Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Nanik Srisunarni
Pengalaman Kuliah Bersama Teman-teman Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Pribadi/Nanik)

Selesai sudah masa studi saya di program studi Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta atau yang dulunya bernama IAIN Surakarta. Yakni tepat pada tanggal 30 Mei 2022 saya telah resmi menjadi alumni dari kampus moderat ini dengan masa studi tiga tahun sembilan bulan. Ya, saya mampu lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude, tentu hal ini bukan tujuan akan tetapi bonus yang Tuhan selipkan dalam sejarah pendidikan saya.

Bila kita tarik kembali ke masa tiga tahun sembilan bulan silam, masa di mana saya masih menjadi seorang mahasiswa baru yang lugu terdapat banyak hal terkait keberagaman yang saya jumpai di kampus ini. Di kampus moderat ini, saya banyak menjumpai perbedaan baik itu suku, ras, agama, kewarganegaraan, maupun perbedaan lain yang tidak akan selesai jika dijabarkan dalam artikel ini.

Namun yang menjadi fokus saya adalah perbedaan dalam moderasi beragama. Barangkali ini adalah hal baru bagi saya kala itu. Ketika saya mengenyam pendidikan di kampus yangmana tidak ada perbedaan dalam hal agama. Semua sama, yakni beragama Islam. Namun ternyata sama-sama memeluk Islam pun kami memiliki cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berbeda satu sama lain, dan inilah hal yang paling berkesan untuk saya.

Banyaknya perbedaan keyakinan dalam menjalankan syariat Islam nyatanya tidak menjadikan kampus ini gaduh dan riuh akan adu argumentasi yang kaku. Justru yang ada adalah sikap saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan yang ada sebagai suatu bentuk kekayaan cara pandang yang patut untuk dihormati.

Contoh sederhana dalam moderasi beragama ini adalah perbedaan dalam melaksanakan salat misalnya ada yang menggunakan Qunut dalam salat subuh, adapula yang tidak, beragamnya cara mahasiswi mengenakan hijab, ada yang melantunkan salawat adapula yang tidak, sampai pada penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist yang berbeda pula. Walaupun memiliki cara pandang dan pelaksanaan yang berbeda, semuanya bermuara pada satu titik yakni beribadah kepada Allah SWT.

Barangkali contoh sederhana mengenai moderasi beragama di atas sudah mampu memberikan sedikit gambaran mengenai indahnya perbedaan di kampus ini. Kampus yang berhasil mencetak generasi islami yang melek akan moderasi sehingga mampu mengembangkan toleransi, baik di dalam kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Mungkin tak banyak perbedaan yang bisa saya tuliskan dalam artikel ini, tapi yang pasti cantiknya perbedaan di kampus moderat ini telah membuka wawasan saya bahwa perbedaan bukanlah sebuah masalah. Namun perbedaan adalah suatu puzzle yang dapat kita satukan menjadi satu nada dan satu irama yang menggetarkan hati.

Terimakasih UIN Raden Mas Said Surakarta yang telah memberikan warna dalam perjalanan saya menempuh pendidikan sehingga mampu menyikapi perbedaan dengan bijak. Mungkin saat ini saya telah menjadi alumni, tetapi rasa cinta ini tak akan luntur dari hati. Sukses selalu kampus tercintaku!

Nanik Srisunarni