papan caturnya.

Bidak yang kita kira pion lemah ternyata adalah ratu yang paling kuat, dan raja yang kita puja ternyata adalah bidak tak berdaya.

Kekuatan dari plot twist ini bukan hanya pada efek kejutnya, melainkan pada kemampuannya memaksa kita untuk memikirkan ulang dan menafsirkan kembali setiap adegan, setiap dialog, dan setiap detail kecil dari paruh pertama buku dengan kacamata yang sama sekali baru.

Lebih dari Sekadar Thriller, Sebuah Komentar tentang Peran Perempuan

Jika kita menggali lebih dalam, The Housemaid menawarkan lebih dari sekadar hiburan yang menegangkan. Novel ini bisa dibaca sebagai sebuah komentar sosial yang kelam tentang peran perempuan dalam masyarakat patriarkal.

Ia mengeksplorasi bagaimana perempuan bisa menjadi korban dari ekspektasi dan kekerasan, tetapi juga bagaimana mereka bisa menjadi pelaku kekerasan terhadap sesama perempuan karena tekanan yang sama. Namun, pada akhirnya, novel ini memberikan sebuah narasi yang kuat tentang solidaritas perempuan.

Ia memutarbalikkan trope klise tentang dua perempuan yang bersaing memperebutkan seorang pria dan mengubahnya menjadi sebuah aliansi tak terduga untuk menghancurkan monster yang sesungguhnya.

Ini adalah kisah tentang amarah perempuan yang terpendam dan kekuatan yang muncul ketika mereka memutuskan untuk berhenti menjadi korban.

Singkatnya, The Housemaid adalah sebuah rollercoaster emosi yang dirancang dengan presisi luar biasa. Ia populer bukan hanya karena kejutannya, tetapi karena cara penulis dengan sabar dan teliti membangun fondasi untuk kejutan itu. Buku ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi para pembaca thriller, bahwa jangan pernah terlalu cepat percaya pada apa pun.

Jangan percaya pada rumah yang terlalu sempurna, jangan percaya pada suami yang terlalu menawan, dan yang paling penting, jangan pernah sepenuhnya percaya pada narator yang sedang membisikkan cerita di telinga Anda.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak