Konflik merupakan suatu hal yang lumrah dalam hidup. Setiap orang pasti pernah menghadapi konflik. Entah di keluarga, tempat kerja, lingkungan masyarakat, atau bahkan konflik dalam diri sendiri. Konflik harus bisa disikapi dengan bijak, sebagai jalan menempa kedewasaan dan kematangan diri.
Di buku ini, kita diajak belajar mengelola konflik dari teladan utama kita, Nabi Muhammad Saw. Buku Seni Mengelola Konflik (Noktah: Desember 2020) mengajak kita memandang konflik tidak melulu sebagai hal negatif. Konflik bila dihadapi dengan arif dan bijaksana akan membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Melalui buku ini, Mohammad Takdir mengajak kita menelusuri dan meneladani Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi situasi sulit selama menjalankan dakwah Islam. Mula-mula, di awal penulis memberi dasar pemahaman tentang apa itu konflik, penyebab terjadinya konflik, juga jenis-jenis konflik.
Kemudian, penulis menekankan pentingnya melihat sisi positif dari suatu konflik dan mengapa konflik harus dikelola. Beberapa sisi positif konflik yang diuraikan di buku ini adalah motivasi meningkat, ikatan kelompok lebih kuat, penyesuaian diri dengan kenyataan, pengetahuan dan keterampilan meningkat, membantu mencapai tujuan dan mendorong kemajuan, dan hidup lebih matang dan dewasa.
Di bab selanjutnya, penulis menguraikan potret keteladanan Rasulullah Saw. dalam mengelola konflik. Di antaranya adalah mengedepankan sikap toleransi, bersikap santun dan mengedepankan rasa hormat kepada orang yang berbeda pandangan. Ini adalah sikap-sikap utama yang harus selalu dijaga dalam mengelola konflik.
Kemudian, teladan Rasullullah Saw. dalam adalah memaafkan. Meskipun beliau difitnah, ditekan, dicaci maki, beliau tak membalas. Justru beliau memaafkan dan mendoakan orang tersebut agar diberi hidayah (halaman 171). Kebesaran hati memaafkan kesalahan orang lain adalah kunci mengelola konflik. Kita tahu, betapa banyak konflik berkobar menjadi pertikaian karena dendam dan sikap tak mau memaafkan.
Teladan selanjutnya adalah memberi kebebasan, bukan mengekang. Sikap egois, mengekang, dan mau menang sendiri adalah awal mula pecahnya konflik menjadi pertikaian. Di sinilah pentingnya memberi kebebasan dan melindungi hak orang lain yang berbeda.
Penulis memberi contoh Piagam Madinah yang diinisiasi Rasulullah Saw. sebagai strategi merangkul minoritas agar bisa hidup berdampingan dengan kaum muslim. Melalui piagam ini, perbedaan agama, kebebasan individu, kaum minoritas, semua dilindungi sehingga bisa hidup berdampingan dalam damai (halaman 187).
Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai berbagai peristiwa penting yang membuktikan kemampuan Rasulullah Saw. dalam mengelola konflik, serta bagaimana kita bisa belajar dari sana. Penulis mengulasnya dengan runtut dan detail, dengan bahasa yang mudah dipahami semua kalangan.
Potret keteladanan Nabi Saw ketika menghadai konflik, sebagaimana diuraikan di buku ini merupakan pelajaran berharga yang bisa menjadi refleksi kritis bagi kita semua, agar bisa bersikap arif dan bijak dalam menghadapi konflik. Dari sana diharapkan konflik tak pecah menjadi permusuhan dan pertikaian, namun menjadi jalan kedewasaan bersama deni menciptakan kehidupan lebih baik.