Kisah Dini Si Anak Indigo

Munirah | Rico Andreano
Kisah Dini Si Anak Indigo

Dini adalah seorang anak yang memiliki kemampuan bisa melihat dimensi alam lain atau bisa disebut anak indigo. Setiap kali dia melakukan beraktivitas kapanpun dan dimanapun, dia selalu melihat dimensi alam lain dan tak jarang dia berinterakasi dengan makhluk tak kasat mata. Setiap hari adiknya, Tio merasa heran dengan perilaku aneh Dini yang selalu berbicara sendiri di rumah.

Kemampuan melihat dimensi alam lain Dini miliki sejak umur tiga tahun. Saat dia duduk di bangku kelas 6 SD, Dini menjalani kegiatan homeschooling atau sekolah di rumah. Orang tuanya sangat khawatir dengan kondisi Dini yang selalu dijauhkan dari teman-teman sekolah, mengingat Dini selalu melihat alam dimensi dan makhluk tak kasat mata saat di sekolah. Orangtua Dini sangat melarang interaksi Dini dengan orang luar, mengingat kemampuan anak indigo Dini tersebar kemana-mana.

Dini mengalami kondisi tubuh yang tak wajar, seperti badannya yang tiba-tiba panas, matanya yang tiba-tiba terasa perih sekali, badannya yang lemas, dan perutnya yang selalu sakit. Orangtua Dini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan pengaruh indigo pada Dini, seperti pengobatan alternatif dan ke orang pintar. Akan tetapi, hasilnya nihil tanpa ada hasil sama sekali.

***

Dini beserta Papa, Mama, dan Tio sedang menonton televisi, tiba-tiba Dini melihat sosok tuyul yang sedang bermain di meja makan.

”Tio, Tio, coba lihat deh di meja makan banyak tuyul yang sedang bermain”, ujar Dini.

”Ah, di meja makan nggak ada siapa-siapa Kak, jangan bikin aku takut dong”, ujar Tio.

”Kamu kenapa sih Din ? kamu mimpi apa tadi sore ? kamu jadi tambah ngaco sih”, ujar Papa.

”Iya nih, Mama heran sama kamu Din, kamu kok masih sering lihat yang gitu-gitu sih, Mama lihat kamu suka ngomong sendiri”, ujar Mama.

”Aduh mata Dini jadi perih , perut dini sakit banget, badan Dini panas banget, telinga Dini juga sakit nih”, ujar Dini.

”Kamu tidur aja Din, besok jangan bangun telat, karena besok guru kamu akan datang ke sini jam 8 pagi”, ujar Papa.

”Iya betul Din, kamu mending tidur aja, biar besok pas bangun badanmu jadi segar”, ujar Mama.

”Yaudah Pa, Ma, Dini mau ke kamar dulu, Dini mau tidur dulu, biar besok Dini nggak telat bangunnya”, ujar Dini.

”Pa, Ma, Tio juga mau tidur, Tio juga udah ngantuk nih”, ujar Tio.

”Yaudah kalian langsung tidur, besok jangan lupa bangun pagi, selamat tidur”, ujar Mama.

***

Saat Dini berada di kamar dan merebahkan badan, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil dia.

(Dini, Dini, aku di sini, aku ingin bicara denganmu)

Sembari merintih kesakitan, Dini bertanya,”Kamu siapa malam-malam datang ke sini ?”

(Aku adalah penunggu kamar ini, aku ingin bicara denganmu sekarang)

Dengan nada kesal Dini berkata, ”badanku sakit semua tauk, udah deh besok aja kita ngobrolnya, aku mau tidur dulu besok biar nggak telat bangun pagi”.

(Tok, tok, tok, tok)

”Kamu barusan ngomong sama siapa Din ?, kamu juga barusan marah-marah sendiri, emang kamu kenapa”, tanya Papa.

”Iya nih, Mama juga heran banget sama kamu, kalo mau tidur kamu pasti ngomong-ngomong sendiri”, ujar Mama.

”Dini dengar ada suara yang manggil Dini Pa, Ma, suara itu sosok penunggu kamar ini  mau ngajakin Dini ngobrol, yaudah Dini suruh ngobrol besok aja”, ujar Dini.

”Sudah kamu tidur lagi aja, jangan lupa baca doa, kalo gitu Papa sama Mama mau tidur dul”, ujar Papa.

”Oke Pa”, ujar Dini.

***

Pagi itu Dini beserta Papa dan Mama berbincang-bincang membahas sesuatu yang terjadi pada diri Dini seusai Tio pergi ke sekolah.

”Papa jadi khawatir soal dirimu yang masih jadi anak indigo Din, Papa dan Mama sudah banyak berusaha untuk menghilangkan pengaruh indigo yang ada pada dirimu, tetapi hasilnya nihil.

”Betul apa yang dikatakan Papa Din, Mama juga khawatir kalo tetangga-tetangga tau kalo kamu anak indigo, Mama berusaha untuk menutupi semua yang terjadi pada dirimu di depan banyak orang. Mama juga nggak mau kalo kamu dimanfaatkan sama orang lain, karena kamu punya kelebihan khusus yang nggak dimiliki orang lain.

”Dini juga sudah capek banget Pa, Ma, Dini juga pingin jadi anak yang normal seperti yang lain, Dini pingin ke sekolah lagi biar bisa kumpul bareng teman-temen yang lain.

(Tok, tok, tok)

”Ma, di depan ada ngetok pintu tuh”, ujar Papa.

”Biar Mama yang bukain pintunya Pa”, ujar Mama.

Mama membuka pintu dan berkata, ”Eh Bu Hesti silakan masuk”.

”Dini ada Bu ?”, tanya Bu Hesti.

”Dini ada Bu, silakan masuk Bu”, ujar Mama.

”Ooh ini Bu Hesti ya guru matematikanya Dini ? saya papanya Dini”, ujar Papa.

”Iya betul sekali Pak, saya Bu Hesti, saya guru matematikanya Dini, saya hari ini mulai mengajar homeschooling matematika, bisa minta tolong panggilkan Dini ?”, ujar Bu Hesti.

”Sebentar ya Bu, saya panggilkan Dini dulu sebentar, Din, Dini, ini ada Bu Hesti, kamu ke ruang tamu cepetan”, ujar Mama.

”Iya Ma”, ujar Dini.

Tak lama Dini menghampiri Bu Hesti untuk belajar matematika. Hari ini adalah hari pertama Dini homeschooling.

”Bu Hesti”, ujar Dini.

”Eh Dini, kamu bagaimana kabarnya ?”, tanya Bu Hesti.

”Kabar Dini baik-baik aja Bu”, ujar Dini.

”Oke, kalau begitu kita langsung saja mulai belajar matematika”, ujar Bu Hesti.

***

Saat Dini mengerjakan soal-soal matematika, tiba-tiba dia mendengar suara yang memanggil namanya. Dini tampak cuek saja dan fokus mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan oleh Bu Hesti.

(Dini, Dini, aku ingin berbicara denganmu)

Tak lama kemudian, muncul sosok perempuan tua berambut uban terurai panjang dengan wajah pucat pasi berjalan bongkok seakan menghampiri Dini. Sontak dia kaget saat melihat soosk perempuan tersebut.

”Heheheheh, aku ingin berbicara denganmu sekarang, heheheh, hehehe”, ujar sosok perempuan tersebut.

”Kamu siapa ? kita bicara nanti saja, aku lagi belajar sekarang, kumohon jangan ganggu aku yang sedang belajar, kita bicara nanti malam saja”, ujar Dini.

”Kamu kenapa Din ? kamu kok baru saja bicara sendiri, kamu bicara sama siapa ?”, tanya Bu Hesti.

”Tadi Dini barusan ketemu sama sosok perempuan tua berambut uban terurai panjang wajahnya pucat pasi berjalan bongkok Bu”, ujar Dini.

”Tidak ada siapa-siapa Din di rumah ini, hanya kita berdua saja yang di sini, orang tuamu ada di belakang, sudahlah kamu kerjakan soal-soal yang Ibu berikan”, ujar Bu Hesti.

Tak lama kemudian muncul sosok perempuan berambut panjang menggandeng anaknya yang sedang menangis dengan wajah berdarah-darah di ruang makan, pada saat bersamaan muncul anak-anak kecil yang sedang bermain mengelilingi Dini dan dekat rumah muncul sosok tengkorak yang berjalan melambai-lambaikan tangan. Dini tampak fokus mengerjakan soal-soal matematika tanpa menghiraukan sosok yang menyeramkan itu.

****

”Tadi pagi kamu melihat apa Din sampe Bu Hesti heran sama kamu ?”, tanya Papa.

”Tadi pagi pas Dini lagi ngerjain soal-soal matematika, Dini lihat ada sosok perempuan tua berambut uban terurai panjang wajahnya kelihatan pucat pasi terus jalannya bongkok, terus Bu Hesti negur Dini”, ujar Dini.

”Pagi-pagi kok udah serem aja sih, hiii jadi takut dengarnya”, ujar Mama.

”Yaudah Pa, Ma, Dini mau ke kamar dulu, mau belajar materi dari Bu Hesti”, ujar Dini.

”Yaudah kalo gitu Din, Tio juga lagi belajar tuh di kamar”, ujar Papa.

****

”Heheheh, Dini aku ingin bicara denganmu sekarang”, ujar sosok perempuan tua.

”Kalo boleh tau nenek ini siapa ? Ada apa nenek datang ke sini ?”, tanya Dini.

”Heheheheh, saya dulu penghuni rumah ini, saya tinggal sendirian di rumah ini setelah suami saya meninggal, tidak ada satupun anak-anak nenek yang mengunjungi nenek, sampai akhirnya nenek meninggal di rumah ini, karena tak kuat di alam kubur, nenek ingin kembali ke rumah ini Nak, heheheheh

”Kenapa nenek tidak kembali ke alam nenek ? ini bukan tempat tinggal nenek lagi, ini sudah ditempati oleh Dini beserta Papa, Mama, dan Tio”, ujar Dini.

”Nenek sangat kesepian di sana nak, nenek ingin ada yang menemani, nenek sudah terpisah dari anak-anak nenek, nenek ingin sekali tinggal di rumah ini”, ujar sosok perempuan tua.

”Boleh kalo nenek mau tinggal di sini, tapi nenek jangan ganggu Papa, Mama, dan Tio”, ujar Dini.

”Nenek janji tidak akan mengganggu keluarga Dini”, ujar sosok perempuan tua.

Tiba-tiba saja sosok perempuan tua tersebut menghilang dan Dini terheran-heran kemana perginya sosok perempuan tua tersebut.

”Ke mana perginya si nenek tadi ya ?”, batin Dini.

Tak terasa usia Dini menginjak dewasa dan akhirnya Dini menjadi terkenal dimana-mana berkat kelebihannya sebagai anak indigo. Semula orang tua Dini mencoba untuk menutup rapat-rapat sesuatu yang terjadi pada Dini, tetapi seiring waktu berjalan akhirnya tabir Dini sebagai anak indigo terungkap juga. Berita tentang Dini yang menjadi anak indigo mulai tersebar kemana-mana. Tak jarang Dini mendapat panggilan untuk menjadi narasumber sebuah acara di stasiun televisi tentang anak indigo.  

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak