Pendidikan saat Pandemi: Capaian 2020 dan Optimisme 2021

Tri Apriyani | almahfud
Pendidikan saat Pandemi: Capaian 2020 dan Optimisme 2021
Ilustrasi sekolah di tengah pandemi. (Pixabay/Alexandra Kochi)

Tahun 2020 bisa dikatakan menjadi masa yang sulit, tanpa terkecuali bagi dunia pendidikan. Covid-19 yang melanda di awal tahun memaksa perubahan yang begitu mendasar dalam model pembelajaran kita. Demi mencegah penularan virus Covid-19, pembelajaran dilakukan dengan sistem online, lewat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Anak-anak setiap hari harus belajar dari rumahnya masing-masing. Mereka mengikuti pembelajaran dari guru secara online, dipandu orangtua masing-masing secara langsung.

Memang tidak mudah. Berbagai persoalan bermunculan. Mulai dari persoalan teknis seputar keterbatasan perangkat gawai, persoalan sinyal yang lemah, keterbatasan kuota data, hingga orangtua yang stres saat mendampingi anak belajar di rumah. Sesuatu yang baru memang akan menghadapi persoalan dan tantangan, tanpa terkecuali sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diberlakukan di seluruh Indonesia.

Akan tetapi, di tengah berbagai persoalan yang muncul, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terus melakukan perbaikan, evaluasi, dan bahkan terobosan guna tetap memberikan kebijakan pendidikan terbaik bagi anak-anak kita meski di tengah situasi sulit karena pandemi.

Kebijakan Kemdikbud di Masa Pandemi (Sumber: Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud)
Kebijakan Kemdikbud di Masa Pandemi (Sumber: Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud)

Capaian 2020

Tercatat, sepanjang 2020, Kemdikbud telah menorehkan beberapa capaian. Di tengah kondisi sulit, kebijakan yang dikeluarkan cukup responsif dan solutif. Terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan yang muncul akibat kondisi pandemi Covid-19.  Pertama, di tengah dampak ekonomi yang dirasakan banyak kalangan karena pandemi, dana BOS diperluas cakupannya, termasuk untuk sekolah swasta.

Di samping itu, sebagai solusi atas persoalan yang muncul akibat pembelajaran jarak jauh (PJJ), Kemendikbud memberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum. Selain bisa memakai kurikulum nasional 2013,  setiap jenjang pendidikan (SD,SMP,SMA) dapat memilih penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus yang dikeluarkan Kemdikbud, atau memilih melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

Adanya penyederhanaan kurikulum sangat membantu siswa, guru, maupun orangtua dalam proses pembelajaran jarak jauh. Kita tahu, menuntaskan kurikulum nasional tahun 2013 di tengah situasi pembelajaran yang tidak normal tentu sangat sulit. Oleh karena itu, adanya kurikulum darurat bisa menjadi opsi bagi guru agar bisa tetap menghadirkan pembelajaran yang sederhana, tapi efektif dan bermakna.

Kemendikbud juga memberi perhatian pada mahasiswa terdampak pandemi. Di antaranya memberikan bantuan Uang Kuliah Tunggah (UKT) untuk Perguruan Tinggi (PTN/PTS) dan keringanan UKT bagi mahasiswa PTN. Sepanjang 2020, Kemendikbud telah memberikan bantuan UKT atau biaya perkuliahan kepada 410 ribu mahasiswa semester 3, 5 dan 7 kepada PTN dan PTS dengan menggunakan anggaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan.

Di tengah pandemi yang membuat ekonomi menjadi sulit, Kemdikbud juga memberikan bantuan subsidi upah kepada 1.634.832 PTK PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 374,836 PTK Pendidikan Tinggi, dan 48.000 pelaku budaya dan seni.

Pemberian bantuan tentu membantu meringankan beban pelaku budaya dan seni.  Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Pendiri Institut Musik Jalanan, Andi Malewa. “Kemendikbud mendampingi para musisi jalanan sejak awal masa pandemi sampai hari ini. Ada bantuan seperti Apresiasi Pelaku Budaya. Itu sangat menolong,” kata Andi, sebagaimana dikutip dari Siaran Pers Kemdikbud Nomor: 002/Sipres/A6/I/2021

Salah satu persoalan yang banyak dikeluhkan dalam pelaksanaan pembelajaran online dari rumah adalah biaya kuota data internet. Kemdikbud pun bergerak cepat dengan memberi bantuan kuota data internet untuk mendukung belajar dari rumah selama masa pandemi Covid-19. Data Kemdikbud mencatat sudah 35,725 juta peserta didik dan tenaga pendidik telah menerima bantuan kuota data internet yang dikirim setiap bulannya.

Di samping sederet pencapain tersebut, masih ada pencapaian lain yang ditorehkan Kemdikbud sepanjang 2020. Seperti pengguna baru Rumah Belajar tahun 2020 melonjak sebanyak 7,79 juta. Pemberian bantuan kepada 13 rumah sakit pendidikan sebagai Pusat Penanganan Covid-19 dan telah menghasilkan 1.600 modifikasi produk/inovasi untuk menangani Coivd-19. Kemendikbud juga telah menerima 20.690 mahasiswa yang bergerak di bidang kesehatan untuk menjadi relawan pengendalian Covid-19.

Kemendikbud juga meningkatkan kualitas dan kapasitas Rumah Sakit Pendidikan dan Fakultas Kedokteran dari targetnya 26 rumah sakit berhasil terealisasi hingga 66 rumah sakit pendidikan/Fakultas Kedokterdan baik itu di PTN maupun PTS. Dirjen Pendidikan Tinggi juga telah memfasilitasi 235 institusi untuk menghasilkan alat pelindung diri (APD), reagen dan alat deteksi Covid-19 dengan RT-PCR. Di bidang bahasa, Kemendikbud melalui Badan Pengembangan dan Perlindungan Bahasa telah meluncurkan Pedoman Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan 3M dalam 77 Bahasa Daerah.

Optimis rencana program 2021

Melihat deretan capaian Kemdikbud sepanjang 2020 tersebut, kita patut optimis dengan dunia pendidikan Indonesia ke depan. Situasi sulit kadang justru membuat kita menjadi lebih terdorong untuk berani melakukan terobosan yang inovatif dan kreatif. Terlepas dari masih adanya kekurangan, kebijakan yang dikeluarkan di masa pandemi bisa dikatakan cukup solutif dan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan.

Kemdikbud harus terus bekerja keras, terutama untuk mencapai target selanjutnya di tahun 2021 ini. Mengutip Siaran Pers Kemdikbud Nomor: 002/Sipres/A6/I/2021 bahwa prioritas Merdeka Belajar 2021 akan berfokus pada delapan prioritas. Pertama, pembiayaan pendidikan mencakup KIP Kuliah, KIP Sekolah, dan sebagainya. Kedua, program digitalisasi sekolah. Ketiga, pembinaan peserta didik, prestasi, talenta, dan penguatan karakter.

Keempat, peningkatan kualitas terhadap guru. Kelima, peningkatan kurikulum dan asesmen nasional Kemendikbud. Keenam, revitalisasi pendidikan vokasi. Ketujuh, peningkatan Program Kampus Merdeka. Kedelapan, pemajuan kebudayaan dan bahasa.

Kedelapan prioritas Merdeka Belajar 2021 adalah dalam rangka transformasi pendidikan dan pemajuan kebudayaan. Kita berharap, setiap program dan kebijakan tersebut berjalan efektif, efisien, dan bisa benar-benar memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pemajuan kebudayaan di Indonesia.

Kita juga berharap, di tahun 2021 ini pandemi Covid-19 bisa lekas mereda dan berakhir, sehingga jalannya pendidikan bisa kembali seperti semula. Meski sekarang situasi masih sulit, kita harus tetap memelihara optimisme dan sikap positif, apalagi untuk dunia pendidikan. Dunia yang sangat menentukan tumbuh kembang anak-anak dan generasi muda bangsa. Dunia yang sangat menentukan wajah dan masa depan bangsa ini di masa depan.    

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak