Mengukir Asa Dalam Gapaian Mimpi

Munirah | Taufan Rizka
Mengukir Asa Dalam Gapaian Mimpi
Ilustrasi Impian. (pixabay.com)

Asa terukir dalam segala alam pikiran yang tiada habisnya. Selalu terukir tuk gapai segala impian yang kuharapkan akan selalu menyertai hidupku. Impian-impian yang tergoreskan dalam kertas tabula rasa berjuta-juta jumlahnya. Berharap segala impian yang telah tergores menjadi kenyataan yang menyapaku.

Dengan berjuta-juta usaha tiada henti yang berhias pada diriku. Demi gapai segala impian tanpa kata lelah aku berusaha dengan gigihnya. Tanpa kata mengeluh yang tergores pada diriku. Terkikislah kata mengeluh terbuang jauh dari diriku.

Penuh semangat bermental baja yang tangguh menjadikanku sebagai pribadi yang kuat. Kuat menghadapi segala badai tantangan dan halangan yang menyertaiku. Kubulatkan segenap tekad kusatukan segala asa dalam jiwa.

Bangkitkan diri dari rasa keterpurukan masa lampau penuh kegagalan-kegagalan yang selalu menyertai hidupku. Kutak ingin kenangan lampau terulang kembali padaku. Biarlah kenangan penuh keterpurukan masa lampau terkubur dalam-dalam.

Kenangan masa lampau menjadikan sebagai nilai kehidupan penuh arti dari segala apa yang telah dilampaui. Melangkah menuju jalan kehidupan yang baru yang sangat cerah.

Kutak ingin kenangan lampau tertancap dalam bayang-bayang yang ada padaku. Kuhapus segala bayang-bayang kenangan lampau. Kuingin masa sekarang penuh masa-masa sangat gemilang.

Hingga suatu saatnya nanti segala impian yang telah aku gapai yang terukir di atas kertas tabula rasa menjadi sejarah tersendiri. Cukuplah secarik kertas terukir berjuta-juta mimpi menjadi saksi kejayaan yang telah kugapai semuanya.

Dan telah tiba saatnya aku berhasil menggapai semua impian yang telah kuharapkan. Tiada kesia-siaan dalam berjuta-juta gighnya usaha dan tiap doa yang terpanjat pada Illahi selalu menyertai diriku. 

Aku bersyukur atas gapaian segala mimpi menjadi kenyataan. Tak lupa terucap rasa terima kasih sangat mendalam pada orang-orang yang sangat kusayangi dan kubanggakan. Namun aku tetaplah rendah hati bak padi semaki berisi semakin merunduk.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak