Baru-baru ini, sosial media, bahkan media nasional, digegerkan oleh pernyataan dan kontroversi dari YouTuber dengan konten-konten kajian keagamaan. Siapa lagi kalau bukan Muhammad Kece. Beberapa postingannya dianggap cukup membuat resah umat Islam.
Di mana dalam salah satu unggahannya, Muhammad Kece menyatakan bahwa salat itu bukan perintah Tuhan. Dan baru-baru ini, ia mengkritisi tentang kitab kuning yang berjudul “Kasifat as-Syaja” yang dita’lif oleh Syaih Nawawi Al-Banteni.
Sebenarnya, konten-konten atau kontroversi semacam ini sudah sangat banyak terjadi, bahkan sejak awal mula perjalanan islam di Nusantara.
Di masa Wali Sanga, misalnya ada Syaih Siti Jenar, walaupun sebagian ulama menyatakan bahwa ajaran beliau adalah ajaran tentang ketauhidan dan jalan sufi.
Pun dewasa ini bermunculan berbagai sekte dan agama-agama baru, Elia Eden, Nabi Baru, sampai munculnya beberapa kerajaan-kerajaan baru yang mengklaim gerakannya sebagai ratu adil dan lain sebagainya.
Tak ubahnya gerakan-gerakan kontroversi itu, Muhammad Kece juga demikian. Kita bisa memandangnya dari dua sudut pandang, dalam menyikapinya. Karena sebagai negara dengan kearifan dan keberagaman, tentu menjunjung tinggi perbedaan dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Caper (Cari Perhatian)
Muhammad Kece pasti memiliki orientasi dan tujuan tersendiri, sehingga ia mengunggah video yang penuh kontroversi. Jika bukan menyampaikan kebenaran, berarti ia sedang caper alias cari perhatian.
Bisa saja video itu hanya untuk mencari rating, kita tahu bahwa hari ini penghasilan dari YouTube menjanjikan juga.
Ini tentu pandangan sinis, tetapi kita perlu melihat dari sudut pandang ini agar tidak terlalu kaget. Perkara pihak berwajib memanggilnya dan menyikapinya itu adalah urusan lain. Karena memang jika sudah meresahkan umat, apalagi masuk kepada ranah pelecehan, maka perlu juga pihak berwajib bertindak.
Pengalihan Isu
Dalam teori konspirasi, mungkin kita mengenal istilah pengalihan isu, bahkan menjadi topik pembahasan dalam gerakan politik praktis. Ia adalah bahan yang bisa digunakan untuk mengalihkan isu-isu yang mungkin seharusnya menjadi pembahasan serius.
Apalagi gerak media hari ini, penggiringan isu dapat dilakukan oleh media-media, sehingga yang seharusnya biasa-biasa saja, justru menjadi bias pembahasan.
Oleh karena itu, Muhammad Kece sama halnya dengan manusia yang lain, ia memiliki daya pikir dan daya nalarnya sendiri. Akan tetapi, jika kemudian menjadikan umat islam atau umat tertentu sakit hati, alangkah baiknya jika menunjukkan itikad baik untuk duduk bersama dan mengklarifikasi pernyataan-pernyataannya.
Di setiap deskripsi video yang diunggah, Muhammad Kece melampirkan nomor rekening atas nama Muhamad Kosman. Deskripsi itu dibuat seolah meminta kepada penonton untuk memberikan donasi sebagai bentuk terima kasih atas pelayanannya.
Atas desakan MUI, Bareskrim Polri kini dikabarkan sedang menindaklanjuti laporan para ulama terkait unggahan Muhammad Kace yang dianggap telah melakukan penistaan agama Islam.
Kominfo juga dikabarkan melakukan hal serupa untuk mendalami kasus yang telah menyebar luas di berbagai media sosial tersebut.
Oleh karena itu, perlu kita garis bawahi bahwa setiap gerak atau apa yang kita lakukan pasti memiliki dampak positif pun negatif, sehingga perlu dipikirkan matang-matang. Minimal tidak meresahkan orang lain.