Tahun 2021 seolah merekam banyak kisah. Dari saya melepas gelar sebagai anak bungsu yang manja, saya berproses menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Menyikapi perjalanan rumah tangga yang selalu ada pasang surutnya, saya menjadi orangtua yang takjub dengan tumbuh kembang anak. Tahun 2021 ini menampik banyak kemustahilan yang seringkali saya bayangkan.
Saya adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, di mana semua saudara saya adalah perempuan. Tumbuh menjadi anak bungsu, membuat saya sangat dimanja oleh orangtua. Tidak jarang pula, saudara saya merasa iri dibuatnya. Saya hampir tidak pernah membantu mama melakukan tugas rumah tangga. Saya tidak pernah memasak, karena ingin makan apa pun pasti akan dimasakkan oleh mama. Saya dibiarkan hanya melakukan aktivitas semau saya saja.
Waktu saya masih sekolah, saya hanya bersekolah. Kegiatan di rumah hanya makan dan bergurau dengan keluarga. Saat sudah bekerja pun demikian. Namun, saya selalu diwajibkan untuk sholat berjamaah di masjid dan membantu kakak saya mengajari anak-anak mengaji. Mama saya hanya selalu berpesan, "Mama tidak menuntut kamu melakukan apa-apa, menjadi apa-apa, mama hanya ingin kamu menjadi anak yang baik dan mau beribadah." Tidak sekali dua kali mama mengatakan itu, hampir setiap hari. Mungkin sebagai tanda bahwa ucapannya adalah hal yang sungguh-sungguh dan sebuah tanggung jawab untuk saya.
Setelah menikah, saya memutuskan untuk mengontrak rumah, dan ini adalah tahun ketiga. Dari tinggal mengontrak itulah, saya belajar untuk mengurus segala sesuatu sendiri. Memang bukan hal mudah untuk anak bungsu beradaptasi, tapi seiring waktu saya terbiasa. Dengan mengontrak rumah, saya menjadi terbiasa bangun pagi dan mengurus rumah sendiri, lalu memasak untuk sarapan dan menyiapkan kebutuhan suami. Setelah memiliki anak, rutinitas saya ditambah karena harus merawat si kecil dan memberi ASI.
Tidak terbayang, bukan, saya si anak bungsu mengurus rumah sendiri bahkan setelah memiliki bayi, saya merawatnya sendiri. Melihat anak saya tumbuh besar adalah anugerah terindah dari Tuhan yang membuat saya begitu bersyukur bisa membersamai anak saya tumbuh sampai sekarang.
Di tahun 2021 ini, saya menyaksikan anak saya yang bisa berjalan sendiri. Terharu sekali, mengingat kemarin dia masih ditimang-timang sebagai seorang bayi. Sekarang, sudah bisa saya tuntun ke sana dan ke mari. Anak saya tumbuh menjadi laki-laki yang cerdas dan periang. Saya harap, suatu saat nanti saya bisa menyaksikannya menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
Di tahun ketiga saya mengontrak rumah ini, saya sudah pandai memasak. Bahkan membuat kue dan camilan lainnya. Saya belajar sendiri lewat resep-resep yang dengan mudah bisa ditemukan di kolom pencarian. Suami saya adalah juri ketika saya mencoba menu baru, sekaligus bagian pendanaannya juga. Saya senang sekali ketika suami dan anak saya menikmati segala sesuatu yang saya buat, meskipun ala kadarnya.
Ketika orangtua saya berkunjung ke rumah, seringkali saya buatkan kue untuk dibawa pulang, agar kakak saya pun menikmati buatan tangan saya sendiri. Sebab sepanjang saya hidup dengan mereka, tidak pernah sekalipun saya membuat sesuatu yang bisa dinikmati.
Tidak jarang pula, saya berbagi makanan dengan tetangga sebelah rumah, karena anak saya dan anaknya seumuran, rasanya ngobrol apa pun menjadi nyambung. Akhirnya, hubungan kami menjadi akrab dan dekat seperti sekarang. Kami sama-sama merantau dan mengontrak rumah, rasa senasib ini juga menjadikan kami tidak sungkan bercerita kehidupan satu sama lain.
Darinya, saya seolah mendapatkan peran kakak perempuan saya yang jauh disana. Meskipun memang tidak bisa tergantikan, namun pertemanan saya dengan tetangga saya itu seolah mengisi waktu keseharian dengan kakak saya yang tidak bisa saya dapatkan sekarang.
Disela waktu mengurus rumah, suami, dan anak, saya masih bisa menyempatkan waktu untuk menulis tulisan sederhana yang kemudian saya kirim ke media. Kalau diterima dan dipublikasi, saya bisa mendapatkan uang dari sana. Saya memulainya sejak akhir bulan oktober tahun 2021 ini dan saat ini, 73 tulisan saya sudah berhasil dipublikasi. Memang bukan jumlah yang banyak, mengingat menulis bukanlah pekerjaan utama saya. Saya hanya seorang ibu rumah tangga.
Namun dengan menulis, saya merasa menjadi perempuan yang lebih produktif dan bisa mengasah otak saya untuk tetap bekerja dengan baik. Nyatanya, kalau ada kemauan anak bungsu juga bisa melakukan banyak hal, kok. Dunia ini tidak memandang siapa kamu, tapi memandang kamu berkemauan melakukan apa. Kalau kamu hanya berpangku tangan saja, hidupmu juga begitu saja.
Saya tidak merasa bahwa saya sudah menjadi manusia yang sempurna. Namun, saya merasa bahwa perjalanan saya patut diapresiasi oleh diri saya sendiri. Kalau boleh dibilang, tidak mengapa memuji diri sendiri, karena mencintai diri sendiri juga perlu, bukan?
Semua yang saya bisa saat ini, tidak lepas dari bantuan suami. Dengan berumah tangga bersamanya, saya menjadi belajar banyak hal juga belajar menjadi manusia yang lebih baik. Rumah tangga kami memang sederhana dan awalnya memang tidak mudah bagi saya membiasakan hidup sederhana. Mengingat ketika masih gadis, segala keinginan bisa saya dapatkan saat itu juga karena dituruti oleh orangtua.
Namun setelah menikah, ingin sesuatu pun harus dipertimbangkan keuangan sampai akhir bulan. Apalagi setelah memiliki anak, prioritas utama saya adalah anak. Saya rela tidak berbelanja hal yang tidak perlu atau sekadar menambah koleksi, asal tetap bisa makan sampai akhir bulan dan anak saya tidak kekurangan jajan. Sebagian kedewasaan yang saya miliki saat ini, baru saya dapatkan setelah menikah.
Saya sangat bersyukur bahwa di tahun 2021 ini, saya bisa menguasai banyak hal baru, memiliki suami yang mencintai saya sepenuhnya, anak yang sehat, orangtua masih lengkap, keluarga saling mendukung, juga tetangga serta lingkungan yang baik.
Saya tidak bisa melupakan bahwa di tahun 2021 ini, saya berhasil menampik komentar kebanyakan orang, kalau anak bungsu akan selamanya lengket dengan orangtua, kalau anak bungsu akan selamanya manja dan susah dewasa. Nyatanya, Tuhan selalu punya cara dan jalan sendiri untuk setiap manusia, termasuk saya.
Terlahir menjadi anak bungsu memang sebuah keberuntungan bagi saya karena bisa mendapatkan kasih sayang orangtua yang tidak kurang. Namun, hidup terus berjalan, akan ada waktunya anak bungsu menikah lalu memiliki anak. Hidupnya akan berubah, karena Tuhan selalu punya cara terbaik untuk menjadikan manusia belajar lebih baik.