5 Tradisi Unik untuk Bayi Baru Lahir, Punya Makna yang Berbau Agamis

Candra Kartiko | Diana Retnasari
5 Tradisi Unik untuk Bayi Baru Lahir, Punya Makna yang Berbau Agamis
Ilustrasi bayi baru lahir (Freepik/freepic.diller)

Kebahagiaan saat momen melahirkan bukan hanya dirasakan oleh kedua orangtua sang bayi saja, namun juga seluruh keluarga besar dari pasangan suami-istri. Apalagi jika bayi tersebut merupakan cucu pertama dari kedua keluarga besar yang ada.

Dalam adat masyarakat Jawa, bayi yang baru lahir akan menjalani serangkaian tradisi yang melibatkan banyak orang termasuk orangtua, keluarga besar, dan bayi itu sendiri.

Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan karunia dan keselamatan bagi ibu dan bayi selama proses persalinan berlangsung.

Nah, kira-kira ada tradisi apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk bayi yang baru lahir? Simak informasi lengkapnya dalam ulasan berikut ini.

Baca Juga: 4 Dewa Mitologi Yunani Paling Populer dan Istimewa, Siapa Sajakah Mereka?

1. Brokohan

Acara ini menjadi pemula dalam serangkaian tradisi lainnya, brokohan biasanya dilakukan tepat di hari yang sama dengan kelahiran sang jabang bayi. Orangtua akan mengadakan semacam kenduri kecil-kecilan dengan para tetangga sekitar.

Salah satu hal menarik dari acara ini adalah sajian jajanan pasar yang menjadi syarat wajib dari acara brokohan. Sementara itu tujuannya tidak lain adalah sebagai sarana untuk mengucap rasa syukur atas kelahiran sang bayi yang berjalan lancar dan tanpa hambatan.

2. Pendak pasar

Selanjutnya ada tradisi yang dikenal dengan sebutan pendak pasar. Tradisi ini dilangsungkan pada hari kelima sejak bayi tersebut lahir ke dunia. Hari tersebut dihitung berdasarkan dino pasaran pada penanggalan Jawa.

Biasanya tradisi pendak pasar juga dibarengi dengan ritual pemberian nama yang telah disiapkan oleh orangtuanya.

Baca Juga: 3 Fakta tentang Rendang, Disebut sebagai Makanan Terenak di Dunia!

3. Selapan

Tepat pada hari ke-36 menurut hitungan penanggalan Jawa, orangtua akan menggelar acara yang disebut dengan selapan. Pada acara tersebut, rambut bayi akan dicukur gundul dan orangtua akan menggelar kenduri dengan mengundang tetangga sekitar rumah sebagai perwujudan rasa syukur.

4. Bayi telu

Selanjutnya ada tradisi bayi telu, tentu saja acara ini dilaksanakan untuk memperingati umur bayi yang telah memasuki usia tiga bulan. Biasanya orangtua dan keluarga kembali mengundang tetangga sekitar untuk menghadiri acara kenduri dan membagi nasi berkat lengkap dengan jajan pasar diatasnya.

Baca Juga: Mengenal Swamp Cat, Kucing Penguasa Rawa-rawa

5. Bayi pitu (tedak siten)

Terakhir ada tradisi bayi pitu atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah mitoni atau tedak siten. Tradisi ini dilangsungkan ketika umur bayi menginjak usia tujuh bulan.

Tedak siten menjadi penanda bahwa bayi akhirnya bisa mudun lemah atau menginjak tanah untuk pertama kali dalam hidupnya. Biasanya acara ini disimbolkan dengan menginjakkan kedua kaki bayi di atas kue jadah (tetel) yang berwarna-warni.

Itulah beberapa tradisi penting yang diselenggarakan oleh para orangtua dari masyarakat Jawa untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Pencipta atas kelahiran anak mereka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak