Puisi takjub meluluhkan melawan jeruji yang membelenggu raga. Begitu tersipu amat mulus yang membuat segalanya menjadi luwes. Amatan yang sangat sempit kian menampar kerasnya sanubari. Bias kesungguhan yang lagi menunjukkan rupanya. Tak pernah terluput kalimah-kalimah anggun yang tergurat dalam pena yang ada ujungnya.
Gerakan membawa serangkai bait-bait keunggulan begitu menancap muara sanubari. Dari hulu hingga ke hilir sanubari mengalir dengan sempurna bait-bait keunggulan. Tercipta utopia dalam imaji manusia yang amat polos.
Menatap setiap celah yang terukir pada setiap huruf dirakit dalam kumpulan kata-kata. Lalu dirangkai akhir menjadi kalimah-kalimah. Setiap bait tersimpan makna penuh kesan membenamkan lintasan raga.
Lintasan raga berucap deru alam raya menuju naluri sejati setiap manusia. Berubah segenap jendela ilham bergerilya melalui tidur sangat lelap. Keriangan bertepuk tangan gambas telapak berbekas nyata. Jerih payah bertanya tak ada yang pernah terjawab lisan. Lisan yang tertutup dengan bibir.
Puisi memberikan pesan dibalik akhir bias ulah manusia. Bias ulah manusia yang rupanya baik. Namun sanubari tak terlihat baik atau buruknya. Bias kebaikan manusia yang nampak sangat tulus, tetapi sanubari berujar penuh dengki. Hanya hasil olesan segala kebaikan membujuk manusia percaya dengan baik rupanya.
Tak selamanya ketulusan terucap dari luar tatapan mata. Bisa menipu manusia lain terikat rasa hasad yang bergerilya pada sanubari terendam.