Ilustrasi Kampung Halaman. (Pixabay)
Hijau alam masih menyelimuti
Suasana dingin menyengat
Tulang belulang merasakan dinginnya hawa angin
Hingga malam pun tiba akan terlelap sepanjang malam
Kampung halamanku tempat aku dilahirkan
Aku mengadu nasib bersama keluarga kecilku
Bertani menjadi teman hidup sepanjang hari
Aku duduk menyaksikan orang-orang sibuk dengan dirinya sendiri
Kampung halamanku
Aku saksikan gunung-gunung tinggi mengelilingi
Ia terus menyahut akan kekayaannya
Mempersembahkan pada manusia tentang nilai keadilan
Tetapi tidak
Kampung halamanku bukan dirinya lagi seperti dahulu kala
Orang-orangnya sudah pandai bermain akrobat
Hingga perlahan hanya mementingkan dirinya sendiri
Nipa, 1 Agustus 2021
Komentar
Berikan komentar disini >
Baca Juga
-
Citra Bisa Menipu, tapi Energi Tidak Pernah Bohong
-
Guru yang Menjadi Cermin: Keteladanan yang Membangun Karakter Siswa
-
Menemukan Ketenangan di Tengah Dunia yang Selalu Online
-
Efisiensi Tanpa Overthinking: Menata Ulang Budaya Kerja Lembaga Mahasiswa
-
Duet Ayah dan Anak di Pemilu: Sah secara Hukum, tapi Etiskah?
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
Timnas Indonesia U-17 dan Label 'Kalah Terhormat' yang Layak untuk Mereka Sandang
-
Sinopsis Those Days, Drama China yang Dibintangi Tong Yao dan Jiang Xin
-
Akhirnya! KPop Demon Hunters 2 Dikonfirmasi Tayang pada 2029
-
Diterpa Isu Miring, Hamish Daud Akui Baru Pulih usai Operasi di Rumah Sakit
-
Bagikan Trailer Baru, Five Nights at Freddy's 2 Segera Rilis Desember 2025