Kehadiran Marc Marquez di tim pabrikan Ducati benar-benar membawa warna baru di ajang MotoGP. Sejak pertama kali rumor kepindahannya mencuat, banyak pihak yang memprediksi bahwa kedatangan juara dunia delapan kali ini akan mengguncang peta persaingan.
Prediksi tersebut ternyata tidak meleset. Bukan hanya Ducati yang merasakan dampak positif dari kedatangan Marquez, tetapi nuansa MotoGP ikut berubah sejak ia resmi mengenakan seragam merah khas tim pabrikan Italia tersebut.
Perjalanan Marquez menuju Ducati tidak bisa dilepaskan dari musim comeback bersama Gresini Racing. Tahun lalu, ia datang ke tim satelit itu dengan status sebagai pembalap yang baru saja pulih dari serangkaian cedera parah dan masa-masa sulit bersama Honda.
Banyak yang meragukan apakah ia masih memiliki kemampuan untuk bersaing di level teratas. Namun, keraguan itu terhapus cepat ketika ia menunjukkan performa yang begitu kompetitif.
Tiga kali naik podium tertinggi bersama motor Desmosedici 23 menjadi bukti nyata bahwa Marquez belum habis. Justru sebaliknya, ia kembali dengan kekuatan baru.
Catatan tersebut membuat Ducati tidak berpikir panjang. Mereka tahu Marquez bukan sekadar seorang peraih 8 gelar kejuaraan, melainkan seorang pembalap yang masih haus kemenangan. Tanpa ragu, manajemen langsung menariknya ke tim pabrikan untuk musim berikutnya.
Langkah itu terbukti jitu. Sejak awal musim, performa Marquez begitu mengesankan. Statistik berbicara dengan jelas, dia tekah meraih 12 kali kemenangan di sprint race dan 8 kali di balapan utama. Dominasi yang ia tunjukkan membuat Ducati semakin kokoh sebagai tim terkuat di grid.
Namun, kontribusi Marquez untuk Ducati tidak hanya bisa diukur dari hasil di lintasan. Sosoknya membawa energi baru di dalam garasi. Marco Rigamonti, kepala kru yang selama ini dikenal dekat dengan para pembalap, bahkan tidak segan menyebut bahwa dirinya jatuh hati pada keahlian dan kepribadian Marquez.
"Ketika saya mendengarnya, saya senang, karena saya merasa Ducati menghargai saya. Marquez, dengan pengalaman yang dimilikinya saat ini dan sangat mampu membantu para teknisi, memahami segala hal yang terjadi pada motor," ujar Rigamonti, dilansir dari laman GPOne.
Dia menilai pembalap asal Spanyol itu bukan hanya hebat ketika menunggangi motor, tetapi juga rendah hati meski mengantongi banyak gelar dan kemenangan. Dengan segala pencapaiannya, Marquez tetap mampu menempatkan diri sebagai bagian dari tim yang bekerja sama satu sama lain.
"Dia tersenyum bercanda dengan kami, menyapa semua orang, berterima kasih kepada semua orang, meminta maaf. Dengan seseorang selevelnya, Anda mungkin berhadap seseorang datang dengan memamerkan delapan gelar juara dunia di dahinya, yang mana itu akan sangat buruk, justru sebaliknya," katanya.
Kehadirannya di tim pabrikan pun memberikan tantangan tersendiri bagi Pecco Bagnaia. Sebagai pembalap yang sudah lebih lama bersama Ducati, Pecco tentu memiliki tempat spesial.
Dia adalah juara dunia bersama tim ini, dan jasanya dalam membawa Ducati kembali ke puncak tidak bisa diabaikan. Akan tetapi, musim ini Bagnaia tampak kesulitan menjaga konsistensinya. Performanya belum sesuai ekspektasi, terutama jika dibandingkan dengan rekan setim barunya yang terus tampil superior.
Meski begitu, Rigamonti menegaskan bahwa di dalam tim, tidak ada yang merasa ditinggalkan. Ia menyadari pentingnya menjaga harmoni antara dua pembalap utama. Baginya, setiap orang dalam tim memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung.
Marquez mungkin sedang berada di puncak performa, tetapi itu tidak berarti Pecco kehilangan tempat. Justru dengan adanya persaingan sehat di antara mereka, Ducati memiliki peluang lebih besar untuk terus berada di depan.
Dengan semua pencapaiannya sejauh ini, Marc Marquez sekali lagi membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu pembalap terbaik sepanjang sejarah MotoGP. Dan bagi Ducati, ini bukan sekadar soal menambah koleksi trofi, melainkan juga tentang bagaimana menjaga kekompakan tim.