5 Mitos tentang Anak Down Syndrome yang Beredar di Masyarakat, Ini Faktanya

Hayuning Ratri Hapsari | Diana Retnasari
5 Mitos tentang Anak Down Syndrome yang Beredar di Masyarakat, Ini Faktanya
Ilustrasi anak yang menderita down syndrome (Freepik/prostooleh)

Memiliki anak dengan kondisi down syndrome sering kali menjadi petaka bagi para orang tua. Apalagi banyaknya stigma negatif di Indonesia yang menyebut bahwa memiliki anak down syndrome adalah sebuah aib.

Karena hal inilah muncul mitos-mitos tentang anak down syndrome yang beredar di tengah masyarakat saat ini. Namun, sebelum membahas mitos tersebut, apakah kalian sudah paham tentang kondisi down syndrome ini?

Menurut informasi dari situs resmi Global Down Syndrome Foundation, down syndrome adalah kondisi kelainan kromosom yang paling sering terjadi di dunia. Penderitanya bisa mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan kemampuan intelektual.

Pada beberapa kasus, peluang melahirkan anak dengan down syndrome bisa meningkat karena banyak faktor misalnya, umur ibu saat mulai mengandung. Pada beberapa kasus, orang tua yang memiliki gen pewaris down syndrome juga berpeluang melahirkan anak dengan kondisi serupa.

Sementara itu, apa saja mitos tentang kondisi down syndrome yang dipercaya oleh orang-orang hingga sekarang? Dilansir dari National Down Syndrome Society, berikut ini 5 mitos dan fakta tentang down syndrome yang perlu kalian ketahui.

1. Down syndrome adalah penyakit langka

Mitos pertama yang dipercaya sebagian besar masyarakat adalah anggapan bahwa down syndrome adalah penyakit langka yang jarang menjangkit manusia.

Padahal faktanya, down syndrome adalah kondisi kesalahan genetik yang paling umum terjadi. Setiap tahunnya, sekitar 5.100 bayi lahir di Amerika Serikat dan 772 bayi lahir dengan kondisi tersebut.

2. Anak down syndrome sering sakit-sakitan

Anak yang menderita down syndrome biasanya memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga lebih mudah terserang penyakit dibandingkan dengan anak-anak lainnya. 

Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, namun fakta yang sebenarnya adalah anak dengan down syndrome lebih berisiko tinggi menderita masalah kesehatan parah seperti masalah pernapasan, jantung, tiroid, hingga gangguan pendengaran.

3. Anak down syndrome tidak bisa tumbuh dewasa

Orang-orang percaya bahwa anak down syndrome akan tetap bersikap seperti anak kecil meskipun umurnya telah memasuki usia dewasa.

Hal ini kurang tepat ya, karena orang dewasa yang menderita down syndrome juga bisa bersikap dan merasakan emosi layaknya orang dewasa lainnya. Tak sedikit dari mereka juga suka berkumpul dan berinteraksi dengan teman sebayanya.

4. Penderita down syndrome tidak pernah bersedih

Penderita down syndrome dianggap sulit memahami dan mengendalikan emosinya. Faktanya mereka bisa paham dan merasakan setiap perasaan yang muncul layaknya orang pada umumnya. Mereka akan senang jika dipuji, dan juga sedih jika diperlakukan dengan tidak baik. Sama saja kan seperti kalian?

5. Penderita down syndrome sulit dapat kerja

Orang awam mungkin berpikir bahwa penderita down syndrome akan sulit mendapat pekerjaan saat dewasa nanti. Alasannya karena tak banyak perusahaan yang mau mempekerjakan orang dengan kondisi tersebut.

Tapi meskipun sulit bukan berarti mustahil, kan? Karena saat ini banyak perusahaan yang lebih aware dengan mereka yang memiliki kondisi tersebut dan bersedia menjadikan mereka sebagai karyawan.

Orang dengan down syndrome tetap bisa bekerja di sector usaha yang mereka suka misalnya musik, hiburan, perbankan, programmer, dan lain sebagainya.

Nah itulah deretan mitos yang dipercaya masyarakat tentang orang-orang dengan kondisi down syndrome beserta fakta terbaru yang ada di lapangan. Semoga bermanfaat!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak