Hand of Midas: Sebuah Kisah Tentang Kerakusan dan Kekuatan

Tri Apriyani | Billie Adrian
Hand of Midas: Sebuah Kisah Tentang Kerakusan dan Kekuatan
Ilustrasi game online e-Sports Dota 2. [Shutterstock]

Anda mungkin akan familiar dengan istilah hand of midas jika anda sering bermain game online yang terkenal dengan nama DOTA atau Defence of the Ancients. Hand of midas merupakan salah satu barang yang dapat dibeli oleh pemain dalam game tersebut.

Cara kerja hand of midas adalah membunuh monster musuh secara instan dengan mengubah monster tersebut menjadi kepingan emas yang dapat digunakan untuk membeli barang lain. Terlihat sedikit mengerikan bukan? Dimana nyawa suatu makhluk hidup dapat diambil secara instan dan diubah menjadi kepingan emas yang hanya dapat digunakan untuk membeli benda mati. Namun, kita tidak akan fokus lebih lanjut terhadap hand of midas dalam permainan DOTA tetapi kita akan fokus terhadap asal-usul dari hand of midas berdasarkan ceritanya.

Asal-usul hand of midas berasal dari mitologi yunani. Kata midas sendiri berasal dari seorang raja yang memerintah di sebuah negara yang terletak di asia kecil yang bernama Frigia. Raja Midas dikenal sebagai raja yang mempunyai segalanya baik itu harta, tahta, maupun wanita.

Raja Midas juga dikaruniai seorang putri yang cantik dan sepertinya tidak mungkin jika Raja Midas tidak bahagia terhadap segala kekuatan yang dia punya. Sayangnya, Raja Midas mempunyai suatu kelemahan. Raja Midas memiliki sifat gila harta. Ia menganggap kebahagiaannya hanya akan tercapai jika dirinya dikelilingi oleh kemewahan.

Salah satu sumber kemewahan yang ia gila-gilakan adalah emas. Saking terobsesinya Raja Midas terhadap emas, ia suka melapisi sekujur tubuhnya dengan emas seakan-akan menganggap emas tersebut adalah bagian tubuhnya.

Suatu hari, Dionysus -dewa anggur dan pesta pora- melewati kerajaan midas dengan ayah angkatnya yang bernama Silenus yang berwujud satir (makhluk penghuni hutan-hutan dan pegunungan yang memiliki hubungan yang dekat dengan Dewa Pan dan Dionisos). Dionysus tidak sadar ketika dirinya terpisah dengan Silenus. Hal tersebut disebabkan Silenus terlalu banyak meminum anggur dan dalam keadaaan yang sangat mabuk sehingga Silenus akhirnya lelah dan memutuskan untuk tidur siang hari di suatu taman mawar.

Silenus tidak sadar bahwa taman yang ditidurinya ternyata taman mawar yang dimiliki oleh Raja Midas. Beberapa petani yang melihat Silenus yang tertidur di taman mawar Raja Midas akhirnya menggotongnya kepada Raja Midas. Hal yang tidak diduga adalah alih-alih merasa kesal karena taman mawar kesukaannya ditiduri oleh orang asing, Raja Midas mengenali wajah Silenus dan menjamunya dengan baik selama 10 hari 10 malam.

Pada hari ke-11, Raja Midas mempertemukan kembali Silenus dengan Dionysus di kota Lydia. Melihat kebaikan Raja Midas, Dionysus ingin membalasnya dengan mengabulkan satu permintaan yang diinginkan oleh Raja Midas. Tanpa berpikir panjang Raja Midas berkata,

“Aku berharap semua yang aku sentuh menjadi emas.”

Sedikit khawatir akan permintaan Raja Midas, Dionysus mengingatkan Raja Midas untuk berhati-hati dalam menentukan apa yang ia inginkan. Namun, Raja Midas tetap bersikeras dan yakin terhadap permintaannya. Akhirnya, mau tidak mau Dionysus pun mengabulkan permintaan Raja Midas.

Hari berikutnya Raja Midas terbangun dan langsung mengetes apakah kemampuan yang ia miliki benar-benar bekerja. Pertama-tama, Raja Midas menyentuh ranting pohon dan ternyata ranting pohon tersebut berubah menjadi emas. Kedua, Raja Midas menyentuh sebuah batu dan ternyata batu tersebut berubah menjadi emas.

Ketiga, Raja Midas mengambil beberapa bunga mawar dari tamannya dan semua bunga mawar tersebut berubah menjadi emas. Dengan kemampuan mengubah ketiga benda tersebut menjadi emas, muncul rasa kebahagiaan di dalam diri Raja Midas.

Namun, kebahagiaan ini akhirnya berubah menjadi suatu malapetaka ketika para pelayan membawakannya makanan dan minuman, segala makanan dan minuman yang ia sentuh langsung berubah menjadi emas. Raja Midas yang melihat ini akhirnya menyesal dan mengutuk kekuatan yang telah dimintanya kepada Dionysus. Raja Midas akhirnya berdoa kepada Dionysus dan memohon agar dibebaskan dari kelaparan.

Kasihan terhadap nasib Raja Midas, Dionysus akhirnya menjawab doa dari Raja Midas dan menyuruhnya untuk membasuh tangannya di Sungai Pactolus. Raja Midas pun melakukannya dan ketika ia membasuh tangannya di Sungai Pactolus. Ajaibnya, kekuatan tangannya berpindah ke sungai dan mengubah pasir sungai menjadi emas. Akhirnya Raja Midas terbebas dari kutukan ini. Kutukan ini akhirnya terkenal dengan nama hand of midas atau golden touch.

Terdapat beberapa versi yang lebih sedih dan terkenal dari cerita aslinya. Dalam buku A Wonder-Book for Girls and Boys (1852) yang ditulis oleh Nathaniel Hawthorne, Putri dari Raja Midas yang pada saat itu kesal mengetahui semua bunga mawar berubah menjadi emas datang menghampiri ayahnya.

Tidak tahan melihat kesedihan putrinya, Raja Midas pun mencoba untuk menghibur putrinya. Akan tetapi, Raja Midas lupa akan kekuatan yang ia miliki dimana segala sesuatu yang ia sentuh menjadi emas. Pada saat Raja Midas menyentuh putrinya, putrinya dengan sekejap berubah menjadi emas. Kekutan ini langsung berubah menjadi mimpi buruk bagi Raja Midas karena dengan kerakusan yang ia miliki dengan tidak sengaja telah membawa kemalangan bagi putrinya.

Cerita ini membawa kita kepada kesimpulan segala kerakusan dan ketamakan yang berlebihan terhadap kekayaan, kemewahan, dll akan membawa kita kepada bad ending. Ibaratnya seorang yang mempunyai kekuatan dibutakan oleh materi dan mempunyai kesempatan untuk mengambil yang bukan haknya sama seperti Raja Midas yang sudah mempunyai semua yang ia inginkan tetapi terbutakan oleh rasa rakusnya dan membawa dirinya serta orang terdekatnya ke jalan kesengsaraan.

Sama halnya orang yang berbuat korupsi mengambil uang demi uang dengan menggunakan kesempatannya akan memiliki tangan midas yang dapat mengubah segalanya menjadi emas. Akan tetapi, tidak seperti Raja Midas yang sadar akan kerakusannya dan dapat menghilangkan kutukannya, orang yang berbuat korupsi sampai akhir hayatnya akan dicap sebagai orang yang pernah dibutakan oleh materi.

Tidak hanya itu, orang tersebut tidak akan melukai dirinya sendiri tetapi juga sama halnya dengan cerita ini, dalam cara yang berbeda atau sama orang yang telah dibutakan oleh materi dan mengambil segala kesempatan yang ada untuk memberi makan rasa rakusnya itu akan melukai orang yang didekatnya atau yang dicintainya dan orang tersebut tidak dapat menyalahkan apa pun karena dirinya sendirilah yang dibuat buta oleh kerakusannya.

“He who wants everything everytime will lose everything at the same time” -Vikrant Parsai

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak