Skuat Garuda Kian Dipenuhi Pemain Uzur, Kebijakan Potong Generasi Era STY Kini Terasa Mubadzir!

Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Skuat Garuda Kian Dipenuhi Pemain Uzur, Kebijakan Potong Generasi Era STY Kini Terasa Mubadzir!
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (instagram/republikindonesia)

Beberapa waktu lalu, pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert telah mengumumkan daftar 28 pemain yang diproyeksikannya untuk bertarung di bulan Oktober mendatang.

Dari sejumlah nama tersebut, pelatih berkebangsaan Belanda itu memasukkan dua pemain gaek untuk turut serta, yakni Marc Klok dan Stefano Lilipaly.

Dengan tambahan 2 pemain yang memiliki usia di atas 30 tahun tersebut, secara total kini Skuat Merah Putih dihiasi dengan 6 pemain yang berusia 30 tahun atau lebih. Selain Stefano Lilipaly dan Marc Klok, 4 pemain lain yang statusnya di atas 30 tahun adalah Sandy Walsh, Thom Haye, Joey Pelupessy dan Jordi Amat.

Memasukkan para pemain dengan usia di atas 30 tahun memang bukanlah sebuah dosa besar bagi pelatih tim manapun. Karena setidaknya, mereka memiliki pengalaman dan kematangan dalam permainan.

Namun sayangnya, jika disandingkan dengan kebijakan yang pernah dilakukan oleh Shin Tae-yong di awal-awal melatih Timnas Indonesia di akhir tahun 2019 lalu, makin banyaknya pemain uzur yang masuk ke Skuat Garuda belakangan ini justru menjadi sebuah ironi tersendiri.

Sekadar mengingatkan, ketika diserahi tugas untuk menjadi nakhoda Timnas Indonesia lima tahun lalu, Shin Tae-yong langsung mengambil kebijakan yang cukup ekstrem. Alih-alih membentuk skuat dengan komposisi para pemain dengan label bintang dan nama besar di persepakbolaan Indonesia, pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu justru langsung menerapkan kebijakan potong generasi.

Dengan dibantu staf kepelatihannya, eks pelatih Timnas Korea Selatan tersebut mengumpulkan para pemain muda yang memiliki potensi besar untuk berkembang untuk masuk ke dalam skuat binaannya. 

Alhasil, Timnas Indonesia senior era kepelatihan STY, komposisi pemainnya banyak diisi oleh talenta-talenta muda yang banhkan banyak di antara mereka baru menyentuh usia awal 20an tahun.

Tujuan STY sejatinya jelas, melalui kebijakannya potong generasi tersebut, dirinya berpandangan jauh ke depan, di mana anak-anak muda yang dia didik itu akan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia dalam jangka panjang.

Namun sayangnya, semenjak terjadi pergantian pelatih ke Patrick Kluivert, sang nakhoda anyar tak lagi berorientasi pada orientasi jangka panjang. Di mata Kluivert, siapapun pemain yang layak ke Timnas Indonesia, akan dia panggil, tak peduli berapapun umur dari sang pemain.

Sehingga, semenjak bulan Januari 2025 lalu yang bertepatan dengan lengsernya STY dari tampuk pimpinan pelatih di Timnas Indonesia, para pemain uzur pun mulai kembali mendapatkan tempat di Timnas Indonesia dan berlangsung hingga saat ini.

Lantas, apakah dengan ini kebijakan potong generasi yang dilakukan oleh STY kini menjadi mubadzir? Bisa jadi demikian. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, setiap pelatih memiliki kebijakan tersendiri, termasuk apa yang dilakukan oleh Patrick Kluivert kali ini. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak