Tantangan Kemdikbud Memajukan Pendidikan Indonesia

Tri Apriyani | untung wahyudi
Tantangan Kemdikbud Memajukan Pendidikan Indonesia
Mendikbud Nadiem Makarim saat acara Lepas Sambut di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10). [Suara.com/Arya Manggala]

Akhir tahun kemarin, dalam Siaran Pers Nomor 368/sipres/A6/XI/2020, Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan, pada semester genap 2020/2021 sekolah-sekolah sudah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi. Di antaranya penerapan protokol kesehatan harus dipatuhi untuk menekan angka penyebaran Covid-19

Namun, pada awal 2021 ini, wacana tersebut tidak bisa direalisasikan mengingat semakin merebaknya virus yang belum berakhir. Sekolah-sekolah, terutama yang berada di zona merah, diimbau untuk tetap melaksanakan pembelajaran secara daring. Pembelajaran tatap muka tidak bisa dilaksanakan sebagaimana wacana dalam Sipres di atas.

Sejak awal 2020, Kemdikbud menggulirkan sejumlah program untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Di antaranya adalah Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Program Merdeka Belajar sendiri telah dilaksanakan sebanyak enam episode. Program ini banyak menuai pujian karena pendidik dan tenaga kependidikan bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Ada empat program yang digulirkan Kemdikbud pada Merdeka Belajar episode pertama. Program tersebut adalah penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), mengganti Ujian Nasional (UN), penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan mengatur kembali Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Program-program di atas digulirkan berbarengan dengan polemik yang melanda dunia pendidikan karena efek pandemi. Sebagaimana pembelajaran tatap muka yang tidak bisa dilaksanakan per Maret 2020, USBN dan UN pun harus dihapus dan diganti dengan program atau tugas-tugas yang dilaksanakan secara daring.

Tak hanya itu. Merdeka Belajar episode pertama juga dilakukan penyederhanaan RPP sehingga, para guru tidak dipusingkan dengan hal-hal administratif yang berhubungan dengan rencana pembelajaran. Dengan penyederhanaan RPP, Mereka lebih fokus untuk pengembangan diri dengan berusaha maksimal memberikan pembelajaran.

Capaian Kemdikbud selama 2020

Awal tahun ini, Kemdikbud mengeluarkan Taklimat berisi capaian-capaian Kemdikbud selama 2020 dan pada masa pandemi Covid-19. Capaian prioritas program Merdeka Belajar 2020 antara lain untuk Program Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah.

Dalam Taklimat yang dikeluarkan Kemdikbud (05/1) dijelaskan, selama 2020 Kemdikbud berhasil merenovasi sekolah-sekolah. Dari target sebanyak 152, yang terealisasi sebanyak 153 sekolah. Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) PAUD juga dilaksanakan. Dari target 149 lembaga, yang terealisasi sebanyak 169 lembaga. Sementara Unit Sekolah Baru (USB) terealisasi sesuai target, yaitu 9 sekolah.

Capaian program prioritas Merdeka Belajar lainnya yaitu, sekolah mendapatkan program UKS, bantuan peralatan pendidikan, alat permainan edukasi (APE) PAUD, peningkatan kualitas pembelajaran PAUD, dan pemberian layanan khusus.

Program Guru dan Tenaga Kependidikan

Selama 2020, Kemdikbud juga melaksanakan berbagai program khusus guru dan tenaga kependidikan. Program yang terealisasi antara lain peningkatan kompetensi bagi guru dan kepala sekolah yang mencapai 40.241 orang dari target 39.555 orang. Guru yang mengikuti sertifikasi guru pun terealisasi sesuai target yakni sebanyak 33.873 orang.

Revitalisasi sekolah juga dilakukan Kemdikbud terhadap 491 sekolah, dari target sebanyak 476. Bantuan peralatan pendidikan pun diberikan sebanyak 200 paket dari target 200 paket. Guru juga mendapatkan upskilling yakni sebanyak 3.546 dari target 2.600 orang (Taklimat Media Kemdikbud 2020).

Tantangan dan Prioritas Kemdikbud Tahun 2021

Kemdikbud adalah salah satu kementerian yang selama ini turut andil memajukan pendidikan di Tanah Air. Berbagai tantangan yang mengadang, terutama sejak pandemi melanda, berhasil dilalui dengan baik. Pembelajaran daring yang selama ini dilakukan pun dianggap efektif karena berbagai fasilitas pendidikan telah diberikan, meskipun masih belum merata.

Untuk itu, pihak Kemdikbud berusaha melanjutkan program-program yang masih belum terlaksana dengan mengutamakan sejumlah prioritas. Sebagaimana disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim dalam Siaran Pers Nomor: 002/sipres/A6/I/2021 bahwa, tahun ini Kemdikbud akan melanjutkan transformasi pendidikan dan pemajuan kebudayaan.

Nadiem Makarim menyatakan, prioritas Merdeka Belajar 2021 akan berfokus pada delapan prioritas, di antaranya tentang pembiayaan pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dengan target 1,095 juta mahasiswa, KIP Sekolah dengan target 17,9 juta siswa, layanan khusus pendidikan masyarakat dan kebencanaan dengan target 42.896 sekolah, tunjangan profesi guru dengan target 363 ribu guru, dan pembinaan Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), dan bantuan pemerintah kepada 13 SILN dan 2.236 lembaga.

Prioritas lainnya adalah program digitalisasi sekolah dan medium pembelajaran melalui empat sistem penguatan platform digital, delapan layanan terpadu Kemdikbud, kehumasan dan media, 345 model bahan ajar dan model media pendidikan digital, serta penyediaan sarana pendidikan bagi 16.844 sekolah.

Berbagai  pembinaan pun akan dilaksanakan untuk peserta didik, prestasi, talenta, dan penguatan karakter. Prioritas ini akan diciptakan melalui tiga layanan pendampingan advokasi dan sosialisasi penguatan karakter, pembinaan peserta didik oleh 345 pemerintah daerah, serta peningkatan prestasi dan manajemen talenta kepada 13.505 pelajar (Siaran Pers Nomor : 002/sipres/A6/I/2021).

Program Organisasi Penggerak Perlu Dilanjutkan

Pada episode Keempat Merdeka Belajar, Kemdikbud meluncurkan Organisasi Penggerak untuk memberikan kesempatan bagi organisasi-organisasi di dunia pendidikan untuk membuktikan kemampuan mereka mentransformasi sekolah. Program ini dikuti oleh banyak organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.

Menurut penulis, POP adalah salah satu program Kemdikbud yang perlu dilanjutkan pada 2021 ini, meskipun program ini banyak menuai kritik dari masyarakat. Kritik yang ditujukan sejumlah pihak terkait program Organisasi Penggerak membuat Mendikbud mengadakan evaluasi, apalagi dua ormas terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah mengundurkan diri dari program organisasi penggerak yang digagas Kemdikbud. Padahal, seperti diketahui, NU dan Muhammadiyah adalah dua ormas besar yang selama ini banyak memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, penyempurnaan dan evaluasi lanjutan dilakukan setelah pemerintah menerima masukan dari berbagai pihak. Kemdikbud juga berusaha melibatkan peran organisasi-organisasi yang selama ini telah andil dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.

Dalam sebuah telekonferensi Nadiem Makarim menyatakan, tanpa peran aktif organisasi dengan sejarah perjuangan yang panjang, pencapaian pendidikan di Indonesia tidak mungkin sampai pada titik ini. Merupakan kehormatan bagi Kemdikbud untuk bisa berdiskusi dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak demi kesuksesan Program Organisasi Penggerak. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak