Empati yang tinggi membuat seseorang mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, termasuk memosisikan dirinya pada pihak lain yang sedang ditimpa kesulitan. Empati inilah yang kemudian mendorongnya untuk menolong orang yang susah, menghibur teman yang sedih, atau menjaga etika (ucapan dan tindakan) supaya tak menyakiti pihak lain.
Empati yang rendah akan memunculkan orang-orang yang egois dan tak punya hati. Tentunya kita gak mau, kan seperti itu?
Karena itu, perlu disadari apakah saat ini empatimu sudah mulai tergerus, atau masih sama seperti dulu. Yuk, dicek cirinya!
1. Malas mendengar curhatan orang lain
Saat sedang kesusahan, pasti kita bahagia sekali jika ada orang yang mau mendengarkan curhatan kita. Terkadang curhat bukan bermaksud untuk menemukan solusi, tapi sekadar mengangkat beban yang rasanya terlalu berat ini. Dan ketika ada orang yang benar-benar memperhatikan apa yang kita ucap, terasa bahwa kita tak sendiri.
Jika akhir-akhir ini terasa bahwa kamu makin malas mendengar curhatan orang lain, padahal dia juga curhat jarang-jarang dan memang bukan tipe orang tukang ngeluh, artinya bisa jadi kepedulian dalam hatimu sudah mulai terkikis.
2. Merasa diri paling benar
Tanda lain dari orang yang minim empati adalah merasa bahwa dirinya paling benar. Padahal tiap orang punya sudut pandang masing-masing. Orang yang merasa paling benar, biasanya juga jadi arogan dan senang sekali berdebat meski tak penting. Tujuannya apa lagi, kalau bukan mengukuhkan keyakinannya bahwa dia selalu benar.
3. Senang mengkritik
Kritikan meski niatnya baik, tetap harus disampaikan dengan cara yang baik pula, dengan tetap mengutamakan adab. Kritikan yang disampaikan dengan cara tak baik, menandakan bahwa ia sudah tak peduli dengan perasaan orang lain, apakah akan menyakiti hatinya atau tidak.
4. Hanya memikirkan diri sendiri
Orang yang empatinya rendah tak begitu peduli dengan nasib orang lain. Yang dipikirkan hanyalah keuntungan dirinya sendiri. Ini yang membuatnya jadi egois.
5. Berprasangka buruk terhadap orang lain
Memiliki empati yang rendah, akan sulit untuk membuatnya berprasangka baik terhadap orang lain. Tiap kali orang tertentu melakukan hal yang tak sesuai dengan yang ia mau, langsung berpikir yang tidak-tidak.
Misalnya saja, seorang anak jarang menjenguk orang tuanya. Orang tua yang berempati tinggi, tak akan langsung menghakimi atau berpikir negatif. Bisa saja anaknya itu memang sibuk atau ada kendala finansial sehingga merasa malu kalau ke rumah orang tua sendiri tapi tak membawa apa-apa.
Dengan adanya empati yang tinggi, niscaya dunia ini terasa damai karena adanya sikap saling tolong-menolong. Pikiran pun jadi tenang karena tak mudah berburuk sangka. Nah, kamu termasuk yang berempati tinggi gak nih atau sebaliknya?