Negara di Asia Timur ini berhasil menekan angka kematian akan Covid-19, dengan jumlah kasus kematian yang minim. Bahkan, tingkat kesembuhan pun terus meningkat dan jumlahnya berkejaran dengan kasus positif. Peningkatan kasus dari hari ke hari sangat sedikit. Tentu menjadi menarik bagaimana Korea Selatan (Korsel) dalam menghadapi Covid-19 sebagai lawan perang utamanya saat ini.
Moon Jae-in selaku presiden mengatakan bahwa perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak dan memberikan penanganan yang tegas dan masif untuk menekan kasus Covid-19.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa presiden Moon bersama pemerintah Korsel melakukan beberapa kebijakan utama dalam melawan Covid-19 yaitu pertama, cepat tanggap dalam menetapkan sebuah wilayah atau distrik—yang memiliki tingkat kasus yang tinggi—di Korsel sebagai kawasan bencana khusus, sehingga meningkatkan awareness dari masyarakat baik yang berada pada area terdampak maupun tidak, serta menanamkan pentingnya melakukan kiat-kiat yang dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus tersebut.
Kedua, Pemerintah Korsel mengadakan kebijakan pembatasan—bukan lockdown—yang melibatkan peran aktif masyarakat untuk membatasi kegiatan mereka, seperti juga dengan meliburkan sekolah, dan membatasi kegiatan skala besar atau dapat menimbulkan kerumunan orang dengan banyak.
Ketiga, diadakannya rapid test yang massal dan gratis, sehingga meliputi banyak masyarakat di sana untuk dapat melakukan tes Covid-19 untuk dilakukan proses pengobatan lebih dini sehingga tidak menularkannya lagi kepada orang lain. Masifnya rapid test dan PCR (Polymerase Chain Reaction) ini diapresiasi dan menjadi teladan bagi banyak negara.
Negeri ginseng ini juga memperkuat proses tracking atau pelacakan orang yang diduga kuat terinfeksi Covid-19 dengan memanfaatkan teknologi aplikasi dan GPS sehingga memudahkan melihat pergerakan khususnya orang-orang yang seharusnya dikarantina.
Keempat, data perkembangan kasus Covid-19 ini transparan dan selalu up to date, sehingga masyarakat mampu memperhatikan pergerakan Covid-19, mengingat pandemi ini sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup terutama di bidang ekonomi masyarakat. Juga, ini menjadi bukti yang valid mengenai upaya yang optimal dari pemerintah Korea Selatan.
Pemerintah di sana juga memberikan bantuan ekonomi berupa pembebasan tagihan utilitas kepada warga kelas menengah dan bawah terlebih mereka yang menderita akibat virus tersebut sekaligus sebagai apresiasi akan partisipasi mereka dalam upaya pencegahan. Uang tunai hingga sebesar 1 juta won atau (Rp 13 juta) juga akan diberikan sebagai bentuk bantuan.
Baru-baru ini, ditemukan adanya new cluster yang memiliki kemungkinan menjadi gelombang kedua dari Covid-19 di Korea Selatan. Hal ini sontak membuat Moo Jae-in dan jajarannya kembali meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah antisipatif agar tidak terjadi peningkatan yang drastis. Meskipun penyebaran Covid-19 terpusat di sebuah klub malam di daerah Itaewon, hal ini menjadi sebuah warning kembali untuk Korsel agar tidak lengah dan kembali menajamkan taringnya dalam melawan Covid-19.
Jika dilihat menggunakan tulisan Yukl “Leadership in Organizations”, maka kebijakan-kebijakan tersebut menyimpulkan bahwa kepemimpinan dari Moon Jae-in berhasil membawa nilai kolaboratif dari semua pihak dalam menangani pandemi Covid-19 yang melanda sedunia.
Beliau adalah seorang leader dengan pendekatan situasional dan mampu menempatkan diri dengan tepat dalam penanganan Covid-19 ini. Sehingga kebijakan yang dihasilkan diupayakan se-detail mungkin dengan menggunakan teknik berpikir jangka panjang atau visioner. Gaya kepimpinan yang transformasional, partisipatif, dan visioner ini tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Presiden Moon Jae-in juga dikenal sebagai presiden dengan kepribadian yang sangat ramah dan mau mengakui kesalahan. Hal ini dapat dilihat pada saat beliau melakukan pidato minta maaf karena dirinya merasa bahwa upaya yang dilakukan dalam melawan Covid-19 belumlah optimal, dan ia terus memperbarui serta meningkatkan segala usaha dalam memerangi Covid-19 tersebut.
Pria kelahiran 24 Januari 1953 ini bukan tak pernah mengalami masa kelam dalam kepemimpinannya. Pada akhir 2019 lalu, Korea Selatan mengalami hubungan yang memanas dengan Jepang terkait perang dagang, serta stucknya kebijakan pelonggaran dengan Korea Utara, sempat membuat turunnya elektabilitas Moon Jae-in di mata masyarakat Korea Selatan yang berakibat pada lesunya perekonomian. Namun, dirinya berhasil memperbaiki keadaan dengan mampu membuktikan lahirnya kebijakan yang handal dalam membasmi virus Covid-19 ini.
Korsel bahkan mengambil peranan dalam membantu beberapa negara baik dalam segi konsultasi maupun pemberian logistik kesehatan termasuk Indonesia. Bantuan yang diberikan berupa alat rapid test dan alat pelindung diri atau APD.
Indonesia menjadi salah satu negara prioritas dalam pembantuan logisitiknya mengingat kedua negara tersebut telah menjalin hubungan mitra strategis khusus dan adanya kesamaan nasib untuk bersama-sama menghadapi virus Covid-19.
Indonesia dan Korea Selatan hanya berbeda dua hari kemerdekaan, namun kita tahu bahwa perkembangan khususnya di infrastruktur dan ekonomi Korsel terlampau jauh lebih baik dibanding Indonesia. Terbukti dalam kesiapan penanganan Covid-19, di mana pemerintah Korsel sangat cakap dalam menggunakan teknologi dalam mendukung pemutusan mata rantai penyebaran virus tersebut. Namun, hal tersebut tidak menjadikan Indonesia akan gagal dalam penanganan Covid-19 ini.
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan kebijakan PSBB atau pembatasan sosial berskala besar, pembatasan pergerakan antarkota, rapid-test, hingga pemberian bantuan langsung kepada masyarakat yang terdampak. Tentunya sebagai masyarakat yang baik, kita tetap perlu mengapresiasi kebijakan yang telah diterapkan dan juga respect akan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat.
Tidak ada penanganan yang paling sempurna di dunia ini, namun alangkah baiknya, tetap perlu adanya peningkatan dan perbaikan kebijakan yang dapat dilakukan, baik melalui analisis komparasi ataupun konsultasi yang tepat, guna bersama-sama melawan musuh kita bersama, Covid-19, yang tentunya memerlukan dukungan dari semua pihak.