Sampah Digital dan FOMO: Apa Kita Perlu Korbankan Kualitas untuk Kuantitas?

Hayuning Ratri Hapsari | Sherly Azizah
Sampah Digital dan FOMO: Apa Kita Perlu Korbankan Kualitas untuk Kuantitas?
Ilustrasi FOMO [Pexels/cottonbro studio]

Apa sih yang sebenarnya membuat kita merasa FOMO, atau Fear of Missing Out? Mungkin, kamu juga merasakannya, perasaan cemas saat melihat teman-temanmu berlibur, berkumpul, atau melakukan hal-hal keren yang nggak bisa kamu ikuti.

Dengan segala aktivitas yang terlihat seru di media sosial, perasaan tertinggal itu bisa bikin kita stres, bahkan kadang membuat kita merasa tidak cukup baik. Lalu, bagaimana sih kita bisa menghadapi FOMO ini dan tetap menikmati hidup?

Dari pengalaman pribadi, saya menyadari bahwa banyak orang, termasuk diri saya sendiri, terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat. Setiap kali scroll feed Instagram atau TikTok, ada saja konten yang membuat kita merasa seperti hidup kita kurang seru.

Kenapa ya, kita cenderung lebih fokus pada apa yang tidak kita miliki daripada menikmati apa yang ada di depan mata? Ini pertanyaan penting yang perlu kita renungkan.

Tentu, di era digital ini, media sosial berperan besar dalam menciptakan rasa FOMO. Dengan postingan-postingan yang penuh warna dan petualangan, rasanya semua orang hidup di dunia yang lebih menyenangkan.

Namun, kita harus ingat bahwa media sosial sering kali hanya memperlihatkan sisi glamor dari kehidupan seseorang. Jadi, siapa yang bilang kita harus mengikuti semua tren dan aktivitas untuk dianggap ‘keren’? Jawabannya jelas: tidak ada!

Lalu, bagaimana kita bisa mengatasi rasa FOMO ini? Pertama-tama, penting untuk memberi diri kita izin untuk tidak ikut dalam semua kegiatan.

Nggak apa-apa untuk memilih waktu berkualitas dengan diri sendiri, entah itu dengan membaca buku, menonton film, atau hanya bersantai di rumah. Ini bukan berarti kita anti-sosial; justru, ini cara kita untuk mengisi ulang energi dan menikmati waktu sendiri.

Selain itu, coba deh fokus pada aktivitas yang benar-benar kamu nikmati, bukan hanya karena dorongan untuk ikut tren.

Satu lagi yang tak kalah penting adalah berlatih bersyukur. Sering-seringlah luangkan waktu untuk mencatat hal-hal kecil yang membuatmu bahagia setiap harinya.

Baik itu secangkir kopi pagi yang nikmat, momen lucu bersama teman, atau pencapaian kecil dalam hidup, semua itu layak dirayakan.

Dengan cara ini, kamu akan lebih menghargai perjalanan hidupmu sendiri dan tidak terlalu terpengaruh oleh apa yang orang lain lakukan.

Jadi, bagi kamu yang merasa terjebak dalam rasa FOMO, ingatlah bahwa hidup ini bukanlah kompetisi. Setiap orang punya perjalanan dan ritme yang berbeda.

Lebih baik merayakan apa yang kamu miliki dan nikmati prosesnya, daripada terus-menerus merasa cemas akan apa yang kamu lewatkan. Mari kita ubah cara pandang kita terhadap hidup, dari yang serba cepat dan penuh tekanan, menjadi lebih berharga dan penuh makna.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak