Tak hentinya kuhitung hari demi hari
Aku tak bergeming dari arah pikiran yang hanya tertuju padamu
Menatap kalender usia bertuliskan angan-angan bersamamu
Tiada letih aku menghitung bintang di langit malam seorang diri
Telah banyak garis lintang yang kubentuk sembari menanti hadirmu
Sabarku tak berujung
Terus menanti hingga dirimu pulang
Entahlah…
Penantianku sudah menjadi candu
Hingga aku lupa kapan pertama kali cinta mulai bertumbuh
Bagaimana aku setegar ini menanti dirimu?
Penantianku sudah menjadi candu
Bersama sederet pesan kerinduan
Kuharap kau dengar namamu menjadi harapan sebuah hati yang merindu
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Struktur Cinta Yang Pudar, Melawan Kenangan yang Perih
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Ulasan Buku Menjala Kunang-Kunang, Rayakan Patah Hati Lewat Sebuah Puisi
-
Ulasan Buku Pencurian Terbesar Abad Ini, Puisi dengan Perspektif Tak Biasa
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
Sastra
Terkini
-
Calvin Verdonk Ungkap Pengalaman Berkesan di Indonesia: Semua Orang Mengenalimu
-
3 Rekomendasi Drama Upcoming Beragam Genre yang Layak Kamu Nantikan
-
Kenali Pengaruh Marketing Automation Terhadap Peningkatan Efisiensi Bisnis
-
Dari Kelas Berbagi, Kampung Halaman Bangkitkan Remaja Negeri
-
Ulasan Buku Period Power, Meningkatkan Produktivitas Saat Datang Bulan