Dalam mengarungi babak kualifikasi Piala Dunia 2026 ini, Timnas Indonesia didampingi oleh dua pelatih sekaligus. Sedari ronde pertama hingga 6 pertandingan di ronde ketiga, Pasukan Garuda berada di bawah naungang coach Shin Tae-yong.
Sementara sedari matchday ketujuh ronde ketiga hingga selesainya ronde keempat babak kualifikasi, Skuat Merah Putih bermain di bawah asuhan pelatih berkebangsaan Belanda, Patrick Kluivert.
Tentu akan menjadi sebuah hal yang cukup menarik untuk kita analisis, siapa yang lebih baik ketimbang dua pelatih ini. Karena perbandingan harus apple-yo-apple dan lawan yang dihadapi juga setara, maka kali ini kita bahas pencapaian keduanya dalam 6 pertandingan yang telah dijalani.
Lantas, siapa yang terbaik?
1. Raihan Poin
Hal pertama yang perlu kita bandingkan antara STY dan Patrick Kluivert adalah capaian poin yang diraih oleh Timnas Indonesia ketika berada di bawah kendali keduanya.
Berdasarkan data dari laman transfermarkt.com, STY sendiri berhasil mengumpulkan sebanyak 6 poin dari 6 pertandingan yang dijalani oleh Pasukan Merah Putih di ronde ketiga lalu.
Jumlah tersebut juga sejatinya sama dengan yang didapatkan oleh Timnas Indonesia ketika berada di bawah asuhan Kluivert.
Namun yang membuat STY unggul adalah, 6 poin yang didapatkan oleh STY tersebut, 2 di antaranya didapatkan saat bertarung di kandang Arab Saudi dan Bahrain. Serta satu poin didapatkan dari tim sekelas Australia yang notabene merupakan karyawan tetap Piala Dunia.
Sementara Kluivert, hingga pertandingan terakhir melawan Irak, tak mampu mendapatkan satu pun poin tandang, termasuk ketika berhadapan dengan Arab Saudi di pertarungan pertama ronde keempat lalu.
2. Produktivitas Gol dan Kesolidan Pertahanan
Hal kedua yang kita bandingkan dari kedua pelatih ini adalah terkait dengan produktivitas gol dan kesolidan pertahanan.
Dalam 6 pertandingan ronde ketiga, tim asuhan STY berhasil mencatatkan 6 gol ke gawang lawan dan kebobolan 9 gol.
Sementara Kluivert, dalam 6 pertandingan yang sama bersama Timnas Indonesia, tercatat berhasil melesakkan 6 gol namun kebobolan hingga 16 gol.
3. Efektivitas Open Play
Hal ketiga yang perlu untuk dibandingkan adalah, efektivitas permainan terbuka yang diperagakan oleh STY dan Patrick Kluivert dalam 6 laga yang telah dijalani masing-masing.
Disadur dari berbagai sumber, 6 gol yang dilesakkan oleh Timnas Indonesia di era Kluivert, 3 di antaranya atau 50 persen dari keseluruhan gol, diciptakan dari titik penalti. Sehingga hanya 3 gol saja yang tercipta melalui skema open play.
Dalam catatan match report transfermarkt, 3 gol penalti yang didapatkan oleh Timnas Indonesia tersebut dilesakkan Ole Romeny ketika bertarung melawan China di ronde ketiga, dan 2 gol penalti lainnya diciptakan oleh Kevin Diks saat Indonesia bersua Arab Saudi di pertandingan pertama ronde keempat (9/10/2025) kemarin.
Sementara di era STY, 6 gol yang disarangkan oleh Pasukan Garuda semuanya berasal dari permainan terbuka dan tak ada satupun yang berasal dari titik 12 pas. Sehingga, secara simpulan seluruh gol alias 100 persen dentuman Timnas Indonesia di zaman kepelatihan STY diciptakan tanpa hadiah dari wasit.
Dari 3 hal mendasar yang kita bandingkan, sepertinya kita sepakat bahwa capaian Shin Tae-yong masih lebih unggul ketimbang capaian dari Patrick Kluivert ya!