Dalam Bayang-bayang Kesangsian

Munirah | Taufan Rizka Purnawan
Dalam Bayang-bayang Kesangsian
Ilustrasi Puisi. (pixabay.com)

Dalam bayang-bayang kesangsian masih membekas pada cerita kecil dalam lukisan pikiran. Berkelana dalam kisah kasih penuh pilu. Kisah kasih yang selalu pupus dalam pengaruh restu orang tua.

Kisah kasih tak berujung bahagia menjadi lukisan kesangsian. Lukisan kesangsian yang kini aku rasakan. Tiada restu dari orang tua kala aku menemui calon pendamping hidup hanya berbeda latar belakang apapun.

Dalam kesangsian yang aku rasakan semuanya menghentikan langkah ke depan berkelana kembali menemukan cerita manis. Cerita manis tuk mencari pendamping hidupku.

Ganjalan restu dari orang tua seakan menumbuhkan bayang-bayang kesangsian. Kegundahan sanubari berkata dalam lecutan keputuasasaan kian menggangu alam pikiran.

Kian lama kian terdiam langkahku bersama kesangsian. Kesangsian yang mendorongku dalam ketakutan memulai segenap kehidupan yang manis. Cerita manis yang ingin kulukiskan kembali menjadi getir rasanya.

Kala perbedaan latar belakang tanpa kerelaan restu dari orang tua. Meracau semakin tak karuan yang selalu menemaniku sepanjang hitungan waktu. Waktu demi waktu terus berjalan menuntun raga pada alam kebimbangan.

Semakin tak jelas lukisan nasib kehidupanku yang ingin kebangun kembali. Ketakutan berbaur kesedihan dalam kiasan kehidupan yang dilaui. Tak jelas kisah kasih entah masih berlanjut atau tidak.

Yang jelas biarlah petunjuk dari-Nya yang menjawab segala curahan perasaan dari isi sanubari. Hanya bergantung kepada-Nya segalanya bisa terjawab dalam kuasa dan kehendak-Nya

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak