Akhir-akhir ini kondisi cuaca global sangat cepat mengalami perubahan. Kondisi tersebut merupakan sebuah kondisi yang disebabkan karena adanya penyimpangan anomali suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya.
Peristiwa tersebut sering disebut sebagai fenomena La Nina. Kondisi tersebut akan semakin berdampak apabila ditambah dengan perubahan siklus atmosfer di atasnya mengalami peningkatan angin pasat timur yang lebih kuat dari pada kondisi normalnya.
La Nina pada dasarnya memiliki siklus yang berulang setiap beberapa tahun dengan durasi selama beberapa bulan hingga mencapai dua tahun. Ketika La Nina berlangsung biasanya beberapa wilayah Indonesia akan mengalami perubahan cuaca yang signifikan.
Cuaca ekstrim yang berpotensi menyebabkan bencana alam biasanya banyak terjadi ketika puncak peristiwa La Nina berlangsung. Peristiwa La Nina berpotensi menambah intensitas curah hujan di Indonesia tetapi intensitas tersebut terjadi bervariasi tergantung kepada lokasi dan kondisi lokal wilayahnya (Fitria & Pratama, 2013)
Dalam menghadapi kondisi tersebut tentunya harus ada sebuah langkah khusus agar dampak yang di timbulkan dari adanya peristiwa La Nina tidak berlangsung buruk.
Adapun komponen-komponen yang terlibat di bawah penggerak utama yaitu BMKG dan BNPB yaitu :
- BMKG, menyediakan informasi dan peringatan dini cuaca, potensi dampak bahaya, serta rekomendasi respon yang perlu dilakukan.
- BNPB, memonitor dan mengevaluasi kerentanan, dampak potensial, dan tindakan untuk mitigasi dan persiapan bencana berdasarkan informasi cuaca BMKG.
- BPBD, menerima arahan dari BNPB untuk meneruskan arahan ke berbagai pihak di Pemerintah daerah, NGO, dan masyarakat.
- Volunteer, evakuasi dan melayani masyarakat di tempat evakuasi (pengungsian).
- TNI/Polri/Basarnas, mengamankan dan evakuasi.
- Masyarakat, mempersiapkan diri dengan mengikuti instruksi pemerintah daerah, relawan, dan perangkat pemerintah lain, terutama memvalidasi dan mengupdate informasi cuaca terkini.
Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa La Nina tentunya menjadi permasalahan yang serius. Turunnya tekanan udara di wilayah pasifik tengah dan timur saat La Nina terjadi, menjadi hambatan terbentuknya awan di daerah tersebut, pada akhirnya akan mengalami kekeringan.
Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan sangat tinggi, hal tersebut berpotensi menimbulkan banjir yang cukup parah di Indonesia (Safitri, 2015). Kondisi cuaca yang terbilang ekstrim tentunya dapat menyebabkan berbagai dampak bencana lainnya tidak hanya banjir di berbagai daerah seperti tanah longsor, banjir bandang, serta permasalahan kesehatan lainnya.
Terlebih Indonesia kini masih menjadi salah satu negara yang terkena wabah Covid-19 yang sampai saat ini masih berlangsung, sehingga harus mempersiapkan diri lebih banyak lagi dalam kondisi yang seperti ini.
Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan salah satu lembaga atau organisasi yang bergerak pada bidang sosial kemanusiaan yang dalam pelaksanaannya mengutamakan keselamatan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.
PMI memiliki peran penting dalam hal kesiapsiagaan terhadap dampak bencana yang mungkin terjadi akibat peristiwa La Nina. Pihak PMI Perlu menguatkan kesiapsiagaan tanggap darurat dampak bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor dengan protokol kesehatan ketat untuk mencegah penularan Covid-19.
Adapun tindakan atau langkah cerdas yang perlu dicapai oleh PMI adalah sebagai berikut :
- Mengumpulkan informasi dari BMKG dan BNPB terkait dengan La Nina dan dampaknya melalui Platform Signature, Inasafe dan Inarisk.
- Mengkaji dan menterjemahkan informasi peringatan dini La Nina BMKG dan BNPB ke dalam bahasa aksi masyarakat
- Melakukan diseminasi informasi peringatan dini La Nina dari BMKG dan BNPB secara cepat, tepat dan efektif kepada masyarakat
- Bersama sama dengan stakeholder lainnya menggerakan masyarakat melakukan aksi dini.
Diharapkan dengan selalu menerapkan langkah-langkah tersebut risiko akan bahaya yang ditimbulkan oleh peristiwa La Nina sedikitnya akan dapat teratasi.
Daftar Rujukan:
Fitria, W., & Pratama, M. S. (2013). Pengaruh fenomena El Nino 1997 dan La Nina 1999 terhadap curah hujan di Biak. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 14(2).
Safitri, S. (2015). El Nino, La Nina Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Di Indonesia. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(2).