Sampai Titik Terakhirmu adalah sebuah drama romansa Indonesia yang dirilis pada 13 November 2025. Disutradarai oleh Dinna Jasanti, film ini diadaptasi dari kisah nyata pasangan Albi Dwizky dan Shella Selpi Lizah. Cerita berfokus pada perjalanan cinta mereka yang penuh tantangan, terutama ketika Shella didiagnosis menderita kanker ovarium stadium lanjut sejak 2021.
Film ini menggambarkan bagaimana cinta sejati bisa bertahan hingga akhir hayat, dengan elemen emosional yang kuat dan pesan tentang ketabahan serta pengorbanan.
Cinta Sejati Melawan Kanker: Perjuangan Albi dan Shella

Sinopsis film ini dimulai dari pertemuan Albi (diperankan oleh Arbani Yasiz) dan Shella (Mawar de Jongh). Albi adalah seorang perantau pendiam yang merasa tidak pantas bermimpi besar, sementara Shella adalah wanita energik yang penuh semangat. Mereka bertemu dalam perjalanan meraih mimpi masing-masing dan hubungan mereka berkembang menjadi cinta yang mendalam.
Namun, kebahagiaan itu terganggu ketika Shella divonis menderita kanker. Albi tetap setia mendampingi Shella melalui pengobatan, operasi, dan momen-momen sulit hingga titik terakhir kehidupannya. Kisah ini bukan hanya romansa biasa, tetapi juga tentang perjuangan melawan penyakit, dukungan keluarga, dan refleksi atas arti hidup. Elemen nyata dari cerita ini diambil dari pengalaman asli pasangan tersebut, yang membuat film terasa autentik dan mengharukan.
Review Film Sampai Titik Terakhirmu

Dari segi akting, Arbani Yasiz berhasil memerankan Albi dengan nuansa emosional yang dalam. Karakternya yang pendiam tapi penuh kasih sayang terasa alami, terutama dalam adegan-adegan di mana ia harus menunjukkan ketabahan saat menghadapi penyakit istrinya.
Mawar de Jongh sebagai Shella juga tampil memukau, menampilkan transisi dari wanita ceria menjadi pasien yang berjuang dengan rasa sakit fisik dan emosional. Chemistry antara keduanya menjadi fondasi kuat film ini, membuat saya ikut merasakan ikatan mereka.
Sutradara Dinna Jasanti menggunakan pendekatan naratif seperti surat perpisahan, yang membuat alur bergerak lambat tapi penuh makna, mirip dengan film-film drama kesehatan seperti The Fault in Our Stars. Secara visual, film ini mengandalkan sinematografi sederhana tapi efektif. Adegan-adegan di rumah sakit, pantai, dan momen intim pasangan difilmkan dengan pencahayaan hangat yang menekankan kehangatan cinta mereka.
Akan tetapi, film ini terlalu bergantung pada elemen melodrama, dengan air mata yang membanjiri sepanjang cerita. Meski demikian, itu justru menjadi kekuatan utama karena film ini dirancang untuk menyentuh hati dan menginspirasi. Tema utamanya adalah cinta tanpa akhir, ketabahan menghadapi penyakit, dan pentingnya menghargai waktu bersama orang tercinta. Film ini juga menyentuh isu kesehatan, seperti kesadaran tentang kanker ovarium, tanpa terasa seperti sebuah kampanye.
Secara keseluruhan, Sampai Titik Terakhirmu mendapat respons positif dari penonton dan kritikus. Banyak ulasan menyebutnya sebagai film yang membuat menangis tapi tidak murahan, dengan rating rata-rata 7.5/10 di platform seperti IMDb dan Letterboxd. Kekurangannya mungkin ada pada alur yang mudah ditebak, tetapi itu tertutupi oleh keaslian cerita nyata.
Film berdurasi sekitar 114 menit ini cocok untuk pencinta drama romantis yang ingin merasakan emosi mendalam, terutama pasangan atau mereka yang pernah menghadapi situasi serupa. Film ini menjadi pengingat bahwa cinta bisa mengalahkan segala rintangan, meskipun akhirnya menyakitkan.
Rating pribadi: 8/10