Situasi pandemi Covid-19 yang tidak menentu, entah kapan berakhirnya. Berbagai upaya pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19 telah dijalankan, seperti stimulus UMKM, penyelamatan ekonomi, restrukturisasi kredit, bansos, dan lain sebagainya.
Langkah pemerintah perlu kita beri apresiasi, walau belum bisa berjalan maksimal. Jagad media massa mulai memberitakan heboh tentang bakal calon presiden 2024. Berbagai nama mulai bermunculan, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, Sandiaga Uno, dan Prabowo Subianto.
Sebagian dari mereka adalah wajah pemain lama Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo Subianto. Publik dibuat gempar dengan pemberitaan kisruh dalam internal Partai Demokrat terkait dualisme kepemimpinan AHY Vs Moeldoko pada Maret lalu.
Saling klaim kedua kubu tak bisa terelakkan. Sudah seharusnya para pejabat pemerintahan baik gubernur maupun menteri yang berniat menjadi pemain dalam arena pilpres 2024, sebaiknya fokus saja dalam penanganan pandemi.
Mengingat provinsi yang mereka pimpin sudah dikategorikan berada dalam kondisi yang sangat darurat Covid-19.
Lebih baik konsolidasi politik demi dukungan capres 2024 dikesampingkan terlebih dahulu, bahu membahu saling bekerja sama membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Terlebih situasi pandemi juga dipakai oleh para pejabat daerah untuk show off dalam unjuk kebolehan untuk bertarung dalam Pilpres 2024. Terlebih polarisasi "Cebong" dan "Kadrun" yang semakin menguat pasca Pilpres 2019, juga ikut turut andil dalam memainkan isu pencapresan 2024, dengan mempolitisasi pandemi untuk saling menyerang satu sama lain.
Toh Pilpres juga masih tiga tahun, tidak usah terlalu ngebet banget untuk nyapres, tetap saja fokus pada penanganan pandemi di masing-masing provinsi yang masih berada dalam zona hitam.
Yang menjadi prioritas saat ini adalah keselamatan warga, ketimbang populisme pandemi dalam arena Pilpres 2024.