Kisah Para Pemimpin Negara yang Sederhana dan Sangat Mencintai Rakyatnya

Hernawan | Moh Romadlon
Kisah Para Pemimpin Negara yang Sederhana dan Sangat Mencintai Rakyatnya
Cover Buku Demi Rakyat (DocPribadi/mohromadlon)

Hidup sederhana masih menjadi momok bagi para penguasa, dulu dan sekarang. Maraknya kasus korupsi yang melibatkan para penguasa daerah, bahkan negara menjadi salah satu indikasinya. Praktik demikian jamak dilakukan bukan saja di Indonesia. Ambil contoh Ferdinan Marcos, presiden Filipina yang menurut lembaga Transparansi Internasional, merupakan kepala negara terkorup ke dua di dunia. 

Kekuasaan ternyata menjadikan banyak orang lupa diri. Mereka lupa bahwa jabatan adalah sebuah amanah. Lupa bahwa tugas mereka adalah melayani rakyat dan menjamin kesejahteraan mereka. Lupa  bahwa gemerlap harta benda tidak identik sama sekali dengan kemuliaan seseorang. Akibatnya jabatan semata digunakan sebagai sarana memperkaya diri sendiri. 

Namun tidak semua kepala negara begitu. Dalam buku Demi Rakyat! terbitan Palapa (2014) terangkum 26 pimpinan negara yang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa hidup sederhana adalah hal yang mungkin dilakukan. Bahkan bisa dibilang menjadi kunci utama bagi mereka agar bisa melayani dan mensejahterakan rakyat sekaligus membawa negaranya bangkit dari keterpurukan menuju masa depan yang jauh lebih baik.

Jose Mujica salah satunya. Hidup Presiden Uruguay ini sangat sederhana. Misalnya Jose melakukan kegiatan di rumah pertenakan istrinya dengan tangannya sendiri. Tidak ada pembantu atau petugas kebersihan. Sementara sebagian besar gajinya digunakan untuk membiayai anak-anak Uruguay yang tidak bisa sekolah. Meski sampai mendapat julukan “presiden termiskin sedunia” tetapi ia tidak merasa miskin. “Orang miskin adalah orang yang selalu menjaga gaya hidup mereka dan  selalu menginginkan lebih,” ujarnya. (halaman 105-106). 

Sosok lainnya adalah Harry S Truman. Presiden Amerika yang menjabat dari 1945 sampai 1953 ini menjalani hidupnya dengan sahaja dan menggunakan jabatanya untuk kemajuan negara. “Saya tidak merasa telah melakukan sesuatu yang menjadikan saya berhak untuk mendapatkan penghargaan konggres atau apa pun. Semua yang telah saya lakukan adalah kewajiban sebagai seorang presiden,” katanya saat menolak mendali penghormatan dari konggres atas semua prestasinya (hal.140). 

Kita berharap, kisah para pemimpin yang terangkum buku ini dapat diteladani oleh para pemimpin negara ini, kini dan nanti.  

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak