Polemik ijazah Jokowi kembali bergulir. Terbaru, massa yang mempertanyakan keaslian ijazah Presiden RI Ke-7 tersebut bahkan mendatangi rumah beliau di Surakarta.
Ada pula sekelompok pihak yang menggelar aksi di kampus almamaternya, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Namun kini, Joko Widodo tak tinggal diam. Beliau mempertimbangkan pihak-pihak yang melakukan tuduhan ijazah palsu dan pencemaran nama baik ke ranah hukum.
Seperti yang disebut di awal paragraf, polemik ijazah yang membuat gerah Joko Widodo ini bukan terjadi untuk kali pertama. Isu ini pun juga telah dibantah, dijawab secara resmi oleh pihak terkait. Joko Widodo sendiri juga bersedia menunjukkan ijazahnya jika diminta hakim di pengadilan.
Sebelum itu, Joko Widodo juga telah menunjukkan ijazahnya di hadapan awak media—meski mereka tak boleh mengambil dokumentasi. Namun demikian, ada hal menarik dari isu ini terlepas benar atau tidaknya, asli atau palsu dokumen pribadi tersebut.
Lantas, kita mungkin bertanya-tanya, mengapa begitu penting bagi seseorang menunjukkan ijazahnya? Seberapa pentingkah ijazah—yang notabene adalah selembar kertas—di zaman sekarang? Kolom ini akan membahas mengenai hal tersebut.
Seperti yang kita rasakan, saat ini kita hidup hidup di era disrupsi, yakni era perubahan begitu pesat. Hal itu juga berdampak pada karier dan dunia kerja. Barangkali kalau kita amati, ada berbagai pekerjaan yang bahkan belum begitu dikenal 10 tahun lalu.
Seperti halnya orang tua kita yang kebingungan jika anak mereka ingin menjadi atau berprofesi seperti UI/UX designer, content creator, sampai data analyst. Apa yang dikerjakan, dipelajari hingga apa lapangan pekerjaanya ada? Padahal, di era sekarang ini, beberapa profesi tadi bisa dipelajari tanpa melalui pendidikan formal.
Untuk mengakses ilmu tersebut, tak perlu bertahun-tahun duduk di bangku perkuliahan. Dengan adanya akses internet, kita bisa menggapai ilmu lebih luas dan beragam.
Seperti kita kenal ada pembelajaran jarak jauh, kelas daring (online), bootcamp, pelatihan gratis, hingga mentorship. Bermodal gawai yang kita miliki, kita bahkan bisa mengakses ilmu atau pelajaran tadi melintas geografi dan waktu.
Belajar atau menggali ilmu melalui pendidikan formal seperti di bangku perkuliahan kini bukan satu-satunya pilihan. Terlebih, menjadi cerminan bahwa jalan untuk menjadi "orang sukses" adalah dengan memiliki ijazah dan menyandang gelar.
Sebutlah nama-nama pengusaha Bob Sadino, atau bidang bisnis seperti Steve Jobs hingga Mark Zuckerberg adalah beberapa contohnya. Zaman dahulu, kita menganggap meraih gelar sarjana merupakan simbol keberhasilan serta pintu utama membuka karier dunia profesional.
Namun kini, kita justru harus mengkritisi kembali. Apakah gelar masih menjadi segalanya? Tak bisa dipungkiri, bagi beberapa profesi tertentu seperti dokter, pengacara atau dosen, gelar tentu sangat penting.
Berbeda dengan bidang lain seperti bisnis, desain grafis, teknologi hingga bidang politik. Tak bisa hanya melihat dari sisi dokumen seperti ijazah. Keterampilan dan hasil kerja nyata juga patut dipertimbangkan.
Lebih lanjut, dalam percaturan politik, sebagai misalnya seperti Presiden Jokowi, sejatinya kompetensi serta pengalaman adakalanya lebih utama ketimbang selembar kertas bernama ijazah. Selama ini figur tokoh politik Jokowi kita kenal sebagai figur pemimpin yang dekat dengan rakyat.
Selain itu, dari segi kepemimpinan, beliau juga bisa dibilang cukup berpengalaman dengan ragam dan dari bawah yakni ketika mulai menjabat dari wali kota, gubernur, hingga presiden dua periode. Lagi-lagi kita bisa merenung dan mengkritisi kembali, apakah hal itu bisa dinilai dari sekadar gelar akademik dan ijazah? Tentu saja tidak.
Penutup
Kolom ini tidak bermaksud untuk mengajak atau menggiring pendapat bahwa pendidikan formal, pendidikan universitas kita abaikan begitu saja. Pada gilirannya, adanya ijazah, ilmu hingga keterampilan niscaya memiliki peran dan kontribusi masing-masing terhadap pembentukan diri dan karier seseorang.
Bisa jadi, adanya pendidikan formal merupakan pintu masuk menuju proses untuk mengasah dan menempa diri untuk belajar. Terlebih lagi, hal yang diperlukan saat ini adalah kemampuan seperti: belajar sepanjang hayat (lifelong learning), berpikir kritis, beradaptasi dan keterampilan penyelesaian masalah.
Polemik ijazah Jokowi tentu saja menjadi suatu refleksi untuk kita. Kita tidak hanya berfokus pada persoalan kebenaran atau kepalsuan dokumen. Namun lebih dari itu, kita melihat sisi yang bisa diambil positif dari salah satu figur tokoh politik yang berkontribusi terhadap bangsa.
Dengan demikian, bagi kita, generasi muda, hal ini juga menjadi renungan bahwa kesuksesan tidak selalu ditentukan dari gelar dan ijazah. Ijazah juga penting. Apalah arti ijazah jika tidak didukung dengan hal-hal bijak lainnya.
Sumber Referensi:
DetikEdu. 10 Tokoh Sukses Terkenal di Dunia yang Drop Out dari Kampus, Ada Steve Jobs!. Detik.com. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6878362/10-tokoh-sukses-terkenal-di-dunia-yang-drop-out-dari-kampus-ada-steve-jobs
Tribun Jatim Timur. Kronologi Isu Ijazah Jokowi Palsu Mencuat, Kini Digugat hingga Keaslian Skripsi Turut Terbongkar. https://jatim-timur.tribunnews.com/2025/04/16/kronologi-isu-ijazah-jokowi-palsu-mencuat-kini-digugat-hingga-keaslian-skripsi-turut-terbongkar
MSN Indonesia. (n.d.). Polemik Ijazah Jokowi: Apa Saja Tuduhan Kejanggalan Ijazah Jokowi dan Apakah Masih Relevan? https://www.msn.com/id-id/berita/other/polemik-ijazah-jokowi-apa-saja-tuduhan-kejanggalan-ijazah-jokowi-dan-apakah-masih-relevan/ar-AA1DcT5t?ocid=BingNewsSerp
MSN Indonesia. (n.d.). Polemik Ijazah Jokowi Masih Bergulir. https://www.msn.com/id-id/politik/pemerintah/polemik-ijazah-jokowi-masih-bergulir/ar-AA1DgzUx?ocid=BingNewsSerp
Antara News. Jejak Prestasi Jokowi Menyejahterakan Masyarakat Indonesia. https://www.antaranews.com/berita/4266099/jejak-prestasi-jokowi-menyejahterakan-masyarakat-indonesia
Olahraganesia. (n.d.). Karir Politik Jokowi. https://olahraganesia.id/karir-politik-jokowi/
DetikNews. Begini Perjalanan Politik Jokowi, Si Capres 'Kerempeng'. Detik.com. https://news.detik.com/berita/d-2723501/begini-perjalanan-politik-jokowi-si-capres-kerempeng