Bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan. Bersyukur juga tergolong ibadah yang seyogianya selalu kita amalkan setiap saat. Apa pun kondisinya. Orang yang enggan bersyukur maka dia akan menjadi orang yang merugi.
Realitanya, banyak orang yang merasa hidupnya selalu kurang dan kurang, sehingga membuatnya enggan mensyukuri beragam kenikmatan yang telah dicurahkan oleh Tuhan kepadanya.
Nikmat Tuhan itu sangat banyak. Tidak sebatas pada harta benda yang berlimpah belaka. Dalam buku “Paragraf-Paragraf Tuhanmu” dijelaskan, nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada manusia begitu banyak. Akan tetapi, nikmat yang banyak itu tidak tampak oleh sebagian orang. Hal itu terjadi karena hati mereka telah tertutup dengan kotoran-kotoran dosa. Jika hatinya bersih, tentu mereka bisa melihatnya.
Hati yang bersih akan menyaksikan betapa nikmat-nikmat Allah selalu datang bertubi-tubi dari pagi hingga malam hari. Tiada satu napas yang dihirup kecuali di dalamnya terdapat kenikmatan yang agung. Napas adalah rezeki. Kesehatan badan adalah rezeki. Kelengkapan anggota badan adalah rezeki. Mata adalah rezeki. Telinga adalah rezeki. Akal adalah rezeki. Hati adalah rezeki, dan seterusnya (hlm. 73).
Sudahkah kita bersyukur hari ini? Pertanyaan ini mestinya menjadi sebuah pertanyaan rutin yang perlu kita tanyakan kepada diri kita sendiri setiap hari. Dengan pertanyaan ini, diharapkan akan membantu kita merenungi diri, seberapa besar rasa syukur yang telah kita ungkapkan. Atau jangan-jangan, kita jarang bersyukur? Yang ada hanya mengeluh, mengeluh, dan mengeluh?
Bersyukur memang perlu dilatih. Karena bisa jadi terasa sulit bagi sebagian orang. Muhammad Farid Wajdi, Lc. menjelaskan, bersyukur sejatinya tidak sulit, tetapi menjadi sulit ketika hati telah menjadi kotor. Salah satu hal yang menyebabkan kotornya hati adalah ketamakan. Orang yang memiliki sifat tamak tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya. Ia selalu merasa kurang dan selalu merasa ingin lebih. Sehingga, apabila yang didapatkannya tidak sesuai dengan keinginannya, ia akan berkeluh-kesah dan mengumpat. Hatinya lupa untuk mengucapkan syukur kepada siapa yang memberi.
Buku kumpulan artikel beragam tema karya Muhammad Farid Wajdi, Lc. yang diterbitkan oleh Quanta (Jakarta, 2017) ini bagus dan tepat dijadikan sebagai salah satu bacaan yang kaya dengan renungan hidup. Membaca buku ini dapat membantu memotivasi para pembaca untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
-
Walk The Line, Menyelami Kehidupan Seorang Pengasuh Anak Autis
-
Review Buku 'Lepas Susahmu', Mengetahui Macam Ujian dari Cara Menghadapinya
-
Simak Tips dari Buku Ini dan Mulai Berbenah, Ternyata Bisa Jadi Duit!
-
Buku Muslimah Timur Jauh: Menangkap Suara Sumbang terhadap Muslim Gaza
-
Le Petit Prince: Kecil dalam Ukuran, Besar dalam Makna
Ulasan
-
Mengulik Novel Sesuk Karya Tere Liye: Misteri Rumah dan Wabah Kematian!
-
Ulasan Novel Pulang Pergi: Sisi Gelap dan Mematikan Shadow Economy!
-
Ulasan Novel SagaraS: Sosok Orang Tua Kandung Ali Terungkap!
-
Ulasan Buku Melukis Pelangi: Menghapus Kata Takut dan Menyerah dalam Hidup
-
Ulasan Novel Friends That Break Us: Ketika Persahabatan Lama Menjadi Luka
Terkini
-
Self-care di Era Kapitalisme: Healing atau Konsumerisme Terselubung?
-
Bumi Tak Perlu Berteriak: Saatnya Kita Lawan Krisis Air dari Sekarang
-
4 Daily OOTD ala Kazuha LE SSERAFIM, Anti-Ribet Tetap Fashionable!
-
Belajar dari Malaysia: Voucher Buku sebagai Investasi Masa Depan Literasi
-
Proker KKN Membuat Ganci dari Kain Perca: Edukasi Cinta Bumi Sejak Dini