Ini 3 Istilah Psikologi Unik yang Harus Kalian Tahu!

Hikmawan Firdaus | Gustya Revor
Ini 3 Istilah Psikologi Unik yang Harus Kalian Tahu!
Ilustrasi kesehatan mental.[pexels.com]

Manusia adalah makhluk dengan bermacam jenis emosi. Baik berupa sedih, senang, takut, marah, jijik dan lain sebagainya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, istilah-istilah unik pun mulai bermunculan dan dapat di akses dengan mudah oleh siapa pun. Istilah tersebut dapat menggambarkan bagaimana perilaku manusia di zaman sekarang atau menggambarkan perasaan yang sulit dijelaskan sebelumnya. Apa saja istilah-istilah tersebut? 

Dilansir dari laman Instagram psycircle.id, berikut 3 istilah psikologi unik dan mungkin relate dengan keadaan manusia sekarang:

1. The Munchausen Syndrom

Hayo, siapa dari kalian yang pernah berpura-pura sakit demi membolos ke sekolah? Tau nggak sih apa istilah yang tepat untuk fenomena itu? Yapp, The Munchausen Syndrom.

Istilah ini berartikan sebuah perilaku memalsukan gejala atau keluhan penyakit yang dialami alias mengada-ngada gejala yang sebenarnya tidak dirasakan, Perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian, simpati, penanganan, belas kasih dan kenyamanan yang datang dari petugas medis atau orang terdekat lainnya.

Gejala orang yang mengalami sindrom ini antara lain:

  1. Merasakan gejala yang tidak berhubungan
  2. Tidak ditemukannya gangguan penyakit yang signifikan meski sudah melalui pemeriksaan yang intens
  3. Biasanya penderita sindrom ini melarang keras dokter berbicara pada keluarga, teman ataupun dokter lain mengenai 'penyakit'-nya
  4. Mengalami krisis identitas

Orang dengan gejala ini hendaknya langsung dipertemukan dengan psikolog/psikiater agar diberikan tindakan yang sesuai untuk mengubah perilakunya. Hal ini bisa berupa konseling atau psikoterapi yang dapat dilalui dengan beberapa tahap.

Ingat ya guys, dilarang keras melakukan self diagnosis ya! Karena gejala yang muncul pada sindrom ini tentunya bermacam-macam.

2. Bandwagon Effect

Fenomena ini mengacu pada perilaku seseorang yang sangat suka melakukan tren. Misalnya ketika kamu menemui produk viral di sebuah platform media sosial, maka kamu akan terdorong untuk membelinya juga meski sebenarnya barang tersebut tidak dibutuhkan. Kebiasaan ini bisa memicu seseorang untuk keliru dalam membuat suatu keputusan.

Faktor yang mempengaruhi bandwagon effect ini terdiri atas pemikiran kelompok (yang dapat tergantung dari seberapa besar dukungan dan adanya tekanan jika tidak ikut-ikutan tren), adanya keinginan untuk benar dan dapat diterima, serta keinginan untuk tidak dikucilkan orang lain karena dianggap tidak mengikuti tren.

Efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh bandwagon effect antara lain adalah:

  1. Memengaruhi pikiran rasional karena semua hal akan berdasar pada pemikiran emosional sebelum membuat sebuah keputusan
  2. Pengambilan kesimpulan yang sembrono tanpa memikirkan dampak panjang atau tidak melakukan crosscheck tentang baik buruknya sebuah tren

3. Cute Aggression

Pernah nggak kamu merasa gemas ketika melihat anak kucing imut berbulu tebal dan terdorong ingin meremas atau mencubitnya? Ini disebut dengan cute aggression.

Agresi ini dipicu oleh sesuatu hal yang menggemaskan. Agresi ini mendorong seseorang untuk meremas, menggigit, mencubit sebuah objek tanpa berniat untuk menyakiti objek menggemaskan tersebut.

Faktor cute aggression muncul karena ekspresi emosi dhimorpus atau perilaku mengeluarkan respon berlawanan dengan emosi yang dirasakan, misalnya rasa senang yang seharusnya muncul ketika melihat kucing imut tadi malah direaksi dengan keinginan meremas dan menggigit. Faktor kedua sebagai bentuk coping mechanism, yaitu  upaya seseorang untuk mengimbangi emosi positif yang kuat ketika menghadapi sesuatu yang imut.

Itulah 3 istilah psikologi yang dapat menggambarkan perilaku seseorang atau bahkan perasaanmu sendiri.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak