Generasi sandwich adalah suatu istilah yang menggabarkan posisi finansial seseorang yang terhimpit di antara membiayai orang tua atau mertua dan membiayai anaknya. Karena beban finansial yang cukup berat, generasi ini seringkali merasakan tekanan emosional.
Menjadi generasi sandwich tentu bukanlah hal yang mudah. Akan ada banyak tantangan yang harus di hadapi. Sebelum berpikir untuk keluar dari mata rantai generasi sandwich, terlebih dahulu kita harus belajar menerima dengan ikhlas dan bertahan dengan cara berikut ini:
1. Miliki positive mindset
Terkadang yang menurut kita tidak mungkin, untuk orang lain adalah hal yang biasa. Yakin dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita, pasti akan ada hikmah yang kita dapat. Allah memberi ujian pasti sesuai dengan kemampuan kita. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah di tulis dalam Al Qur’an.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)
Jadi, jangan dianggap sebagai beban dan cobalah untuk melihat dari sisi lain, sisi yang positif. Cobalah lebih banyak bersyukur, karena Allah beri kesempatan berbakti pada kedua orang tua kita. Ketimbang mengeluh, yang cuma akan jadi sia-sia tanpa pahala.
2. Pahami bahwa sedekah terbaik adalah kepada keluarga
Jika kita memahami kondisi ini sebagai kesempatan untuk berbakti terhadap orang tua, maka kita akan tetap berlomba-lomba untuk membantu orang tua.
"Ada empat macam dinar (harta dan penggunaannya). Satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau belanjakan untuk membebaskan hamba sahaya, satu dinar engkau infakkan di jalan Allah, dan satu dinar lagi engkau nafkahkan kepada keluargamu. Yang paling utama dari keempatnya adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Muslim).
3. Hitung kebutuhan kita, keluarga, dan orang tua
Atur keuanganmu setiap bulannya dengan membagi kebutuhan sekarang dan masa depan. Hitung semua biaya kebutuhan untuk diri kita, keluarga dan juga orang tua. Jangan lupa juga untuk selalu komunikasikan dengan orang tua, berapa uang yang sanggup kita berikan.
Jika pendapatan kita masih terbatas, sampaikan juga jika saat ini yang bisa kita berikan hanya sebatas kebutuhan orang tua, belum bisa untuk memenuhi “gaya hidup” dan pengeluaran tersier lainnya.
4. Atur keuangan dengan baik
Karena kewajiban nafkah bertambah, kita perlu belajar mengelola pendapatan kita dengan bijak. Miliki self-control yang baik, tekan pengeluaran semampu kita. Buat skala prioritas, dahulukan kebutuhan primer, kemudian baru kebutuhan yang sekunder. Dan mulai explore diri untuk mencari sumber pendapatan baru.
Siapkan dana darurat dan mulai pelan-pelan berinvestasi untuk tabungan pensiun, agar generasi sandwich tidak terjadi kepada anak-anak kita nanti. Jangan lupa daftarkan orang tua ke BPJS Kesehatan, ini penting mengingat usia orang tua kita yang tak lagi muda.
5. Selalu minta doa dari orang tua
“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga.” (HR Muslim dan Ahmad)
Point ini jangan sampai terlewat, sering-seringlah minta doa dari orang tua kita.
Semakin hari, orang tua kita akan semakin rapuh, waktu kita kecil mereka rela membanting tulang demi masa depan kita. Semoga kita termasuk orang yang bersyukur ketika Allah memilih kita sebagai perantara rezeki untuk orang tua kita, dan tidak menganggap orang tua sebagai beban.