Gelegar hardikmu, tebas sengit semangatku
Koyak rapuh segenap nilai dan harga diriku
Matikan semua daya, bagai ditusuk sembilu
Luruh luluh, seluruh batin dan yakinku
Bagaikan diserbu tajamnya terjangan peluru
Dari segala arah angin, tiap sudut, dan penjuru
Bak dihantam kerasnya ombak badai yang menderu
Runtuhkan batu karang yang seolah tak kuat menumpu
Semburan api membakar, menjadi arang sebilah kayu
Panas tersambar dari sayatan-sayatan mulutmu
Tercabik tak berarti, dari irisan belati celoteh garangmu
Tajamnya seringamu, bagai tengkorak hidup di benakku
Mengaum tanpa henti mengancam buas di alam pikiranku
Menjadi kerdil sosok sosok gagah sang pemangku
Pedas menjalar, lidahku kini terasa kelu
Getir pahit seperti menghisap cairan empedu
Menguap sirna pilar ego yang menguat membatu
Semakin nyaring, hatiku semakin membisu
Suara suara menyalak membayang seperti hantu
Diterjang disergap, nyali seperti tersapu
Menoda nikmat bahagia, yang coba kuramu
Menyapu rasa percaya, yang ingin kujamu
Menjadi layu, setiap mimpi yang ingin kutemu
Benteng diri kian goyah, menjadi bimbang penuh ragu
Makna dan jati diri yang selama Ini kutahu
Sudahilah kalimat bejat dari corong panasmu
Untuk apa kau lempar hujatan hanya untuk meninju
Rahang kerasku yang memang terlanjur kaku
Ingatlah bahwa aku ini sesamamu, di dunia aku ini saudaramu
Untuk apa kau pancing bencana, dari tiap ayat perobek kalbu
Walau kelak jadi musuhmu, aku tetaplah penghembus nafas pendetak duniamu
Nata Christofa, Juli 2021