Pada kuncup bunga kemuning
Kudapati atma yang terus mengintai
Di balik kelopak-kelopak yang mulai menguning
Ada isyarat yang tak mampu disampaikan oleh hati
Bukan karena mati!
Namun tempatnya tak lagi sama
Yang ada hanya sunyi
Berselimut sepi dalam asa
Bunga kemuning di semester akhir
Berbaur bersama rindangnya detik-detik kebersamaan
Kala ikrar turut terucap
Mengambil andil di dedua musim persahabatan
Nyatanya kemuningku layu
Seakan lesu oleh kabar yang terhitung jari
Menembus kegundahan relung jiwa
Hati yang kecewa tak lagi terpungkiri
Setidaknya hadirlah pada kuncup terakhir si bunga kemuning
Semerbaknya menyemai dalam aksara sendu
Selalu larut dalam kisah yang terkenang
Sungguh rindu masih melekat erat hingga sanubari
Terimalah
Rindu dari Kemuning
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Lyodra Diduga Pacaran dengan Randy Martin, Beri Emoji Hati di Postingan Ultah Sang Aktor
-
Ulasan Buku Menjala Kunang-Kunang, Rayakan Patah Hati Lewat Sebuah Puisi
-
Ulasan Buku Pencurian Terbesar Abad Ini, Puisi dengan Perspektif Tak Biasa
-
Ulasan Buku Dua Alasan untuk Tidak Jatuh Cinta, Plot Twist-nya Tak Terduga!
Sastra
Terkini
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024