Alkisah seorang pemuda yang bernama Topan. Dia baru saja lulus dari masa studi sarjana pertanian, yang dia tempuh tepat empat tahun.
Dia memiliki cita-cita ingin membangun kampung halamannya seusai lulus dari sarjana pertanian, Topan memang tergolong anak yang tekun dan cerdas, terbukti dia lulus dengan predikat cumlaude. Semasa kuliah dia juga menjadi mahasiswa berprestasi di tingkat fakultas pertanian.
******
Jam 07.00 tepat, saat matahari menyapa dengan pancaran sinarnya Bapak dan Topan menikmati sarapan pagi.
Nasi, sayur kangkung, dan telur dadar ditemani teh manis yang hangat. Sembari Bapak dan Topan menikmati sarapan pagi, Ibu menatap foto-foto kenangan Topan mulai masa belia, saat-saat menjadi juara kelas, dan wisuda. Ibu pun tak sanggup menahan air mata.
Bapak dengan nada ketus berkata kepada Ibu, “Bu segera sarapan nanti keburu habis lho”.
”Iya Bu benar kata Bapak kalau tidak segera sarapan nanti habis sarapannya”, kata Topan.
Ibu berkata,”Iya Pak, Ibu habis beres-beres ruang tamu dan segera sarapan”. Ibu bergegas menuju ruang makan sembari mengusap air matanya dan duduk bersama Bapak dan Topan.
Bapak dan Topan pamit pergi ke sawah dengan Ibu. Topan ikut membantu Bapak bertani di sawah. Tak lupa Ibu mencium tangan Bapak dan Topan mencium tangan Ibu.
”Bu, Bapak dan Topan pergi ke sawah dulu ya”, pamit Bapak
”Oh hati-hati ya Pak, Pan”, ujar Ibu.
****
Hamparan sawah yang indah dengan ijo royo-royonya dengan burung-burung camar yang beterbangan ditemani udara yang sangat sejuk dan banyak pepohonan yang rindang menambah anggun suasana. Bapak bekerja dari pagi sampai sore.
Bapak merupakan sosok yang pantang menyerah, pekerja keras, dan gigih.
”Pan musim panen ini Bapak bersyukur sekali bisa panen sangat melimpah dari musim-musim panen sebelumnya”, ujar Bapak.
”Ya Pak, Saya bersyukur sekali Bapak bisa panen dengan hasil melimpah dan bisa mendapatkan uang yang banyak”, kata Topan.
Bapak memberi nasehat kepada Topan,”Nak kalau kita ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, kuncinya adalah kerja keras, sabar, tekun, dan berdoa, usaha tidak akan mengkhianati hasil.
****
Suatu pagi Topan menyusul Bapak pergi ke sawah, karena Topan harus membantu Ibu membersihkan seluruh isi Rumah Topan.
Topan berjalan kaki menyusul Bapak pergi ke sawah. Di jalan, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang laki-laki yang pernah dia kenal, tetapi dia lupa namanya
”Ini Topan Ya ?”, ujar laki-laki tersebut.
”Eh, sebentar, sebentar kayaknya aku pernah ingat deh, tapi siapa ya ?”, tanya Topan.
”Coba tebak siapa namaku?”, ujar laki-laki tersebut. Sembari Topan mengingat dan menebak-nebak.
”Oalah rupanya kamu Frans”, ujar Topan.
”Bagaimana kabarmu Pan ? Lama kita tak bertemu kita dulu juga selalu belajar bareng, makan di kantin bareng, dan berangkat maupun pulang ke sekolah juga bareng”, ujar Frans.
”Alhamdulillah kabarku baik Frans, kamu sekarang sibuk apa nih ?”, tanya Topan.
”Aku sekarang kerja di distributor alat-alat pertanian kalau kamu Pan ?”, tanya Frans.
”Wah aku malah nggak tahu lho kamu sekarang kerja, maklum sekian lama kita tak jumpa dan nomor kontakmu sudah hilang, Alhamdulillah baru saja lulus dari sarjana pertanian sembari juga mencari-cari kerja, aku juga membantu bapakku bertani di sawah”, ujar Topan.
”Wuiiiiih hebat sekali kamu, selamat ya atas kelulusannya Pan, oh kebetulan ini juga Pak Leo, juraganku juga sedang membutuhkan tenaga satu orang untuk bekerja di distributor alat-alat pertanian, alamat kerjanya sih tidak jauh dari Desa Makmur Jaya, beliau juga pamanku”, ujar Frans.
”Terima kasih Frans atas tawaran kerjamu, tapi aku bicarakan lagi dengan Bapak dan Ibu, sekiranya beliau berdua mengizinkan aku bekerja, aku akan kabari kamu lagi”,ujar Topan.
”Baiklah, kamu tinggal datang ke tempat kerjaku saja Pan, kamu tinggal datangi Pak Leo saja Pan”.
****
Seusai makan malam, Bapak, Ibu, Topan berkumpul di meja makan dan Topan ingin menyampaikan sesuatu kepada Bapak dan Ibu.
”Pak, Bu, tadi pagi saya bertemu dengan teman akrab SMA namanya Frans di jalan, dia sekarang kerja di distributor alat-alat pertanian dengan pamannya Pak Leo, dia juga menawarkan pekerjaan kepada saya”, ujar Topan.
”Sepertinya Bapak tahu yang namanya Pak Leo, beliau memang sering berurusan dengan saya terkait dengan alat-alat pertanian, beliau memang orangnya agak arogan, gaya bicaranya kurang bagus, kamu harus lebih berhati-hati dengan beliau, salah sedikit dalam kerja, kamu kena semprot beliau”, ujar Bapak.
Pan, kalau memang ingin mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri, Ibu tidak masalah mengizinkan kamu untuk bekerja, senada dengan yang dikatakan bapakmu ibu juga berpesan kepada kalau bekerja juga serius dan penuh tanggung jawab”, ujar Ibu.
”Bapak dan Ibu mengizinkan kamu untuk bekerja agar kamu bisa mandiri dan tidak ketergantungan lagi dengan Bapak. Oh iya Pan, nama usahanya Pak Leo UD Persada Tani.
****
Keesokan paginya, Topan bergegas menuju UD Persada Tani, tempat Frans bekerja. Sesampai di UD Persada Tani, Topan bertemu dengan Pak Leo.
”Permisi, maaf ini dengan Pak Leo, ya ?”, tanya Topan.
”Iya benar saya sendiri Pak Leo, maaf ini dengan siapa ya ?” tanya Pak Leo
”Saya Topan Pak, saya teman SMA Frans, apa betul kalau Pak Leo sedang mencari orang untuk bekerja di sini ?”, ujar Topan.
Dengan nada ketus dan arogan, Pak Leo berkata, ”Ya, benar sekali. Kalau kamu mau kerja sekarang hari ini kamu bisa bergabung bersama Frans, keponakan saya, tapi kamu kerjanya yang benar ya, jangan main-main, jangan celengekan, dan jangan tidur pas kerja, jadi bisa dipahami yang saya katakan.
”Baik pak, terima kasih”, ujar Topan.
”Frans, hitung jumlah gembor, pupuk, gerobak, dan pestisida yang ada di toko, dan kamu Topan hitung jumlah pot, tanah, dan obat tanaman yang ada di toko, jangan lupa dicatat hasil perhitungannya, perintah Pak Leo.
”Jumlah gembor ada 16 buah pak, jumlah pupuk ada 15 karung pak, sedangkan jumlah pestisida ada 20 botol pak”, ujar Frans.
”Jumlah pot ada 15 pak, jumlah tanah ada 10 karung pak, sedangkan jumlah obat tanaman ada 14 pak”, ujar Topan.
”Baik saya akan menghitung kembali jumlah barang di toko”, ujar Pak Leo.
Tak lama setelah mencocokkan hasil perhitungan mereka berdua, Pak Leo menghampiri mereka berdua.
”Kerja kalian berdua bagus”, puji Pak Leo.
”Baik pak terima kasih”, ujar mereka berdua.
Tak terasa Topan bekerja dengan Pak Leo melewati satu tahun. Pak Leo bangga atas kerja keras dan kejujuran Topan.
Mendengar Pak Leo memberi pujian, Frans pun geram dengan sikap Pak Leo pada Topan. Frans merasa bahwa dia tidak pernah diberi pujian dari Pak Leo.
”Wah ternyata Topan baru setahun bekerja dia sudah dipuji-puji sama Pak Leo, sedangkan aku yang sudah bekerja dengan beliau delapan tahun saja gak dapat apresiasi, aku tunggu saja perhitungannya, biar dia dapat pelajaran”, batin Frans.
Waktu jam istirahat telah tiba, Topan sejenak duduk di depan toko, tiba-tiba saja Frans menghampiri Topan.
”Enak nih yang kerja udah dapat pujian dari Pak Leo”, sindir Frans.
”Ah nggak Frans, aku biasa-biasa aja bekerjanya, aku bekerja apa yang Pak Leo perintahkan”, ujar Topan.
”Ah yang benar aja sih kamu kerja kan hanya untuk mencari muka dengan Pak Leo kan ?”, sindir Frans.
”Enggaklah Frans, aku bekerja dengan penuh kejujuran dan kehati-hatian, sudah aku mau cari makan dulu, kamu gak makan Frans ?”, ujar Topan.
”Enggak, kamu duluan aja, aku lagi nggak lapar”, ujar Frans dengan nada kesal.
Saat Pak Leo dan Topan pergi, tiba-tiba Frans mengambil buku catatan perhitungan Topan yang disimpan di meja kasir.
Seketika Frans mulai mengutak-atik catatan perhitungan Topan hingga terjadi perbedaan antara jumlah barang yang di toko dengan jumlah barang yang dicatat. Hal ini sengaja dilakukan agar Topan segera dipecat oleh Pak Leo.
”Rasakan ini Topan, semoga aja kamu dipecat”, batin Frans.
Seusai jam istirahat Pak Leo berada di toko dan segera memeriksa kembali buku catatan perhitungan Topan. Lalu Pak Leo pun mengenyitkan dahi dan sudah menunjukkan ekspresi kesal.
”Mana yang namanya Topan ?”, marah Pak Leo.
Kemudian Topan bergegas menghampiri Pak Leo,”Maaf pak ada apa ?”
”Heh kamu tahu ini apa, isi catatan perhitunganmu kok banyak coretan, ooh kamu ternyata berani main belakang sama saya, saya nggak nyangka kamu dulu orannya jujur dalam bekerja, tetapi kamu sekarang mulai berbuat curang, sudah kamu saya pecat”, ujar Pak Leo dengan nada kesal.
”Maaf pak saya menghitungnya dengan cermat dan penuh hati-hati pak”, ujar Topan.
”Masih saja kamu ngeles, ini buku catatan perhitunganmu yang sudah diutak-atik”.
Topan masih tidak percaya dengan semua yang terjadi. Dia merasa tidak kecurangan atas perhitungan jumlah barang.
”Sudah besok saya akan pertemukan kamu dengan Frans”, ujar Pak Leo.
Keesokan harinya mereka berdua bertemu dengan Pak Leo dan Pak Leo masih belum percaya bahwa Topan melakukan kecurangan, karena pada saat jam istirahat Pak Leo dan Topan tidak berada di toko, hanya ada Frans.
Pak Leo mulai menaruh curiga dengan Frans dan akhirnya Pak Leo sadar bahwa ternyata Frans yang mengutak-atik catatan perhitungan Topan.
”Frans, mulai sekarang kamu saya pecat juga dari toko saya, kamu gak usah ngeles lagi, kamu pasti yang mengutak-atik catatan perhitungannya Topan, karena pas jam istirahat kemarin kamu yang berada di toko, ayo ngaku, siapa lagi kalau bukan kamu, walau kamu keponakan saya, tetapi kamu berbuat curang tetap saya pecat juga”, tegas Pak Leo.
”Saya mengakuinya pak, saya siap menerima risikonya pak”, ujar Frans.
”Dan kamu, Topan saya tidak jadi memecat kamu, dan hari ini juga saya angkat kamu menjadi pengawas toko sekaligus meneruskan usaha saya, saya salut atas perjuangan kerasmu dan kejujuranmu
Dengan terharu, Topan bersalaman dengan Pak Leo sembari menangis tersedu-sedu,”Terima kasih banyak pak atas kepercayaan yang saya berikan kepada saya, saya berjanji akan bekerja dengan giat dan jujur”.
Akhirnya berkat kerja keras dan kejujuran Topan, dia menjadi pengusaha sukses dalam distributor alat-alat pertanian di Desa Makmur Jaya.
Cita-cita dia dalam membangun kampung halamannya menjadi kenyataan berkat nasehat dari Bapak dan Ibu serta doa mereka yang selalu menyertai Topan.
Lambat laun usaha Topan menjadi besar dan terkenal di Desa Makmur Jaya. Dia menjadi Topan yang mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri tanpa ketergantungan dengan orang tua.