4 Alasan Orang Tua Harus Berhenti Memarahi Anak dengan Berteriak

Hayuning Ratri Hapsari | Dina Pangestu
4 Alasan Orang Tua Harus Berhenti Memarahi Anak dengan Berteriak
Ilustrasi anak kecil (Pexels.com/Victoria Akvarel)

Dalam mendidik anak, orang tua kerap menggunakan nada yang tinggi atau berteriak sebagai respons untuk memarahi anak.

Berteriak kerap menjadi senjata bagi orang tua dalam memarahi anak ketika anak berbuat kesalahan. Namun, berteriak bukanlah hal yang tepat dalam mendidik anak.

BACA JUGA: 5 Cara Mendidik Anak Laki-Laki agar Tidak Berlaku Kasar pada Perempuan

Merangkum dari parents.com, berikut ini alasan-alasan orang tua harus berhenti memarahi anak dengan berteriak.

1. Berteriak bisa membuat anak merasa tidak bernilai

Ilustrasi anak kecil (Pexels.com/Victoria Akvarel)
Ilustrasi anak kecil (Pexels.com/Victoria Akvarel)

Setiap orang memiliki keinginan untuk merasa dihargai. Bagi sebagian besar orang, merasa dihargai oleh orang lain sebagai cara mengukur harga diri dan menentukan apakah dirinya penting bagi dunia di sekitarnya.

Saat anak diteriaki orang tuanya, anak akan melihat dirinya tidak mampu dan mempertanyakan kemampuannya karena anak mulai merasa tidak berharga.

Dalam keadaan orang tua yang marah dan berteriak kepada anak, anak terlihat seperti musuh baginya dan bukan manusia yang dihargai dan dicintai.

2. Berteriak memicu kecemasan, depresi, dan harga diri rendah pada anak

Ilustrasi anak kecil (Pexels.com/Victoria Akvarel)
Ilustrasi anak kecil (Pexels.com/Victoria Akvarel)

Selain menimbulkan rasa sakit hati saat orang tua membentak anak, kekerasan verbal akan menimbulkan masalah saat ia beranjak dewasa.

Anak-anak yang cenderung sering dibentak atau diteriaki oleh orang tuanya rentan mengalami kecemasan dan meningkatnya depresi.

Depresi atau kecemasan menyebabkan perilaku yang memburuk, bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merusak diri sendiri, seperti narkoba.

BACA JUGA: 5 Tips Mendidik Anak agar Menjadi Sosok yang Bertanggung Jawab

3. Berteriak bisa menghambat ikatan antara orang tua dengan anak

Ilustrasi hubungan baik antara ibu dengan anak (Pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi hubungan baik antara ibu dengan anak (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bukan hanya kecemasan yang dialami anak, berteriak kepada anak bisa menghancurkan hubungan dengan anak.

Teriakan kepada anak justru menjadi tantangan untuk bisa berempati satu sama lain. Bahkan, berteriak akan membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi asing satu sama lain sehingga membuat anak merasa orang tuanya bukan bagian darinya. Anak tidak merasa lebih dekat dengan orang tuanya setelah dirinya diteriaki.

4. Berteriak akan berpengaruh negatif pada anak dalam jangka waktu lama

Ilustrasi memarahi anak (Pexels.com/Monstera)
Ilustrasi memarahi anak (Pexels.com/Monstera)

Berteriak sebagai suatu metode dalam mendisiplinkan anak secara keras dapat merugikan anak, karena anak yang dididik dengan cara tersebut akan minim prestasi dalam sekolahnya atau masalah perilaku yang nakal.

Dalam studi, berteriak kepada anak mempunyai efek yang serupa dengan hukuman fisik.

Tindakan mencaci dan meneriaki anak secara terus-menerus bisa mengubah cara bagaimana otak anak berkembang.

Alih-alih memarahi anak dengan berteriak, orang tua perlu ambil nafas dalam-dalam dan menasihati dengan cara-cara yang halus serta tak melukai mental anak.

Itulah beberapa alasan orang tua harus berhenti memarahi anak dengan berteriak. Semoga bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak