Iklan Presiden Prabowo di Layar Lebar, Bioskop Jadi Panggung Politik?

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Iklan Presiden Prabowo di Layar Lebar, Bioskop Jadi Panggung Politik?
Cuplikan Iklan Pencapaian Presiden Prabowo yang Wajib Ditayangkan di Seluruh Bioskop (X/@ubicilembur)

Nonton film di bioskop biasanya identik sama popcorn, kursi empuk, sama rasa deg-degan nunggu film mulai. Bedanya akhir-akhir ini, pengalaman itu agak berubah buat sebagian penonton di Indonesia. Sebelum film utama diputar, layar bioskop mendadak jadi ‘panggung politik’ yang menampilkan video Presiden Prabowo Subianto lengkap dengan potongan pidato dan narasi capaian program pemerintah.

Reaksi publik? Campur aduk. Ada yang cuek, ada yang sebal, ada juga yang langsung heboh di media sosial sambil nyebut, “Kok jadi propaganda sih?”

Bioskop itu kan ruang privat sekaligus publik. Privat karena kita bayar tiket untuk dapat pengalaman hiburan, tapi publik karena kita duduk bareng ratusan orang lain. Biasanya, slot sebelum film diisi iklan produk, trailer film, atau kampanye layanan masyarakat yang sifatnya netral, semisal ajakan pakai masker waktu pandemi.

Begitu video presiden nongol, banyak yang merasa ruang hiburan itu ‘disusupi’. Apalagi durasinya lumayan, sekitar satu menit, dan isinya bukan sekadar info teknis, tapi juga potongan pidato dengan tone yang jelas-jelas mengangkat citra personal.

Kalau dilihat dari kacamata komunikasi publik, langkah ini sebenarnya smart ya. Iklan layanan masyarakat di TV sudah mulai basi, lagian anak muda jarang nonton televisi. Media sosial penuh distraksi, algoritmanya bikin pesan gampang tenggelam. Bioskop? Penonton nggak bisa skip, nggak bisa scroll, dan audiensnya jelas mayoritas anak muda dan keluarga kelas menengah. Strategis banget kan?

Artinya, pemerintah memang sedang cari cara biar pesannya sampai ke kelompok yang biasanya ‘cuek politik’. 

Masalahnya tuh ada di sini. Video itu lebih mirip kampanye pencitraan ketimbang informasi netral. Kalau isinya murni edukasi, misalnya program gizi gratis dijelasin tanpa wajah presiden nongol, mungkin orang lebih terima. Namun, karena narasinya dibungkus dengan potongan pidato dan framing ‘ini lho keberhasilan Presiden Prabowo’, publik jadi merasa dipaksa menelan propaganda.

Apalagi konteksnya, Presiden Prabowo masih di periode awal pemerintahannya. Jadi kesannya terburu-buru bikin branding di ruang publik, padahal masyarakat masih menunggu realisasi janji-janji kampanyenya. 

Gitu deh. Setiap strategi komunikasi publik memang punya risiko. Video di bioskop ini mungkin memang bikin sebagian orang aware sama program pemerintah, tapi di sisi lain juga bisa memunculkan resistensi. Penonton yang tadinya netral jadi ilfeel. Alih-alih bikin citra positif, malah memunculkan kesan otoriter, seolah-olah nggak ada ruang bebas dari pesan politik.

Menurutku, ide masuk ke bioskop sebagai medium komunikasi itu kreatif. Sayangnya cara eksekusinya kurang sensitif. Bioskop adalah ruang orang untuk ‘kabur sebentar’ dari hiruk pikuk politik. Kalau tiba-tiba pesan politik ikut masuk, apalagi dengan tone pencitraan, yang muncul bukan apresiasi, tapi penolakan.

Jalan tengahnya? Pemerintah tetap bisa pakai slot bioskop, tapi kontennya harus benar-benar netral dan edukatif. Misalnya, video ajakan peduli lingkungan, pentingnya gizi seimbang, atau informasi bencana. Jadi orang merasa dapat manfaat, bukan dijejali kampanye.

Karena pada akhirnya, komunikasi publik itu bukan sekadar soal apa yang disampaikan, tapi juga bagaimana dan di mana menyampaikannya. Salah tempat, salah timing, bisa jadi bumerang meski niatnya baik.

Kalau pemerintah benar-benar ingin dekat dengan rakyat, caranya bukan dengan menjejalkan pidato di layar lebar, tapi dengan menghadirkan bukti nyata di lapangan. Karena pada akhirnya, publik lebih percaya sama aksi nyata ketimbang video berdurasi satu menit.

Bioskop boleh jadi medium baru untuk komunikasi, tapi jangan sampai jadi gambaran bagaimana kekuasaan bisa masuk ke ruang paling privat dari hiburan kita. Dan ketika rasa risih itu sudah tumbuh, citra yang ingin dibangun justru bisa runtuh. 

Gimana Sobat Yoursay, apakah kalian biasa saja atau gerah dengan iklan politik Presiden Prabowo?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak