Novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi menceritakan tentang kisah Hepi, remaja yang ditinggalkan ayahnya di perantauan sebagai hukuman karena dia tidak naik kelas. Hepi dipaksa oleh keadaan untuk belajar kehidupan langsung dari alam.
Cerita dimulai ketika Hepi tidak naik kelas karena tidak mengikuti ujian dan sering bolos. Sikapnya pun kurang baik dan susah diatur.
Hepi diajak liburan ke kampung masa kecil ayahnya di Tanah Gadang tepatnya di Kampung Tanjung Durian. Hepi berkenalan dengan dua remaja seusianya bernama Attar dan Zen. Mereka kerap bermain bersama.
Beberapa Minggu kemudian, Martiaz, ayah Hepi, harus pulang ke Jakarta karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama. Tetapi, Martiaz tidak mengajak Hepi. Dia sudah punya rencana untuk meninggalkannya di kampung supaya dididik oleh kakeknya agar sikapnya menjadi lebih baik.
Bagian yang paling berkesan adalah ketika Hepi berlarian membawa koper mengejar bis yang ditumpangi ayahnya sampai bajunya berceceran di jalanan. Hepi tidak menyangka ayahnya setega itu. Dendam kepada ayahnya membara. Mulai dari sanalah Hepi bertekad untuk membeli tiket sendiri untuk pulang ke Jakarta.
Hepi berusaha keras menabung demi bisa membeli tiket. Tanpa disadari, usahanya mengumpulkan uang membuat dia belajar banyak tentang kehidupan. Dia menjadi kasir dan tukang cuci piring di warung Mak Tuo Ros, jadi kurir Bang Lenon, bantu-bantu kakeknya panen durian, apa pun dikerjakannya demi tekadnya itu.
Hepi awalnya tidak betah di kampung karena didikan kakeknya sangat keras, harus hidup sederhana dan jauh dari kemewahan, dan aturan ketat dari kakeknya membuat dia tertekan. Lama kelamaan, petualangan demi petualangan seru dia dapatkan di sana. Mulai dari menangkap maling, berkenalan dengan orang paling ditakuti di kampung, sampai membongkar jaringan narkoba.
Novel Anak Rantau ini kaya akan budaya Minang. Terselip beragam budaya Minang yang diceritakan tetapi tidak membosankan. Terdapat juga indahnya persahabatan antara Hepi, Attar, dan Zen yang selalu solid dan saling membantu apa pun resikonya.
Banyak pesan yang dapat dipetik. Amanat yang paling penting dan disebutkan berkali-kali adalah: alam terkembang menjadi guru. Semua hal bisa kita pelajari dari alam. Alam menyimpan ilmu-ilmu kehidupan yang sangat penting.
Baca Juga
-
Review Film Apocalypse Z: Film Zombie tapi Bukan tentang Zombie?
-
Makna Lirik Tabola Bale, Lagu Timur Viral yang Bikin Presiden Bergoyang
-
Review Film Big World dari Sudut Pandang Disabilitas, Apakah Relate?
-
A Widow's Game, Film Kriminal Netflix yang Bikin Kita Greget Sama si Pelaku
-
Review Jujur Sunscreen Wardah Acne Calming SPF 35 Selama 2 Bulan Pemakaian
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Finding Ikigai in My Journey' Karya Vita Wahid, Perjalanan Menemukan Ikigai dalam Kehidupan
-
Ulasan Buku The Song of Achilles, Kisah Cinta Mitologi Yunani yang Tragis
-
Intip Petualangan Mendebarkan Sherlock Holmes Muda Lewat Cerita yang Satu Ini!
-
Kamuflase Pembunuhan Shinji Togashi dalam Novel Kesetiaan Mr. X
-
Dompet Ayah Sepatu Ibu, Kisah Haru Perjuangan Orang Tua dan Tanah Rantau
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Sambut Akhir Pekan, Ini 5 Rekomendasi Drama China Fantasi yang Tayang 2025
-
SEA Games: Misi Timnas Indonesia Hindari Jegalan Myanmar Demi Semifinal
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali
-
Vivo X200T Siap Meluncur Awal Tahun 2026, Ukuran Compact dan Performa Kencang