Seungkwan SEVENTEEN baru-baru ini menjadi sorotan publik karena angkat bicara terkait masalah HYBE yang ramai belakangan ini. Dilansir melalui Instagram @pledis_boos, Seungkwan menegaskan untuk jangan pernah meremehkan idol.
Ia juga mengatakan bahwa sekalipun mereka hanya melakukan promosi selama satu minggu, itu tetap melelahkan. Walau menjadi idol adalah bagian dari pilihannya dan ia menyukai profesinya, tapi tidak dibenarkan untuk bersikap seenaknya.
Sehingga meski ia senang membalas cinta dari penggemar dan ini adalah bagian dari pekerjaannya untuk terus menampilkan yang terbaik dalam berbagai bidang, tapi terkadang sikap orang-orang terhadap kerja kerasnya terasa keterlaluan.
Melihat hal ini, sebenarnya tidak hanya para idol. Kebanyakan pekerja dalam berbagai bidang juga sering mengalami ekploitasi di tempat kerja.
Seperti misalnya lembur yang tidak dihargai, dipanggil tugas seenaknya di luar jam kerja, hingga gaji di bawah UMR atau tidak sepadan dengan kerja kerasnya. Hal-hal seperti ini memang menjengkelkan tapi hingga saat ini belum ada solusi untuk hal ini.
Sama seperti yang dikatakan Seungkwan, meski ini adalah job desk kita dan kita juga senang-senang saja melakukannya, tapi terkadang perlakuan orang lain (seperti para atasan dan petinggi) ini terasa keterlaluan bahkan tidak manusiawi.
Selain idol, profesi yang paling sering mengalami hal ini salah satunya adalah para guru dan para pekerja kasar. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kisah para guru yang dibayar 'seikhlasnya', tidak mendapat fasilitas memadai, bahkan tak jarang 'ditumbalkan' untuk pergi ke tempat terpencil.
Lalu para pekerja kasar yang diperas tenaganya, berpotensi cedera, berumur pendek, tapi bayarannya juga seadaanya.
Fenomena ini tentu miris sekali. Padahal, meski dibayar di bawah UMR, mungkin para pekerja ini tidak akan terlalu ngenes kalau diperlakukan lebih manusiawi.
Ekploitasi manusia dalam banyak bidang memang bisa berpengaruh pada kesehatan hingga mengguncang mental. Seperti yang dikatakan Seungkwan, ada masa dimana ia merasa benar-benar lelah, dan harinya terasa mendung. Meski ia telah mencoba berbagi energi positif, tapi ia tetap merasa mendung.
Hal ini seharusnya mengingatkan banyak pihak bahwa bagaimanapun 'para pekerja' ini adalah manusia. Mereka bisa merasa lelah dan sakit. Sehingga waktu istirahat, beban kerja, dan jenis pekerjaan juga seharusnya dievaluasi lagi agar korban burn out dan depresi tidak terus meningkat dari waktu ke waktu.
Terakhir, perlindungan terhadap para pekerja ini juga bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Karena para pekerja adalah 'aset' dari perusahaan sehingga memperhatikan mereka adalah tindakan minimal dan hal wajib yang harus dilakukan.