Secara keseluruhan buku ini fokus pada tiga tema besar yakni kemanusiaan, keperempuanan, dan keislaman yang terbagi dalam empat bagian. Didalam buku ini pula isu-isu perempuan yang krusial dan kontroversial dibahas secara cerdas, kritis, dan mencerahkan dari sejak sebelum hadirnya Islam hingga sampai pada masa sekarang.
Islam hadir ketika perempuan belum dianggap sebagai manusia. Perempuan hanya dijadikan sebagai objek seksual bahkan kehadirannya pun tak dianggap. Mereka dijual dan diwariskan layaknya sebuah benda, baik di Jazirah Arab sendiri maupun negara lainnya. Islam hadir dengan menegaskan kemanusiaan perempuan setidaknya meliputi empat hal berikut.
Pertama, penegasan kedudukan perempuan sebagai subjek dalam sistem kehidupan. Kedua, sebagai sesama manusia, laki-laki dan perempuan sama-sama hanya menghamba kepada Allah swt. Ketiga, sebagai sesama subjek dalam sistem kehidupan, laki-laki dan perempuan mesti bekerja sama mewujudkan kemaslahatan sebagaimana mandatnya yaitu khalifah fil ardh. Keempat, laki-laki bukanlah standar kemaslahatan perempuan sehingga pengalaman perempuan penting untuk dipertimbangkan dalam mencapai kemaslahatan.
Dalam konteks perempuan, nilai adil dan berimbang tentu saja perlu mengintegrasikan pengalaman perempuan baik secara biologis (menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, menyusui) maupun sosial (stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda). Jika kita fokus pada persamaan laki-laki dan perempuan dengan mengabaikan pengalaman perempuan tersebut, maka keadilan yang muncul adalah keadilan legal, formal, dan tekstual. Jika hanya demikian saja, maka untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan serta menjadikan perempuan sebagai makhluk yang seutuhnya akan sulit tercapai.
Buku ini hadir dengan semangat revolusioner yang luar biasa. Meskipun Islam telah hadir sejak lama dan telah memperjuangkan persamaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang setara, namun sampai kini kita masih banyak menjumpai ketimpangan bahkan kekerasan banyak dialami perempuan. Setiap perempuan adalah ibu kehidupan, sebagaimana laki-laki adalah bapak kehidupan. Keduanya sama-sama wajib bersikap dan disikapi secara manusiawi.
Oleh karena itu, kiranya buku ini menjadi sumber pengetahuan baru untuk membangun relasi ketuhanan dan kemanusiaan yang lebih adil, setara, dan beradab antara perempuan dan laki-laki yang notabene adalah sesama makhluk ciptaannya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga
-
Ulasan Buku The Second Chance: Pengelolaan Sumber Daya untuk Masa Depan
-
Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih: Romantisme Sejoli yang Penuh Kelucuan
-
Secuil Cerita Menyambut Satu Dekade Suara.com
-
Ulasan Buku 'Born To Be Success': Cara Mudah Meraih Sukses
-
Hapus Ketidakadilan Berbasis Gender, Pahami Feminisme Lewat Buku 'Menggugat Feminisme'
Artikel Terkait
-
Hidup Lebih Bahagia dengan Berpikir Kritis Lewat Buku Makanya Mikir
-
Ulasan Novel Memories of a Name: Jejak Luka di Lorong SMA Polaris
-
Refleksi Hari Kartini, Peran Perempuan di Era AI Jadi Sorotan
-
Kisah Mang Adi dari Busa Pustaka: Melawan Ketimpangan Akses Terhadap Buku dan Literasi di Indonesia
-
Lanjutkan Semangat Kartini, Ini Sosok Perempuan-perempuan Muda Berprestasi Zaman Kini
Ulasan
-
Teluk Triton, Menyimpan Keindahan Layaknya Surga Tersembunyi di Kaimana
-
Hidup Lebih Bahagia dengan Berpikir Kritis Lewat Buku Makanya Mikir
-
5 Rekomendasi Film untuk Sambut Akhir Pekanmu, Ada The Snitch-The Accountant 2
-
Ulasan Novel Memories of a Name: Jejak Luka di Lorong SMA Polaris
-
Review The Hot Spot: Kala Alien Bantu Teman Atasi Masalah Hidup Sehari-hari
Terkini
-
4 Ide Gaya Kasual ala Kim Yo Hanyang Bisa Ditiru Buat Nongkrong!
-
Film 'Conclave' Umumkan Tayang secara Terbatas di Bioskop Indonesia
-
Sinopsis Khauf, Series India Dibintangi Monika Panwar dan Rajat Kapoor
-
Sudirman Cup 2025: Drawing Grup, Indonesia Masuk Grup D Bersama Denmark
-
4 Gaya OOTD Elegan Shin Min-A, Cocok untuk Acara Formal hingga Semi Kasual