Pernahkah kamu merasa terjebak? Di tanganmu ada buku dari daftar harus dibaca yang panjangnya tidak masuk akal, tapi hatimu sama sekali tidak tertarik.
Setiap halaman terasa seperti beban, dan alih-alih menikmati cerita, kamu malah merasa sedang menyelesaikan PR. Jika kamu pernah mengalami itu, selamat datang di klub.
Sebagai seorang pencinta buku tentu sangat sering dihadapkan pada kondisi demikian, ketika membaca yang dipaksakan akhirnya tidak memberikan dampak apa-apa setelahnya atau mungkin bisa jadi tidak selesai dan harus berhenti di tengah jalan.
Namun, ada cara lain untuk menjalani hidup sebagai pembaca yang lebih merdeka tanpa takut harus terpaksa untuk menyelesaikan buku yang kita baca, yaitu dengan menjadi seorang mood reader.
Agar perencanaan kita tersusun sesuai dengan rencana, tentu kita harus mengorganisir segalanya, termasuk hobi. Kita membuat TBR list (To Be Read) yang rapi, membeli buku berdasarkan rekomendasi viral, dan merasa bersalah jika tidak menamatkan buku yang sudah dimulai.
Kita terjebak dalam mentalitas maraton membaca, di mana yang penting adalah seberapa banyak buku yang kita habiskan.
Akibatnya, membaca yang seharusnya menjadi pelarian, malah berubah menjadi beban. Tekanan inilah yang sering memicu reading slump bagi sebagian pencinta buku, yaitu momen ketika kita kehilangan minat baca sama sekali.
Seorang mood reader adalah kebalikan dari itu. Mereka tidak terikat pada daftar atau rencana. Pilihan buku mereka sepenuhnya bergantung pada suasana hati.
Butuh cerita ringan dan penuh tawa setelah hari yang melelahkan? Ambil novel komedi. Merasa ingin tantangan dan misteri di akhir pekan yang dingin? Angkatlah buku thriller.
Atau jika kamu sedang merasa bahwa hidup sedang berada di titik terendah dan membutuhkan motovasi dan dorongan untuk lebih semangat buku self-improvement bisa menjadi pilihan terbaik yang dapat kamu baca.
Biasanya buku self-improvement akan lebih terasa mengena di kehidupan seorang pembaca ketika memang pembaca itu sedang benar-benar membutuhkan solusi atas apa yang menjadi permasalahan hidupnya.
Jika kamu sedang ingin merenung tentang kehidupan? Buku filsafat atau memoar bisa menjadi pilihan. Buku-buku yang diambil berdasarkan dengan kisah nyata bisa lebih memperdalam empati kita terhadap kehidupan.
Ini adalah teknik membaca yang kerap diterapkan oleh seorang mood reader, mendengarkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh hati dan pikiran saat itu.
Kelebihan utama menjadi seorang mood reader adalah koneksi yang lebih dalam dengan buku. Ketika kamu membaca buku yang sesuai dengan mood-mu, kamu akan lebih mudah tenggelam ke dalam cerita.
Emosi yang kamu rasakan selaras dengan apa yang terjadi di dalam buku, membuat pengalaman membaca jadi lebih dalam dan personal.
Tidak ada paksaan, tidak ada beban, kamu akan benar-benar menikmati proses membaca. Ini adalah bentuk self-care yang sering kita lupakan, memberi diri sendiri izin untuk melakukan apa yang benar-benar kita inginkan, bukan apa yang seharusnya kita lakukan.
Selain itu juga, menjadi seorang mood reader pengalaman membaca bisa jadi jauh lebih sering, karena setiap kali membaca buku yang memang relatable maka biasanya sering penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jadi, jika kamu sedang bingung harus membaca apa, lupakan daftar PR yang panjang itu. Coba tanyakan pada dirimu, "Apa yang hatiku butuhkan hari ini?"
Mungkin kamu butuh petualangan fantasi, secuil romansa, atau selembar pengetahuan baru. Pilihan ada di tanganmu. Menjadi seorang mood reader adalah sebuah usaha kecil, sebuah langkah berani untuk merebut kembali kebahagiaan sejati dari membaca.