Akar manusia yang tertancap pada setiap untaian raga tercabut satu persatu. Kiasan perdu yang menghantarkan keagungan sebuah sebab masa bodohnya manusia. Tanpa saling mengenal satu sama lain. Hanya mengenal masing-masing dirinya sendiri. Sebuah alam dunia yang tertutup oleh tirai ketidakacuhan. Yang dimana tirai ketidakacuhan menandakan ketiadaan nyawa yang berada di dunia.
Akar manusia sejatinya adalah kepedulian satu dengan yang lain. Meninggalkan bekas-bekas sayatan luka kecongkakan yang masih membalut masing-masing diri manusia. Kumpulan-kumpulan hati yang terkubur kekotoran polah liciknya manusia.
Yang tak diduga telah meyusup pada setiap diri manusia tanpa disadari sebelumnya. Yang mengubah segala tatanan moral dengan kesungguhan hati yang telah diciptakan. Tercipta sebuah kepahitan dunia yang nyata dengan bobroknya ulah manusia. Yang takabur dengan segala apa yang telah diraihnya.
Dikira semua yang dimiliki di dunia itu seakan kekekalan sejati yang terus menemani hidupnya. Padahal itu semua hanyalah sebatas titipan dari-Nya. Tapi manusia-manusia tak tahu diri dengan titipan semua yang dimiliki. Serakah yang terpatri pada diri manusia yang menganggap semua yang ada di dunia adalah miliknya.
Tak tahu akan syukur yang harus diucapkan kala berlimpah segala kekayaan. Kekufuran sejati yang menemani hamparan kehidupannya. Kehidupannya yang serba kekurangan merasa sangat fakir bila dibandingakn dengan kaum fakir yang nyata. Yang membawa siksa buah yang didapatkan dari keangkuhan.