Pembangunan infrastuktur di era kepemimpinan Presiden Jokowi memang harus diberikan apresiasi. Dalam urusan pembangunan ini bahkan Presiden Joko Widodo menerima penghargaan dari GAPENSI sebagai Bapak Konstruksi Indonesia atas kesuksesan pembangunan infrastruktur dan investasi selama satu dekade ini.
Penghargaan Constructing Excellence Awards juga diberikan kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia.
Hal ini membutikan bahwa di era kepemimpinannya Presiden Jokowi benar-benar memperhatikan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Presiden juga mengungkapkan bahwa jika semakin banyak stok infrastruktur yang dimiliki sebuah negara, maka peluang untuk memenangkan daya saing global akan semakin besar.
Salah satu proyek infrasruktur yang paling menjol adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Pemerintah membuat proyek ini dengan tujuan untuk mempercepat konektivitas antara Jakarta dan Bandung.
Dengan adanya kereta cepat ini, pemerintah mengharapkan dapat mempersingkat waktu untuk perjalanan Jakarta-Bandung yang biasanya 3 jam menjadi 45 menit.
Pemerintah mengakui pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung ini merupakan ikon sekaligus momentum Indonesia melakukan pembangunan infrastruktur dan transportasi massal di era kemajuan yang sedang berlangsung.
Proyek ikonik ini merupakan bagian dari inisiatif Belt and Road (BRI) China dan didanai oleh konsorsium yang terdiri dari PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Konsorsium ini merupakan kolaborasi antara BUMN Indonesia dan China Railway International Co. Ltd. dengan pembiayaan yang sebagian besar berasal dari pinjaman China Development Bank.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah salah satu proyek dari beberapa investasi dari China. Proyek-proyek infrastruktur Kereta Cepat Bandung-Jakarta tentu memberikan manfaat bagi negara.
Investasi dari China tentu mempunyai berbagai manfaat yakni, menciptakan pusat ekonomi baru, kerja sama ini juga mendorong alih teknologi dan peningkatan keterampilan untuk tenaga kerja lokal, serta memperkuat hubungan diplomasi ekonomi antara Indonesia dan China.
Tak munafik dengan adanya infrastruktur yang lebih modern, daya saing Indonesia di mata investor internasional akan meningkat, dan adanya bantuan kerja sama dari China tentu bisa mengatasi keterbatasan anggaran pembangunan untuk Indonesia.
Meski begitu, penting bagi Indonesia untuk waspada agar tidak berketergantungan dengan investasi asing atau belajar untuk kemandirian jangka panjang.
Ketergantungan Ekonomi
Pada konteks ini, ketergantungan yang dimaksud adalah negara yang bergantung pada negara lain dalam sisi ekonomi. Seperti halnya, masalah investasi, perdagangan, teknologi maupun pendanaan lainya.
Mengambil contoh hubungan China dan Indonesia, ketergantungan dapat terlihat dari China yang memberikan pembiayaan untuk pengembangan proyek-proyek infrastruktur strategis negara ini.
Seperti yang terlihat dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan proyek lain dalam kerangka inisiatif Belt and Road (BRI).
Ketergantungan ekonomi ini akan menjadi masalah serius apabila dilakukan dalam jangka panjang. Ketergantungan akan menimbulkan resiko dikemudian hari seperti, peningkatan utang luar negeri, hilangnya kendali atas aset strategis, dan hubungan politik kedua negara.
Oleh karena itu, Indonesia perlu menjaga hubungan baik dengan negara lain yang menjadi sumber investasi.
Dampak Terhadap Tenaga Kerja Lokal
Tak dapat dipungkiri bahwa hadirnya pembangunan infrastruktur yang memakai investasi atau kerja sama dengan China ataupun negara lainya akan menimbulkan dampak positif.
Salah satunya dapat mengatasi angka pengangguran, hal ini karena sudah sewajarnya hadirnya kerja sama dalam pembangunan ini akan menciptakan lapangan baru. Dibukanya lapangan kerja baru akan berdampak bagi terhadap kerja lokal sebuah negara.
Selain itu, jika ada keterlibatan dari asing dalam hal tenaga kerja asing yang lebih berpengalaman, maka tak dapat dipungkiri akan ada proses alih teknologi dan pengetahuan.
Dua dampak positif dari investasi atau kerja sama dengan asing itu baik bagi pekerja lokal terlebih pekerja lokal dapat belajar teknologi terbaru dalam pembangunan infrastruktur modern.
Ada dampak positif juga ada dampak negated, seskipun investasi asing sering kali diikuti dengan janji penciptaan lapangan kerja, kenyataannya tidak selalu demikian.
Beberapa investasi asing justru memanfaatkan tenaga kerja murah dan tidak memberikan jaminan perlindungan yang cukup bagi pekerja.
Selain itu, dengan adopsi teknologi yang canggih, investasi asing juga dapat menyebabkan pengurangan tenaga kerja atau meningkatkan ketidakpastian pekerjaan.
Berdasarkan pembahasan, pada masa kepemimpinan Jokowi ini penulis merasa ada pembangunan infrastruktur untuk Indonesia sangat meningkat.
Namun, yang menjadi catatan adalah harapan untuk negara Indonesia agar tidak mengalami ketergantungan ekonomi dengan investasi asing, khususnya dari China di masa depan.
Ketergantungan ekonomi sebuah negara dapat menimbulkan risiko panjang bahkan hingga mempengaruhi hubungan politik antar negara.
Oleh karena itu, besar harapan untuk Presiden baru yaitu, Prabowo Subianto untuk mengelola isu ini dengan baik, menjaga keberlanjutan ekonomi negara, dan memastikan bahwa tenaga kerja lokal mendapat peran dalam pembangunan infrastruktur nasional walaupun pembangunan dilakukan dengan kerja sama atau investasi dari China maupun asing.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS