Ilustrasi Menunggu (Pexels/Quốc Bảo)
Tak hentinya kuhitung hari demi hari
Aku tak bergeming dari arah pikiran yang hanya tertuju padamu
Menatap kalender usia bertuliskan angan-angan bersamamu
Tiada letih aku menghitung bintang di langit malam seorang diri
Telah banyak garis lintang yang kubentuk sembari menanti hadirmu
Sabarku tak berujung
Terus menanti hingga dirimu pulang
Entahlah…
Penantianku sudah menjadi candu
Hingga aku lupa kapan pertama kali cinta mulai bertumbuh
Bagaimana aku setegar ini menanti dirimu?
Penantianku sudah menjadi candu
Bersama sederet pesan kerinduan
Kuharap kau dengar namamu menjadi harapan sebuah hati yang merindu
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Imajinasi Terjun Bebas Tanpa Batas dalam Buku Puisi Telepon Telepon Hallo
-
10 Kumpulan Puisi Pendek 17 Agustus: Ekspresikan Nasionalisme dengan Kata-kata Menyentuh Hati
-
Belajar Merasa Cukup dengan Apa yang Kita Punya Lewat Buku Everything You'll Ever Need
-
Ulasan Buku Teething: Mengurai Luka Keluarga dan Cinta Bersama Puisi
-
Buku Sesunyi Cahaya, Puisi Pendek untuk Luka yang Panjang
Sastra
Terkini
-
Potret Budaya Palestina di Buku Homeland: My Father Dreams of Palestine
-
Review Skip to Loafer: Kisah Persahabatan yang Singkat, tapi Bikin Terpikat
-
Review Film Night Always Comes: Satu Malam Panjang, Satu Hidup Penuh Luka
-
4 Lip Serum di Bawah 50 Ribu untuk Atasi Bibir Kering dan Pecah-Pecah
-
Bumi Belum Merdeka: Dijajah Sampah Plastik yang Kita Biarkan