Menstruasi atau yang biasa kita sebut juga dengan haid adalah keluarnya darah dan mukus dari vagina disertai dengan deskuamasi endometrium atau pelepasan dinding rahim. Menstruasi terjadi secara periodik dan siklik yang normalnya akan dialami oleh perempuan teratur setiap bulan.
Siklus menstruasi setiap orang biasanya memiliki periode yang berbeda, idealnya periode tersebut terjadi dalam rentang 21-35 hari dalam satu kali masa periode menstruasi. Siklus menstruasi sendiri terhitung dari hari pertama menstruasi hingga masuk pada periode menstruasi berikutnya.
Menstruasi akan terjadi kurang lebih 14 hari setelah fase ovulasi atau fase dimana sel telur yang sudah matang dilepas untuk menuju rahim.
Baca Juga: 3 Manfaat Daging Merah sebagai Sumber Zat Besi hingga Kaya Vitamin
Menstruasi mulai terjadi ketika kamu sudah memasuki masa pubertas lho ladies! Masa pubertas merupakan masa awal dari masa remaja yang dimana akan mulai terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis pada seseorang.
Bagi perempuan, masa remaja dimulai pada umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Pada rentang umur inilah akan terjadi berbagai perubahan pada seorang perempuan menuju dewasa, salah satunya ditandai dengan mulai mengalami menstruasi.
Perubahan psikologis yang terjadi nantinya juga akan memengaruhi siklus dari menstruasi kamu. Siklus menstruasi yang tidak normal menunjukkan adanya masalah baik pada sistem metabolisme ataupun pada sistem hormonal (Manggul, M., Syamsudin, M. 2016).
Di usia remaja perubahan psikologis yang menjadi salah satu perhatian utama yaitu emosi. Emosi pada remaja sangat sulit untuk dikendalikan, umumnya emosi pada remaja selalu berubah-ubah yang pada akhirnya memengaruhi dirinya untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun mengambil keputusan.
Dengan kondisi emosi ini para remaja akan kesulitan untuk memahami dirinya sendiri dan tidak bisa mengatasi masalah dengan baik hingga menuntun dirinya sendiri pada terjadinya stres. Stres sendiri merupakan kondisi di mana tubuh kita memberikan respon non spesifik terhadap stresor.
Dikutip dari World Health Oragnization (WHO), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial. Stres sendiri dianggap sebagai situasi ketika tubuh menjadi takut, terkejut, dan menimbulkan kecemasan.
Baca Juga: 5 Manfaat Tidur Tanpa Bantal yang Wajib Kamu Ketahui
Apa sih hubungan stres dengan siklus menstruasi?
Kita semua pernah mengalami stres bukan? Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Manggul, M., Syamsudin, M yang berjudul "Hubungan Stress Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XII SMA Karya Ruteng" pada tahun 2016, stres akan mengakibatkan perubahan pada sistemis tubuh, terutama pada sistem saraf di hipotalamus.
Hal ini menjadikan hormon LH (Luteinizing Hormone) mengalami penurunan ketika seorang perempuan sedang berada dalam kondisi stres, hipotalamus pituitary adrenal korteks (HPA) aksis akan terangsang, kemudian akan menghasilkan hormon kortisol sehingga terjadi ketidakseimbangan hormonal. Stres yang memengaruhi produksi dari hormon kortisol mengganggu siklus menstruasi dikarenakan hormon ini berhubungan dengan produksi hormon esterogen.
Baca Juga: PCOS Memengaruhi Kesehatan Mental pada Perempuan
Stres sebagai rangsangan sistem saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu sistem limbik melalui transmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan cairan neurohormonal menuju hipofisis melalui sistem prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Folikel Stimulazing Hormone) dan LH (Leutenizing Hormone) hormon tersebut adalah dipengaruhi oleh RH (Realizing Hormone) yang di salurkan dari hipotalamus ke hipofisis.
Pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus sehingga selanjutnya memengaruhi proses menstruasi.
Gangguan pada pola menstruasi kamu melibatkan mekanisme regulasi integratif yang memengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis loh.
Stres menyebabkan perubahan sistemis dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorhea.
Semakin tinggi tingkat stres yang kita alami, maka akan menyebabkan lonjakan hormon LH dan FSH di dalam tubuh kita yang mengakibatkan rangkaian proses siklus menstruasi menjadi terganggu.