Membahagiakan orang lain termasuk hal yang diajarkan dalam agama Islam. Membahagiakan di sini tentu dengan catatan selama masih dalam lingkup yang positif. Artinya dengan menggunakan hal-hal yang diperbolehkan dan tak berseberangan dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Islam.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membuat orang lain senang dan meras dihargai keberadaannya. Misalnya, saat bertemu dengan sesama, berilah senyum dan sapaan yang hangat atau ramah. Hal ini mungkin tampak sepele, tapi nyatanya masih banyak orang yang memilih bermuka datar tanpa ekspresi saat bertemu dengan sesama.
Bahkan mungkin ada sebagian orang yang memasang raut kecut dan cemberut tiap bertemu dengan orang lain. Selain tak enak dipandang, wajah tak ramah juga membuat orang yang melihatnya ikut tertular (ikut memasang raut cemberut). Berbeda jika kita memberikan sapa dan senyuman, orang juga akan membalas dengan hal serupa.
Memberikan bantuan terhadap orang lain juga termasuk cara kita menyenangkan hati orang lain. Ada sederet hadis yang dipaparkan dalam buku Isti’ab; Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah karya Fathi Yakan (Robbani Press, 2005) yang berkaitan dengan ajaran menyenangkan atau membahagiakan sesama. salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani, “Sesungguhnya di antara hal yang bisa memberikan pengampunan adalah menyenangkan hati seorang Muslim.”
Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Thabrani dijelaskan, “Amalan yang paling utama adalah menyenangkan seorang Mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, dan memenuhi kebutuhannya.”
Sementara dalam hadis riwayat al-Asbahani, dijelaskan: “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Amalan paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang kamu masukkan ke dalam diri seorang Muslim, membebaskannya dari suatu kesusahan, atau melunasi utangnya, atau membebaskannya dari kelaparan. Sungguh seseorang berjalan bersama saudaranya dalam suatu keperluan lebih aku sukai ketimbang i’tikaf di masjid ini selama sebulan. Siapa yang menahan kemarahannya sedangkan kalau mau ia bisa melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan keridaan pada hari kiamat. Siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk suatu keperluan hingga menunaikannya maka Allah akan meneguhkan kedua kakinya pada hari semua kaki tergelincir.”
Bila beberapa hadis tersebut kita renungi, tentu tak ada alasan bagi kita untuk bermuka masam saat bertemu orang lain, atau merasa tak peduli dengan nasib orang lain yang kondisinya tak seberuntung kita. Bahkan, terhadap orang yang berbeda keyakinan (agama) pun kita diajarkan untuk berbuat baik. Misalnya, memberikan makanan kepadanya, sebagaimana pernah dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa memberikan hal-hal yang menyenangkan (selama hal tersebut itu positif) kepada sesama adalah termasuk amal ibadah yang membuahkan pahala. Semoga ulasan buku Isti’ab; Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah bermanfaat.