Dari sekian banyak seri ‘Predator’, sungguh betapa mudahnya manusia mudah mengalahkan makhluk pemburu paling ditakuti di galaksi.
Aneh! Mereka datang dengan teknologi mutakhir dengan reputasi berburu ratusan tahun, tapi akhirnya selalu tumbang sama manusia yang (secara teori) seharusnya jauh lebih lemah.
Mungkin karena itulah Dan Trachtenberg, sutradara yang sebelumnya menggebrak waralaba ini lewat ‘Prey’ (2022), kembali dengan konsep baru dalam ‘Predator: Badlands’.
Film yang diproduksi 20th Century Studios dan TSG Entertainment ini seakan-akan ingin menjawab satu pertanyaan penting, “Mungkinkah Yautja kalah bukan karena lawan mereka hebat, tapi karena harga diri mereka sendiri?” Hmmm … menarik nih!
Dan untuk pertama kalinya, waralaba ini mengajak kita memandang cerita bukan dari sudut manusia, melainkan dari mata sang predator. Semua itu bisa kita tonton di bioskop sejak awal rilis di Indonesia pada 5 November 2025.
Kali Ini Ceritanya Tentang Apa?

Film dibuka dengan adegan yang langsung menegaskan sifat asli Yautja: tegas, brutal, dan tanpa ampun terhadap kelemahan. Dari pembukaan ini, kita masuk ke cerita Dek, diperankan Dimitrius Schuster-Koloamatangi, sibYautja muda bertubuh kecil yang sering dianggap kurang layak menyandang gelar pemburu.
Nggak ingin hidup dalam bayang-bayang hinaan, Dek mengambil misi yang bahkan para Yautja dewasa pun enggan menjalankannya, yakni memburu Kalisk, predator apeks dari Planet Genna, makhluk yang konon nggak bisa dibunuh.
Namun, Genna tuh bukan sembarang planet asing. Itu adalah dunia liar yang hidup dan sekaligus membunuh. Di planet ini, hampir semua hal bisa menjadi ancaman.
Rerumputan yang setajam bilah pisau, tanaman yang dapat menembakkan jarum beracun, serangga yang meledak saat terganggu, hingga makhluk-makhluk buas yang bereaksi cepat pada gerakan dan panas. Ught, ngeri deh!
Di tengah kekacauan itu, Dek secara nggak terduga bertemu dengan Thia (Elle Fanning), android milik Weyland-Yutani yang rusak parah tapi masih aktif. Namun, berbeda dari android perusahaan itu, yang biasanya dingin dan punya agenda tersembunyi, Thia sebaliknya, dia ceria, jenaka, dan emosional.
Dengan pengetahuannya tentang ekologi Genna, Thia mengulurkan tangan kepada Dek. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Yautja, sosok predator mau bekerja sama bukan karena keharusan tapi karena kebutuhan.
Menarik Banget Deh!

Jujurly, aku selalu menyukai dunia Yautja karena misterinya, budaya, filosofi, dan obsesi mereka terhadap perburuan. Bedanya, ‘Badlands’ membuatku merasa seolah-olah diriku benar-benar mengikuti proses pendewasaan sang Yautja muda. Dek bukan predator sempurna lho. Dia ada keraguan, impulsif, ambisius, dan terus-menerus dibayang-bayangi rasa minder.
Bagiku, Dan Trachtenberg berhasil membuat Yautja terlihat rentan. Dan itu bukan hal yang pernah aku rasakan dalam film-film sebelumnya. Untuk pertama kalinya, aku bisa berempati pada ‘monster’.
Yang paling mencuri perhatianku adalah desain ekologis planet Genna. Setiap langkah Dek terasa berbahaya, dan aku sampai bertanya-tanya, “Gimana makhluk ini bertahan hidup lebih dari satu jam?” Dan keindahan film ini jelas terletak pada penggabungan unsur fantasi, sci-fi, dan survivalnya.
Bahkan aku juga suka terkait dinamika antara Dek dan Thia yang membentuk inti emosional film ini. Seringkali keduanya terlihat seperti pasangan teman perjalanan yang nggak cocok, tapi perlahan saling mengisi. Humor mereka nggak berlebihan, tapi cukup buat meredakan ketegangan.
Dan dari sini aku paham, ‘Badlands’ sebenarnya adalah kisah tentang dua makhluk asing yang belajar memahami satu sama lain.
Oh, iya. Klimaks film adalah bagian yang paling kunikmati. Dek nggak mengandalkan kekuatan fisik atau teknologi Yautja semata. Sebaliknya, dia menggunakan seluruh ancaman di Genna sebagai senjata improvisasi.
Rumput silet dijadikan jebakan. Serangga eksplosif dimanfaatkan sebagai granat. Tanaman beracun diatur jadi perangkap mematikan. Seru deh!
Meski nggak ada momen gore berlebihan, ketegangannya tetap terasa. Ada sedikit elemen kaiju lho, yang membuat adegan klimaks terlihat megah.
Oke deh. ‘Badlands’ tuh ibarat bukti, bahkan predator pun bisa belajar sesuatu yang baru, termasuk arti bertahan hidup bersama. Jika Sobat Yoursay ingin melihat Yautja dari sisi yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, tonton deh film ini.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS