Hamba yang Berserah Diri

Hernawan | Diat
Hamba yang Berserah Diri
ilustrasi kitab (pixabay).

Malam masih gelap gulita saat aku membuka mataku
Kukuatkan kelopak mataku
Bersihkan kotoran di mata
Kupanjatkan doa padamu

Tuhanku, terimakasih
Segala puji bagi Engkau
Yang masih memberiku kepsempatan hingga saat ini
Hingga hari ini
Engkau masih memberiku kehidupan setelah aku terlelap dalam kematian singkatku

Dini hari pukul tiga
Sepertiga malam terakhir
Saat Engkau, Tuhanku, turun ke langit dunia
Engkau bersama hamba-hambamu
Engkau mendengar mereka

Tapi, siapa mereka?
Apakah aku termasuk diantara mereka?
Sungguh, Tuhan
Aku tahu, aku sadar, aku bukanlah hamba-Mu yang baik
Bukan hamba yang mengabdikan dirinya pada-Mu
Hanya seorang hamba yang jauh dari-Mu

Tapi, Tuhan
Kepada siapa lagi aku berkeluh selain kepada-Mu
Engkau yang tetap mendengar meskipun sering tak kami dengarkan
Engkau yang sudah berfirman namun sering kami abaikan
Engkau sudah peringatkan namun sering kami langgar

Tuhan, kini aku pasrah kepada-Mu
Sungguh, hidup dan matiku ada di tangan Engkau
Hal yang sudah sejak lama aku tahu
Namun, aku terlalu jumawa
Kujalani hidupku seakan hidup ini ada di tanganku
Mengandalkan tubuhku seakan aku kuat
Mengandalkan pikiranku seakan aku pandai
Padahal, aku bukanlah apa-apa

Dini hari pukul tiga
Dengan ditemani kesunyian
Bersama makhluk-Mu yang aku yakin ada disekitarku
Ku bersimpuh
Aku memohon, tapi tak tahu apa yang aku mohonkan
Aku terlalu buruk untuk meminta ini-itu

Tuhan, kini aku pasrah kepada-Mu
Apa yang Engkau kehendaki terjadi
Maka terjadilah

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak