Hampir semua fans Chelsea, termasuk saya, sepertinya akan sangat kehilangan Antonio Rüdiger yang hengkang ke Real Madrid dengan status bebas transfer. Bagi saya, Rüdiger merupakan sosok preman Stamford Bridge yang keberadaannya sangat sentral di jantung pertahanan Chelsea. Sejak ditangani oleh Thomas Tuchel, Rüdiger menjelma sebagai bek tangguh yang tak tergantikan sepanjang musim. Tackle krusialnya saat final Liga Champions 2020/21 melawan Manchester City akan terus dikenang hingga kapan pun.
Rüdiger dibeli oleh Chelsea dari AS Roma dengan mahar 34 juta poundsterling (Rp588,7milyar) pada 9 Juli 2017 saat masa kepelatihan Antonio Conte. Di AS Roma ia berhasil mencatatkan penampilan sebanyak 36 kali dengan berhasil mencetak 1 gol dan 4 assist (data transfermrkt) sejak resmi direkrut dari VfB Stuttgart pada musim 2016/17.
Bersama Chelsea, Rudiger telah bermain sebanyak 202 kali di semua kompetisi. Ia berhasil mempersembahkan lima gelar prestisius untuk Chelsea; Piala FA (musim 2017/18), Liga Europa (2018/19), Liga Champions (2020/21), Piala Super UEFA (2020/21), dan Piala Dunia Antarklub FIFA (2020/21). Ia sudah pernah mencicipi dilatih oleh Antonio Conte, Maurizio Sarri, Frank Lampard, hingga Thomas Tuchel di era kepemilikan Roman Abramovich.
Rudiger mencatatkan penampilan terakhirnya untuk Chelsea saat ia dkk. menjamu Watford di Stamford Bridge dengan kemenangan 2-1 yang berhasil menempatkan The Blues di posisi ketiga dengan perolehan 74 poin di bawah Manchester City dan Liverpool.
Kepergian Rudiger ke Real Madrid tentunya sangat berpengaruh besar terhadap kedalaman skuad Chelsea di barisan pertahanan. Pasalnya, peran Rudiger semusim terakhir ini sangat vital. Selain dapat menjaga timnya dari gempuran lawan sebelum menuju gawang Edouard Mendy, tidak jarang sosok Rüdiger juga sangat dibutuhkan untuk “menakutkan” lawan dengan tampilan garangnya layaknya seorang preman.
Dalam wawacaranya bersama jurnalis, Thomas Tuchel pun memuji sosok Rüdiger yang dapat menjadi pembeda saat berada di lapangan. Ia menyebut Rudiger mempunyai kepribadian hebat, seorang pemimpin besar, dapat menghilangkan rasa takut dari orang lain, serta memberikan kepercayaan diri kepada para pemain (Chelsea) saat berada di lapangan. Dengan kata lain, dengan adanya Rüdiger di lapangan, maka rekan-rekan setimnya akan jauh lebih merasa “aman”.
Selain kepribadiannya yang dapat berpengaruh besar, Rüdiger juga beberapa kali sering bertingkah jahil pada lawan di lapangan maupun penonton di tribun yang terkadang mengundang tawa atau justru sedikit agak memprovaksi lawan meskipun hal tersebut adalah sesuatu yang tidak aneh dalam sepak bola. Namun, sejatinya Rudiger merupakan sosok pemain yang sangat ramah saat berada di luar lapangan.
Karier Rüdiger di Chelsea sebenarnya tidak selamanya mentereng. Saat kepelatihan Thomas Tuchel, ia memang sangat dipercaya untuk menjaga pertahanan Chelsea di setiap pertandingannya sebagai bek tengah berduet dengan Thiago Silva yang juga perannya tidak tergantikan. Namun, di musim 2020/21 saat Chelsea masih dilatih oleh legenda klub, Frank Lampard, Rudiger sejatinya sering dibangkucadangkan. Kala itu Lampard lebih memilih Fikayo Tomori untuk mengisi slot bek tengah.
Sempat terdengar juga rumor bahwa Rüdiger berseteru dengan Lampard sebelum kabar tersebut ditepis oleh Rüdiger. Namun Lampard mempunyai alasan sendiri mengapa ia sering mencadangkan Rudiger. Ia berdalih bahwa Fikayo Tomori adalah pemain yang lebih ia kenal sejak mereka bekerja sama sebagai pelatih dan pemain di Derby County musim 2018/19. Menurutnya sangat sulit untuk menentukan siapa yang menjadi starter ketika ada pilihan pemain hebat seperti Rüdiger dan Christensen.
Selain karena masalah sanksi yang saat itu melanda Chelsea, sebenarnya kepindahan Rudiger ke Real Madrid sejatinya karena pihak Chelsea yang agak bertele-tele. Rüdiger sendiri yang membeberkan alasan tersebut bahwa ia telah sabar menunggu kabar kontrak baru dari Chelsea sebelum ada tawaran dari Real Madrid sebagai klub besar sehingga ia harus segera membuat keputusan.
Namun apa pun alasannya, Rudiger mengatakan bahwa ia sangat sulit untuk meninggalkan Chelsea. Chelsea sudah berada dalam hatinya. Bahkan, ia bilang, bahwa ia pergi ke Stamford Bridge sendirian. Namun, kini ia memunyai istri dan dua anak yang cantik. Semua itu ia temukan di London, kota yang tak akan pernah ia lupakan.
Rudiger sangat mencintai Chelsea. Rüdiger adalah sosok yang sangat dicintai oleh rekan-rekan setim, publik Stamford Bridge, dan juga fans Chelsea di seluruh dunia. Terima kasih Rudiger, sang preman Stamford Bridge, sang preman Cobham, yang telah memberikan segalanya untuk Chelsea. Kamu akan tetap biru dan berada di hati kami, ke mana pun kamu berlabuh. Good luck, semoga betah dan sukses di Bernabéu!
Janji nggak nangis fans Chelsea? :(