Tidak dapat dipungkiri jika guru menjadi salah satu profesi yang populer. Seiring berjalannya waktu, yang namanya guru kemudian tidak hanya bekerja di lingkup sekolah. Ada juga guru yang menyebarkan ilmunya secara mandiri alias melalui les privat.
Berangkat dari hal tersebut, saya kemudian melakukan semacam wawancara dengan empat narasumber yang memiliki latar belakang sebagai guru privat. Adapun keempat narasumber yang saya hubungi tersebut adalah Sarnubi dari Bandar Lampung, Fadilatul Hasanah dari Sumatra Utara, Bapak Tohamba dari Kendari, dan Mbak Gladys dari Pandeglang. Wawancara sendiri dilakukan via WhatsApp maupun Direct Message (DM) di Instagram.
Setelah melakukan wawancara dengan mereka, saya menemukan kisah maupun hal menarik seputar profesi guru privat. Lambat laun, saya kemudian menyadari bahwa guru privat bisa menjadi pilihan karier yang terbilang menjanjikan. Setidaknya,dengan tiga alasan berikut.
1. Pendapatan Besar
Tidak kalah dengan profesi lainnya, guru privat bisa menjadi sumber penghasilan yang terbilang menggiurkan. Puluhan ribu bahkan jutaan rupiah bisa didapatkan hanya dengan mengajar privat.
Misalnya saja seperti Sarnubi. Dia sendiri mengaku bahwa pendapatannya dari mengajar privat di masa pandemi Covid-19 bisa mencapai Rp 4 juta untuk 4 rumah. Sebelumnya, Sarnubi pernah mencatatkan pendapatan sekitar Rp 7 juta untuk 12 rumah!
Lalu ada juga Bapak Tohamba yang mendapat rata-rata penghasilan sekitar Rp 5,5 juta- Rp 6,5 juta dari mengajar privat. Bahkan beliau sendiri sempat mengaku bahwa pernah mendapat penghasilan sebesar Rp 10 juta per bulan dari mengajar privat di awal masa pandemi Covid-19.
2. Bisa Dilakoni oleh Siapa Pun
Profesi guru privat sendiri bisa dibilang tidak memerlukan latar pendidikan khusus. Asalkan memiliki kemampuan serta kemauan untuk mengajar, siapa pun bisa melakoni pekerjaan ini.
Misalnya saja seperti Fadilatul Hasanah, salah satu narasumber yang saya hubungi via Direct Message (DM) di Instagram. Dia sendiri mengaku sudah mengajar privat sejak tahun 2016. Lebih tepatnya sejak kelas dua SMP.
Lalu ada juga Mbak Gladys yang mengajar privat bahasa Inggris dan Jepang. Dalam hal ini, latar pendidikan beliau bukan berasal dari jurusan atau dari fakultas bahasa asing maupun keguruan, melainkan dari jurusan Administrasi Publik di fakultas Sosial Politik.
3. Fleksibel
Sebagai profesi yang tidak terikat dengan suatu institusi atau lembaga, guru privat memiliki banyak fleksibelitas di segala aspek. Dalam hal ini, pengajar bisa memilih waktu, jumlah murid, bahkan tempat mengajarnya secara leluasa.
Misalnya saja seperti Mbak Gladys. Di sela-sela waktu kosong perkuliahan, beliau memanfaatkannya untuk mengajar privat. Dalam hal ini, Mbak Gladys bisa mengajar di rumah, indekos, masjid, taman, dan tempat lainnya.
Dengan tiga alasan di atas, guru privat bisa menjadi profesi yang menarik untuk dilakoni. Meskipun demikian, tentu dibutuhkan ketekunan serta kerja keras agar profesi sebagai guru privat bisa menghasilkan hasil yang maksimal. Akhir kata, semoga tulisan ini bisa memberi manfaat sekaligus inspirasi bagi para pembaca.